Celebrity
Pevita Pearce Semakin Matang di Dunia Akting

14 Jul 2016


Foto: Honda Tranggono

Penampilan Pevita Cleo Eileen Pearce (23) memang memesona. Darah campuran Inggris-Banjarmasin dari kedua orang tuanya memberinya wajah yang jelita. Namun, tentu bukan hal itu yang menjadi modal utamanya menapaki karier di dunia seni peran. Passion, totalitas, dan jam terbang yang menjadi senjata andalannya. Langkah demi langkah kecil ia jalani dengan penuh kesabaran hingga ia kini menjadi salah satu aktris layar lebar tanah air yang cukup diperhitungkan.
 
Belajar dari Peran
Saat membintangi film Denias (2006), ia baru berusia 12 tahun. Namun, di usia semuda itu, bakat akting Pevita sudah jelas terlihat. Berakting bersama Ari Sihasale, Nia Zulkarnaen, dan Marcella Zalianty, Pevita mampu mengimbangi  para seniornya itu. Selanjutnya, penikmat film Indonesia juga disuguhi akting menawan Pevita di film Lost in Love (2008), saat ia berperan sebagai Tita, kekasih Adit (Richard Kevin).

“Saat film Denias tayang, saya mengamatinya dengan detail. Ternyata, akting saya di situ masih terlihat canggung. Maka, saya pun memperbaiki kekurangan itu di Lost in Love,” kenang Pevita. Film yang merupakan sekuel dari Eiffel I’m in Love itu pun membawa namanya masuk nominasi Festival Film Indonesia (FFI) 2008 kategori Pemeran Utama Wanita Terbaik.

Pevita saat itu menjadi nominee termuda di kategori tersebut, bersanding dengan Fahrani, Jenny Chang, Ayu Laksmi, dan Ladya Cheryl. Bukannya  merasa puas akan pencapaiannya, penghargaan itu justru membuat Pevita makin bersemangat mengasah kemampuan aktingnya dengan membintangi 1 film  tiap tahun. “Ini saya lakukan agar bisa berkonsentrasi penuh mendalami peran yang saya bawakan. Target saya,   tiap film yang saya bintangi harus memberikan ilmu baru,” ujar aktris kelahiran Jakarta, 6 Oktober 1992, ini.

Target jangka pendek yang ia pasang itu membuahkan hasil signifikan. Kemampuan aktingnya kian meningkat, karier di layar lebar juga  makin bersinar. Film-film yang ia bintangi  tiap tahun pun tergolong membutuhkan penguasaan seni peran yang prima. Di film Dilema (2012), Pevita tampil apik sebagai gadis broken home, beradu akting bersama Wulan Guritno. Lalu, dalam 5 cm, ia berperan sebagai gadis cantik, pintar, dan seksi, yang ia bawakan dengan sangat baik. Tidak lagi terlihat canggung saat beradu akting dengan Fedi Nuril, Herjunot Ali, maupun Raline Shah.

Di film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk (2013), Pevita  makin menunjukkan kematangan berakting. Bila di film-film sebelumnya ia kerap berperan sebagai gadis kota yang trendi, dalam film yang diadaptasi dari novel karya Buya Hamka itu Pevita membawakan karakter Hayati, gadis lugu berdarah Minang, keturunan bangsawan.

“Saya dituntut menguasai dialog puitis dan penuh makna dalam logat Minang yang sangat kental, sementara saya tidak punya background budaya suku itu. Sungguh menantang,” kisah Actress of The Year versi Indonesian Choice Awards 2014 ini.

Berbagai tantangan saat memerankan tokoh Hayati dalam film garapan sutradara Sunil Soraya itu menyisakan kesan spesial. Bukan hanya karena jalan cerita yang indah, tapi juga para pemain yang terlibat, salah satunya adalah Reza Rahadian. Pevita mengaku, ia mendapat ilmu membangun grafik emosi dari Aktor Terbaik FFI 2010 dan 2013 itu.

“Meskipun sudah kaya pengalaman dan meraih banyak prestasi, Reza sangat humble. Ia tidak segan berbagi ilmu kepada saya yang masih muda ini,“ puji aktris yang pernah mengikuti short course akting di New York Film Academy, Amerika Serikat (AS), tahun 2012, ini.

Akting Pevita juga menarik perhatian sutradara kenamaan, Garin Nugroho, untuk memasangkannya dengan Chicco Jericho dalam film Ach, Aku Jatuh Cinta (2016). Ini merupakan film yang mengisahkan jalinan cinta ala Romeo & Juliet, dengan latar tempat di Yogyakarta, tahun ’70 hingga ’90-an. Pevita berperan sebagai Yulia, sedangkan Chicco memerankan tokoh Rumi.

“Dari film ini, saya mendapat wawasan tentang sejarah Indonesia dalam 3 zaman. Saya jadi tahu bagaimana dulu masyarakat bersukacita menyambut siaran televisi yang mulai masuk Indonesia pada tahun ’80-an,” terang pengagum Angelina Jolie ini, antusias.

Bekerja bersama sutradara sekaliber Garin tidak membuat Pevita terbebani. Sebaliknya, ia justru merasa beruntung bisa menimba ilmu dari salah satu sutradara terbaik di Asia itu. “Menurut Mas Garin, saya memiliki warna suara bagus dan sorot mata sendu. Dan, hal itu sesuai dengan karakter Yulia yang ia bayangkan untuk film ini,” ujar Pevita, yang saat ini tengah menjalani syuting film yang judulnya masih dirahasiakan.  
 
Ingin Jadi Guru
Dunia seni telah menarik hati Pevita sejak ia masih kecil. Anak kedua dari 3 bersaudara pasangan Bramwell Pearce dan Ernie Auliasari ini sudah memperlihatkan ketertarikan yang kuat di dunia seni peran sejak masih kanak-kanak. Sejak dari SD hingga SMA, Pevita aktif mengikuti ekstrakurikuler teater di sekolahnya. “Cita-cita saya waktu kecil cukup banyak. Satu waktu ingin jadi dokter, lain waktu ingin jadi polwan. Lewat panggung teaterlah saya bisa berakting memerankan berbagai profesi yang saya  cita-citakan itu,” ujar adik aktor dan model Keenan Pearce ini, tersenyum.

Tahapan karier Pevita di dunia seni peran terlihat lancar tanpa hambatan. Namun, tidak banyak yang tahu bahwa perjalanan kariernya di dunia akting pernah nyaris terhenti. Hal itu terjadi saat ia hendak menjalani syuting Lost in Love di Paris, Prancis, selama sebulan. Sebagai siswi yang masih duduk di bangku SMP, ia mengalami kesulitan mendapat izin absen dari pihak sekolah. Hal itu pun membuatnya bersedih dan nyaris putus asa.

Untungnya, ada seorang guru di sekolah tersebut yang memperjuangkan Pevita untuk bisa mengantongi izin absen selama 30 hari untuk keperluan syuting di Paris. “Kata Pak Arief (nama guru tersebut-Red) waktu itu, saya tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan. Ia menyarankan saya tetap berangkat ke Paris untuk syuting,” kenang Pevita, yang hingga kini mengaku masih berhubungan baik dengan gurunya itu.

Pada tahun 2013,  saat karier Pevita sedang bagus, ia harus menelan kenyataan pahit: terkena tumor payudara. Menurut dokter yang merawatnya, terdapat 3 tumor yang bersarang di payudaranya: 1 buah di sebelah kanan dan 2 buah di sebelah kiri. Diagnosis itu sempat membuatnya menangis sedih dan merasa hidupnya telah hancur.

Untung ada ayah, ibu, dan kakaknya yang selalu berada di garda terdepan memberi dukungan. Support yang besar dari keluarga itulah yang membuat Pevita akhirnya berani melakukan operasi pengangkatan tumor di Prince Court Medical Center, Kuala Lumpur, Malaysia, April lalu.

“Penyakit ini menyadarkan saya untuk menerapkan pola makan sehat. Saya juga jadi lebih menyadari pentingnya melakukan medical check up secara teratur untuk mengetahui perkembangan kondisi tubuh,” ujar Pevita, yang sebelumnya sempat menyepelekan penyakit itu karena menyangka benjolan kecil seperti kutil yang ada di kedua payudaranya itu tidak berbahaya.  

Operasi pengangkatan tumor berjalan lancar, Pevita pun  ceria kembali. Tidak ingin larut dalam kesedihan, ia segera bangkit berkarya lagi. Tidak hanya di dunia akting, mahasiswi jurusan Fashion Business, Lasalle College, ini juga sibuk menjalankan bisnis fashion di bawah brand HIPPEARCE dan TreClothing. HIPPEARCE adalah brand untuk produk aksesori berupa kalung, gelang, dan anting, sedangkan TreClothing adalah brand khusus untuk pakaian.

“Terinspirasi dari The Beatles, saya menambahkan aksen lambang peace di  tiap aksesori HIPPEARCE yang saya desain. Sedangkan produk pakaian TreClothing terinspirasi dari street style yang simpel, tapi edgy,” terang aktris yang oleh Yahoo OMG! Awards dinobatkan sebagai The Most Stylish Female 2013 ini.

Memiliki popularitas, karier akting yang bersinar, hingga bisnis fashion yang kian menjanjikan, Pevita ternyata masih menyimpan keinginan terpendam: menjadi guru. Selain karena terinspirasi oleh sosok Pak Arief, baginya guru adalah profesi yang mulia.

“Berbagi ilmu dengan orang lain akan memperkaya wawasan dan kualitas sebagai manusia. Dengan berbagi, kita juga akan lebih banyak bersyukur,” ungkapnya, bijak. Pevita melanjutkan, ia pernah ditawari seorang teman mengajar secara sukarela di sebuah sekolah. Namun, karena terbentur masalah waktu, ia urung mengambil tawaran tersebut. “Kelak, bila waktu dan kesempatannya memungkinkan, saya berharap bisa mewujudkan cita-cita menjadi guru,” katanya, mantap. (f)


Topic

#PevitaPearce

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?