Career
Stop Asal Posting! Ini Alasan Penting Anda Perlu Menjaga Reputasi Online

6 Feb 2018


Foto: 123RF

Mengetik nama seseorang di situs pencarian Google dan mengikuti setiap halaman untuk mencari informasi tentang seseorang, kini menjadi hal yang lumrah dilakukan. Hingga kemudian muncul istilah ‘stalking’ yang akrab dipakai untuk menggambarkan kegiatan mencari informasi alias ngintip tentang orang lain lewat media sosial.

Saat ini sangat mudah mencari reputasi seseorang, reputasi baik, juga reputasi buruk. Sekarang, coba googling nama Anda sendiri. Apa yang Anda temukan? Sudah puaskah Anda dengan ‘citra diri’ tersebut?

Seperti halnya di dunia nyata, setiap orang juga perlu membentuk personal branding-nya di dunia digital. Bahkan digital personal branding kini dinilai jauh lebih penting. Mengapa? Karena di dalam ekonomi global, semua hal terkait dengan digital.

Banyak pekerjaan yang terhubung dengan digital. Google dan media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter, serta Linkedin memiliki ‘kecerdasan’ dalam memberikan hasil yang lengkap tentang siapa Anda, di mana lokasi Anda, hingga apa saja yang Anda kerjakan.

Bahkan lebih lengkap dari sebuah kartu nama yang hanya mencantumkan informasi terbatas nama, jabatan, dan nomor kontak. Jejak digital ini pada akhirnya membentuk reputasi seseorang.

Sekarang apakah Anda senang dengan jejak digital tentang diri Anda di mesin pencari? Apakah semua informasi itu mewakili diri Anda yang sebenarnya? Apakah yang tercantum sudah cukup menunjukkan ke mana pemikiran Anda? Di dunia pekerjaan, apakah sudah bisa menunjukkan profesionalitas dan kemampuan Anda?

Seperti dikatakan oleh Jeff Bezos, pendiri Amazon, “Your brand is what people say about you when you’re not in the room.” Artinya, apa yang kita tampilkan atau terpancar dari diri kita inilah yang akan dilihat oleh orang lain.

Bagi Lily Marpaung (33), membangun digital personal branding yang tepat sangat penting, mengingat pekerjaannya sebagai PR Manager untuk Zalora Indonesia sangat dekat dengan dunia digital. “Lagipula, sekarang ini siapa sih yang tidak googling nama seseorang di internet saat baru bertemu? Ketika saya mencari anggota tim baru, saya pasti akan melihat bagaimana kepribadian mereka di media sosial.”

Itu sebabnya, berbicara tentang konten yang ada di media sosial-nya, Lily sangat memilih konten apa saja yang akan ia tampilkan.

“Kuncinya, harus mencerminkan profesionalitas diri. Saya membangun personal branding di media sosial sebagai seorang ibu bekerja yang juggling antara pekerjaan dan keluarga,” kata ibu satu anak ini.

Untuk Instagram, konten yang ia unggah biasanya lebih dikurasi dan sifatnya tidak privat. Umumnya berkaitan dengan pekerjaan atau hal-hal yang ia sukai, seperti mode, kecantikan, dan travel. Sementara Twitter, Lily lebih aktif membahas isu-isu sosial, politik, dan kesehatan.

Sementara Angela Welas (30) mengaku sebelumnya tidak tahu bahwa apa yang ia lakukan atau unggah di media sosial akan memengaruhi bagaimana ia membangun personal branding. Bahwa ternyata, unggahan-unggahan fotonya di instagram yang selalu ‘color coordinated’ dan diatur dengan baik, menjadi portfolio tersendiri untuk pekerjaannya sebagai content creator.

“Saya baru menyadari bahwa pengalaman dan bagaimana cara saya mengeksekusi foto untuk diunggah di media sosial, banyak membantu dalam pekerjaan, terutama dalam mendapatkan tawaran pekerjaan dari fashion brand lokal sebagai content creator untuk media sosial mereka. Padahal dari awal, saya tidak berniat ke sana. Namun, inilah pentingnya personal branding di Instagram, akan banyak membantu mengembangkan karier,” katanya.

Pahami lebih jauh tentang Personal Branding di laman selanjutnya.
 

Faunda Liswijayanti


Topic

#personalbranding, #digitallife, #gadget, #literasidigital, #mediasosial, #cerdasbermediasosial

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?