Career
Siapkan Bahan Obrolan dan Perluas Wawasan, Ini Cara-Cara Si Introver Raih Sukses

6 Sep 2017


Foto: Fotosearch


Meita Laksmiati (36), project coordinator di sebuah perusahaan kontraktor. Terlahir sebagai seorang introver, ia merasa nyaman-nyaman saja ketika semasa sekolah sosoknya tak terlalu menonjol atau dikenali orang. Kebetulan dunia kerja yang pertama kali dijajaki Meita bergerak di bidang hospitality. Sebagai customer service sebuah rumah sakit swasta bertaraf internasional, ia harus berinteraksi dengan orang yang berbeda tiap hari. Padahal, karakter kepribadian introver cenderung meminimalkan kontak dengan orang banyak.

Begitu juga yang dirasakan oleh Intan M. Sukarna (35). Pekerjaannya saat ini sebagai Head of Fundraising Development di Marketing Division WWF Indonesia menuntutnya untuk tampil supel, piawai menjalankan lobbying dan banyak menjalin relasi dengan berbagai kalangan, mulai dari donor, pegawai pemerintahan, komunitas, media, hingga public figure.

Meski tiap hari menghadapi orang dirasakan sebagai ‘siksaan’ bagi Meita, pelan-pelan ia belajar cara berkomunikasi yang baik dengan pelanggan, menghadapi komplain, dan bersikap ramah, secara autodidak.
 
“Yang cocok dari pekerjaan ini adalah menempatkan posisi saya sebagai pendengar. Karena selama ini memang saya lebih suka mendengarkan ketimbang berbicara,” jelasnya.
 
Interpersonal skill Meita makin berkembang setelah ia terjun menjadi tenaga sales unit apartemen dan mendapatkan pelatihan penjualan dari perusahaan tersebut.
 
“Ada satu kalimat dari trainer yang mencambuk saya sekaligus menjadi turning point dalam hidup saya, yaitu modal awal dalam menjual adalah rasa percaya diri. Saya jadi sadar bahwa sifat introver saya datang dari rasa tidak percaya diri,” katanya.
 
Sejak saat itu, Meita berusaha menanamkan mindset untuk percaya diri agar berani bicara saat menghadapi orang-orang yang menjadi klien potensialnya. “Saya mulai berani membuka diri dan menciptakan self image yang baru, yaitu Meita yang supel dan menyenangkan untuk diajak bicara. Karena saya pikir, toh, orang-orang ini tidak tahu Meita yang lama seperti apa,” ujarnya.
 
Ia berkeyakinan, makin banyak ia bertemu orang, akan makin luwes ia dalam pergaulan. Bertemu orang baru dan memulai percakapan tidak lagi menjadi momok yang menakutkan. Pikiran itu memang bisa mengendalikan tindakan. Setelah menanamkan pikiran-pikiran positif, Meita sukses menghalau rasa takutnya untuk berinteraksi dengan orang banyak.
 
Apalagi pekerjaannya di bidang marketing akhirnya menjadi ajang latihannya dalam bersosialisasi dan mengasah public speaking. Intan juga mengakui, dirinya lama-kelamaan menjadi terbiasa di tengah kumpulan banyak orang. “Sekarang, memang tidak canggung lagi seperti dulu untuk menyapa orang terlebih dahulu. Hanya, saya kadang-kadang tetap butuh waktu untuk ‘lepas’ dari keramaian untuk
menyeimbangkan mood saya,” kata Intan.
 
Jika sudah mulai merasa penat dengan ingar-bingar di sekelilingnya, biasanya Intan pergi menyepi sendiri ke luar ruangan selama 5-10 menit. “Saya istirahat ngomong dulu, deh, sambil mikirin topik obrolan menarik lain, apa lagi yang bisa saya bawakan,” tambahnya.
 
Menyiapkan isi topik pembicaraan dan presentasi memang jadi jurus ampuh untuk mengatasi grogi. Komunikasi bagi orang-orang introver itu bisa jadi masalah. Mereka tidak bisa begitu saja menuangkan ide ke dalam bahasa lisan sebagaimana orang ekstrover.
 
“Rahasia saya untuk bisa terus ngoceh yaitu memperluas wawasan dan pengetahuan. Makin merasa punya persiapan, saya makin percaya diri. Ini yang jadi modal untuk berani bersosialisasi dan tampil di depan banyak orang,” jelas Meita, memberi tip.
 
Jika Meita lebih banyak berhadapan dengan generasi di atas generasi millennial, tidak demikian halnya dengan Intan. Untuk menyosialisasikan kepedulian terhadap satwa yang dilindungi, ia juga kerap harus terjun ke dalam komunitas-komunitas dari beragam usia dan latar belakang.
 
“Saya justru merasa lebih santai ketika harus berhadapan dengan generasi millennial yang usianya di bawah saya. Mungkin karena less pressure dan karakter mereka kebanyakan ekstrover, jadi lebih mudah untuk didekati. Mereka bisa dengan cepat menerima orang-orang yang baru dikenalnya,” ujar Intan.(f)


Topic

#suksesintrover, #introver

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?