Career
Gaya Kepemimpinan Feminin Bisa Dilakukan Pria Maupun Wanita

21 Nov 2017


Foto: Fotosearch

Lalu, seperti apa yang dimaksud dengan nilai-nilai yang feminin? Helen Fisher, ahli antropologi, penulis, sekaligus dosen di Rutgers Unibersity, dalam risetnya yang dituangkan dalam buku The First Sex: The Natural Talent of Women and How They are Changing the World, mengatakan, wanita memiliki kemampuan untuk mengubah dunia. Menurutnya, hal ini karena wanita memiliki karakter bawaan seperti pandai berkomunikasi, mampu membaca bahasa nonverbal sehingga bisa melihat saat seseorang merasa gundah atau memiliki masalah.
 
Menurut Fisher, wanita juga memiliki kepekaan emosi dan empati yang tinggi, sehingga bisa merasakan apa yang dirasakan anak buahnya. Sifat bawaan lain wanita yang membuatnya unggul adalah kemampuannya untuk melakukan beberapa hal secara simultan atau multitasking. Kecenderungan alami wanita ini yang kemudian dijadikan patokan nilai feminin, sehingga nilai feminin tak berarti hanya dimiliki wanita.
 
Seperti dikatakan Janet Crawford, ilmuwan peneliti gender, meski secara biologis dan budaya wanita cenderung lebih memiliki nilai-nilai feminin, baik pria maupun wanita dapat memiliki kualitas feminin leadership.
 
“Terkait sumber daya manusia, beberapa nilai dikategorikan sebagai ‘feminin’ dengan catatan bahwa nilai ‘feminin’ tersebut berkaitan dengan gender, yaitu empati, kerendahan hati (humility), inklusivitas, keseimbangan (balance), peduli (care), kolaboratif, terbuka (open),” ujar Heriati Gunawan, Executive Coach & Presiden Direktur Daya Dimensi Indonesia.
 
, Emilia Jakob, konsultan pengembangan sumber daya manusia dari Experd, menambahkan, karakter yang juga disebut feminin adalah nurturing, empati, listening, mampu berkolaborasi, dan membangun jejaring. Dengan memiliki nilai-nilai tersebut seorang pemimpin akan bisa merangkul anak buahnya, mendengarkan, membuat orang merasa nyaman untuk mengeluarkan ide-ide mereka,membangun jejaring dengan banyak pihak, sehingga makin memperkuat dampak yang diinginkan.
 
Terkait dengan nilai dan karakter, pria pun bisa memiliki nilai feminin. Sementara wanita bisa saja saat memimpin justru memiliki gaya maskulin yang identik dengan agresif, tegas, dan tak kenal basa-basi. Salah satu pemimpin yang memiliki nilai feminin sekaligus maskulin menurut Emilia adalah Presiden Joko Widodo.
 
Bisa jadi yang terlihat dari luar adalah hal-hal yang feminin. Sebut saja ketika ia masih menjadi Wali Kota Solo, ia mengadakan pertemuan beberapa kali dengan pedagang pasar sebelum memindahkan mereka ke tempat baru. Atau, bagaimana ia terlihat luwes merangkul pihak-pihak yang selama ini erseberangan dengannya. Baru di masa kepemimpinannya masyarakat bisa menyaksikan upacara Kemerdekaan 17 Agustus di Istana yang dihadiri oleh para mantan presiden dan wakil presiden yang masih ada.
 
”Namun, di balik sikap merangkulnya itu sebenarnya ia memiliki tujuan yang sangat jelas dan tidak bisa diganggu gugat. Kita lihat bagaimana determinasinya untuk mengambil alih saham Freeport yang sekian lama menjadi ganjalan, bagaimana cepatnya pembangunan infrastruktur di daerah-daerah. Hal ini bisa terjadi karena sikap maskulinnya yang membuat anak buahnya tahu dengan persis keinginannya dan menjalankannya,” tambah Emilia.
 
Ria menambahkan, Presiden Joko Widodo mampu menampilkan keseimbangan antara gaya kepemimpinan maskulin dan feminin, sesuai dengan konteks atau situasi yang dihadapinya. “Beliau bisa terbuka dan bergurau dengan anak-anak dan ibu-ibu, dan bisa tegas dalam menghadapi serangan teroris.
 
Sementara itu, Menteri Susi Pudjiastuti adalah contoh lain, seorang wanita yang bisa menampilkan gaya maskulin yaitu ketegasan dalam menghadapi pencurian ikan, tapi di sisi lain ia menunjukkan kepedulian terhadap kehidupan nelayan.
 
Gaya kepemimpinan feminin, tidak berlawanan dengan gaya kepemimpinan maskulin. Kedua hal ini merupakan satu spektrum yang perlu diseimbangkan. Apabila seorang pemimpin hanya menggunakan satu gaya, maka ia seperti burung yang terbang dengan satu sayap sehingga kepemimpinannya menjadi tidak efektif. “Pemimpin yang ideal adalah yang mampu dan tahu kapan ia harus menampilkan gaya maskulin, tapi dalam situasi lain mengambil gaya feminin,” imbuh Emilia.
 
Itu artinya, seorang pemimpin juga harus memiliki kejelasan dan ketegasan yang biasanya dikenal dengan sikap maskulin. Sebab, bila tidak, orang hanya merasa nyaman saja, tapi kurang punya greget untuk mencapai target.
 
Anak buahnya akan butuh arahan, meskipun mereka punya kebebasan untuk berinovasi. Keberanian mengambil keputusan dan menanggung risiko juga diperlukan agar target yang ditetapkan bisa tercapai. Misalnya, dalam situasi krisis yang membutuhkan kecepatan pengambilan keputusan, pemimpin tidak boleh menunda-nunda untuk mendengarkan pendapat semua orang.
 
Ia harus bisa mengambil keputusan yang cepat, meskipun data yang dimiliki masih kurang kuat. Sementara, dalam situasi brainstorming dalam proses berpikir inovatif, ia perlu lebih mendengarkan pemikiran orang lain, pun yang berbeda pendapat dengannya. Dalam proses menjual ide, ia juga harus lebih mendengarkan keberatan orang lain, empati terhadap situasi mereka. Dengan demikian, mereka memiliki keberatan tersebut dan menggunakannya untuk menjual idenya, sehingga orang bisa melihat juga apa untungnya buat mereka.
 
”Seorang pemimpin, dalam bidang apa pun, baik itu politik, ekonomi/bisnis, sosial, atau keagamaan, akan selalu berhadapan dengan berbagai situasi yang berbeda. Tiap situasi membutuhkan eseimbangan tertentu,” kata Ria.
 
 Jika dianalogikan dengan burung, apabila seekor burung terbang, ia akan menyeimbangkan sayapnya sesuai dengan arah angin. Contohnya saat berada dalam kondisi bencana alam, dibutuhkan lebih banyak empati dan kepedulian, sementara ketika menghadapi kondisi darurat karena serangan teroris, harus fokus dan tegas. (f)


Konsultan: Heriati Gunawan, Executive Coach & Presiden Direktur Daya Dimensi Indonesia; Emilia Jakob, konsultan pengembangan sumber daya manusia dari Experd


Baca juga:
Sukses Dengan Gaya Kepemimpinan Feminin yang Mengutamakan Kolaborasi dan Inovasi
Ingin Sukses Berkarier? 4 Tip Membuat Karier Melesat
8 Rahasia Karier Sukses Dengan Hidup Lebih Seimbang


Topic

#karier

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?