Blog
Pria Bukan Makhluk Romantis

17 May 2016


Foto: Fotosearch

Sejak dulu saya senang menonton film drama maupun membaca cerita novel. Biasanya, sih, tema besarnya soal kisah cinta di antara pasangan remaja, cinta segi tiga, bahkan kasih tak sampai yang menyebabkan perpisahan. Kalau ada cerita yang mengharukan pasti saya diam-diam menangis saat nonton atau membacanya. Cheesy banget, ha ha ha.
 
Sayangnya, kehidupan percintaan saya jauh dari kata romantis. Kebetulan saya dapat pasangan yang cuek dalam arti superirit dalam mengekspresikan perasaannya. Masa-masa pdkt saja, nih, dia nggak pernah mengirimkan SMS yang sweet, seperti menanyakan kabar saya atau bilang kangen. Yang ada dia bilang, “Ada film bagus, nonton yuk?” atau “Saya mau ke pameran X, mau ikut?”. Yap, selalu to the point.
 
Nah, setelah jalan beberapa minggu, saya juga yang akhirnya berinisiatif menanyakan soal hubungan kami. Maklum lah, saya termasuk wanita yang ingin kejelasan. Kalau iya dia suka saya, maka kami jalan ekslusif berdua. Kalau nggak ada apa-apa, ya, saya bakal cari orang lain, he he he.
 
Dengan ‘kesepakatan’ bahwa kami punya hubungan lebih dari teman akhirnya kami resmi pacaran. Lupakan, deh, kata-kata puitis yang dikirimkan Rangga untuk Cinta di film Ada Apa dengan Cinta karena momen jadian kami jauh dari romantis. Berhubung momen itu juga nggak direncanakan, alhasil kami nggak punya tanggal jadian.... hiks.
 
Apakah setelah pacaran saya mendapatkan momen romantis seperti ratusan film ‘menye-menye’ yang saya tonton? Tentu tidak. Aktivitas kami biasa saja, tuh. Paling dia menjemput saya sepulang jam kantor, makan sambil ngobrol bareng, lalu saya diantar pulang ke rumah. Ini terus berlangsung selama lima tahun dan bikin teman-teman saya iri. Menurut mereka tindakan ini superromantis—masa, sih?
 
Saat berantem, kami juga nggak punya rutinitas romantis untuk berbaikan. Saya ngomel dan mendiamkan pasangan, sementara dia juga nggak berusaha ngebaik-baikin saya. Bahkan.... ketika saya minta break selama satu minggu tanpa kontak, pasangan mengiyakan keinginan saya tanpa perlawanan. Kelempengannya ini bikin hati saya tambah panas!
 
Di hari ulang tahun pun saya nggak pernah mendapat kado spesial. Pasangan nggak menganggap hari itu berbeda dari 364/365 hari lainnya. Paling dia kasih ucapan standar ‘selamat ulang tahun’ tanpa birthday wishes! Kalau saya tanya, dia ‘ngeles’ bahwa doa dan harapan lebih baik nggak diumbar. Oh please....
 
Sebaliknya, berbekal sisi romantis yang saya miliki, setiap kali pasangan berulang tahun saya pasti heboh mencari kado dan berusaha membuat hari itu lebih berkesan bagi dia. Yang bikin drop, tuh, ekspresi dia biasa saja saat membuka kado dari saya! Hanya ucapan terima kasih untuk membalas segala keribetan yang saya alami demi kado tersebut.
 
Kalau diputar ulang.... pasangan memang nggak pernah meminta hal-hal luar biasa dari saya. Mungkin itu pula yang bikin dia memilih bersikap normal dan apa adanya kepada saya. Dia tipe pria yang baru bertindak kalau saya memang benar-benar butuh sesuatu. Contohnya dulu saat kami masih menjadi newlywed. Suatu hari di tengah malam mendadak saya lapar dan dia berinisiatif memasakkan saya mi instan, nyam-nyam.
 
Kalau sekarang masakannya sudah ‘naik kelas’. Dia pernah coba-coba membuat rendang ayam dan ternyata rasanya cukup oke lah buat pemula. Setelah saya ketagihan untungnya dia mau bikin by request J Dengan catatan segala bahan masakan sudah ada, dia tinggal mengolahnya saat malam dan besoknya saya bisa bawa bekal ke kantor, deh.
 
Oke, kembali ke soal topik romantis, ya. Kalau dipikir-pikir lagi sikap romantis memang nggak punya standar baku. Ada teman pria yang royal memberikan bunga kepada pacarnya sesuai ungkapan ‘say it with flowers’, sementara ada pria yang memilih menyiapkan candle light dinner setiap kali merayakan anniversary dengan pasangannya—seperti salah satu seleb yang sering saya intip akun media sosialnya, he he he. Sudahlah dia ganteng, romantis pula... *sigh*
 
Buat saya pribadi, rasanya salah satu momen keromantisan pasangan yang sangat membekas dalam ingatan adalah saat dia spontan menggandeng tangan saya di suatu event kantor. Saat itu saya bilang ingin pulang, dia pun langsung menawarkan diri untuk mengantar saya padahal kami belum jadian. Sambil berusaha menembus keramaian, dia menggandeng tangan saya. Kaget, tapi sekaligus senang mendapat perhatian sederhana dari seseorang yang nggak ekspresif.
 
Pelajaran yang saya dapat: Kita nggak bisa mengubah pasangan—percayalah! So ladies, jangan berharap terlalu tinggi terhadap pria yang (sudah terbukti) nggak romantis. Keinginan kita kadang nggak sejalan dengan kenyataan. Namun, di balik ketidakromantisannya itu pasti ada hal-hal positif lain yang bisa disyukuri.
 
Meski kadar romantis pasangan sudah nggak bisa di-upgrade, tapi saya nggak berhenti berharap suatu hari nanti dia mau memberikan bunga sebagai kejutan. Toh, tindakan sederhana ini nggak menyakiti siapa pun. Semoga suatu saat mimpi romantis saya terwujud, hi hi hi. (f)


Topic

#BlogEditor

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?