Blog
Ketika Goblin Menyelamatkan Saya

4 Mar 2017


Foto: tvN
 
Drakor alias drama Korea sudah lebih dari satu dekade belakangan ini menjadi gelombang yang mengempas para gadis dan wanita di Indonesia. Banyak yang kena, dan tak sanggup menolak sihirnya. Pemain cowok yang unyu-unyu –meski saya curiga wajah super imut itu adalah hasil permak, cerita cinta yang mengharu-biru dan gambar-gambar yang indah (meski sinetron tapi CGI dan special effect-nya enggak kalah sama film Hollywood) bisa menjadi beberapa alasan mengapa drakor dicintai dengan sepenuh hati.
 
Malah bagi salah satu sahabat saya yang die hard fans drakor, dia merasa tak masalah enggak pergi ke mana-mana saat weekend asal bisa tenang-tenang di depan layar dan terhanyut akan kisah cinta romantis drama korea. Di obrolan teman kantor, grup WhatsApp, juga timeline media sosial, terutama Facebook, pun saya sering mendengar judul-judul yang lagi hits seperti Descendants of the Sun dan belakangan adalah Goblin.   
 
Terus terang, meski bergaul dengan para fans drakor, saya tak juga tertarik untuk menontonnya. Bukan apa-apa, saya tipe yang tidak tahan menonton cerita bersambung yang lambat dan melarat-larat. Saya hobi nonton film seri, tapi yang lepasan, seperti Law and Order (yang selalu saya anggap sebagai serial terbaik yang pernah ada), CSI baik yang Vegas, NY maupun Miami (meski gara-gara ngefans sama Horatio Caine saya suka di-bully beberapa teman). Saya juga penggemar berat Game of Thrones yang penuh adegan perang, strategi merebut kekuasaan dan bunuh-bunuhan.
 
Kalau saya ingat-ingat, bukannya saya tidak pernah mencoba menonton drama Korea. Dulu, pada tahun 2003-an, ketika Winter Sonata sedang tenar, saya pernah dipinjami teman saya CD-nya yang berkeping-keping. CD itu dibeli di Glodok yang lebih dari 10 tahun lalu adalah pusat perfilman di Jakarta, ha..ha..ha.
 
Saya mencoba menonton Bae Yong Jun, yang saya akui super cakep, dengan wajah bening dan serene dan senyum yang tipis setipis kaca matanya. Saya pernah terpaku melihat scene ketika Bae Yong Jun dengan long coat warna beige berjalan di tengah guyuran hablur salju…
 
Tapi, meski jatuh cinta dengan Bae Yong Jun, toh saya tidak punya daya tahan untuk menyelesaikan episode demi episode kisah cinta di Winter Sonata. Sepertinya saya hanya mampu bertahan hingga di episode ke-5 untuk kemudian saya harus mengucapkan bhayyyy….
 
Kini, setelah 13 tahun kemudian, benteng pertahanan saya berhasil dibobol oleh Goblin. Ya, drama fantasi yang berkisah tentang Kim Shin, mantan jenderal perang kerajaan kuno, yang tidak bisa mati dan hidup sebagai Goblin. Kim Shin baru akan mati kalau pedang tak kasat mata yang menusuk dadanya itu berhasil dilepas oleh wanita yang ditakdirnya menjadi Goblin’s Bride.
 
Sebetulnya saya iseng saja ketika di suatu pagi yang macet saya membuka aplikasi viu yang sudah saya install semalam sebelumnya dan mengklik Goblin, yang pagi itu berada di halaman pertama. Pagi itu, karena saya sebal dengan traffic dan capek membuka media sosial yang isinya saling sindir dan sumpah serapah pendukung paslon 2 dan paslon 3 pilkada DKI di media sosial, saya pun memilih menekuni Goblin. Dan… tanpa terasa saya pun terhanyut (meski ketika satu episode selesai saya baru sadar berapa kuota yang sudah disedot sang Goblin). Sampai di kantor pun, saya meminta file film dari teman dan memindahkannya ke smartphone.
 
Dan sejak hari itu, saya pun meluangkan waktu berangkat dan pulang kantor memelototi smartphone. Apa kabar macet? Saya sudah tak lagi bete karena toh ada Mas Kim Shin yang bertubuh tinggi dan bermata sedih yang menemani mengarungi jalanan Jakarta yang ganas. Saya membatasi diri untuk tidak banyak menonton di rumah memang (meski enggak tahan juga ketika pada weekend lalu saya memasuki episode ketika si pengantin goblin berhasil menarik pedang yang artinya goblinnya mati…oh no!)
 
Di kantor, ketika saya mulai ikut-ikutan berkomentar ketika para penggemar drakor mengobrol, seorang teman bilang merasa terkhianati hahaha… maklum sebelumnya kami sama-sama fans Game of Thrones yang bisa membahas dengan detail para tokoh dan plot cerita (karena saya juga membaca novelnya) di serial hits produksi HBO itu. Bagaimana mungkin saya bisa berubah haluan begitu cepat: dari gorok-gorokan menjadi cinta-cintaan.
 
Tapi, saya akui kalau saya menikmati Goblin. Selain saya menikmati gambar-gambarnya yang sangat cantik, namun yang saya sadari, sejak fokus dengan Goblin, saya nyaris tak lagi membuka media sosial. Maklum, selama ini ketika macet atau ada waktu luang, tangan saya tanpa bisa dicegah memang suka membuka media sosial, terutama facebook. Padahal setelahnya saya jadi kesal sendiri, tapi saya sulit menahan diri untuk puasa dari media sosial. Saya baru menyadari betapa tenangnya hidup ketika off dari media sosial, dan itu bisa saya lewati bersama Goblin. (f)                

Baca juga:
Goblin, Drama Seri Terbaru Gong Yoo yang Ratingnya Memecahkan Rekor Drama Seri Reply 1988
Lipstik Kim Go Eun, Aktris dari Drama Korea Goblin jadi Incaran
Mengintip 4 Lokasi Romantis Drama Seri Goblin


Topic

#BlogRedaksi, #Goblin, #DramaKorea

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?