BizNews
WISE Women Jakarta: Pebisnis Fashion Belajar Tentang Keuangan Bersama Bank Commonwealth

26 Feb 2018



Foto: RFF


Survei dari World Bank tahun 2013 menunjukkan bahwa 43% jumlah UMKM (Usaha Kecil Mikro Menengah) di Indonesia dimiliki oleh wanita. Hal ini pula yang mendorong diluncurkannya program WISE (Women Investment Series) Women Enterpreneur Masterclass dari Bank Commonwealth sejak tahun 2016 lalu.

“Awalnya kami ingin membantu ibu-ibu rumah tangga untuk belajar mengelola keuangan mereka lewat berbagai kelas pelatihan. Sebab kami cukup prihatin melihat literasi keuangan di Indonesia hanya sebesar 30%, sementara di Singapura sudah mencapai 99%. Namun, kemudian pelatihan ini juga menjangkau pebisnis wanita. Seiring meningkatnya jumlah UMKM yang dijalankan oleh wanita,” ujar Sri Safitri DamajantiHead of Marketing Communication Bank Commonwealth.

Seperti Sabtu pagi (24/2) lalu, bekerja sama dengan komunitas Wanita Wirausaha (#Wanwir) Femina, program WISE Women Enterpreneur Masterclass berlangsung di EV Hive D Lab, Jakarta. Acara yang dihadiri lebih dari 100 peserta yang berasal dari komunitas Wanwir Femina dan berbagai komunitas lainnya ini memberikan pelatihan mencatat laporan keuangan, yang disampaikan oleh Weddy Irsan, SVP, Head of SME Business Commonwealth Bank, dan juga pengetahuan seputar Trend Forecast untuk Bisnis Fashion yang dipresentasikan oleh desainer senior Itang Yunasz. 

Sesi awal dibuka dengan workshop pencatatan laporan keuangan yang dipandu oleh Weddy. Masing-masing peserta terlebih dahulu mengisi laporan keuangan yang berisi catatan penjualan, laporan laba rugi, dan laporan neraca.
 
Peserta diminta mencoba membuat laporan catatan keuangan bersama.
Foto: RFF


“Mengapa laporan penjualan itu penting untuk dibuat dan catatan transaksi sekecil apapun tetap harus dimasukkan ke dalamnya? Sebab, laporan ini akan memantau pergerakan penjualan dan juga untuk pengajuan pinjaman ke bank,” terang Weddy. Keuntungan lainnya, dengan memiliki catatan penjualan, pebisnis juga bisa mengetahui barang-barang mana yang laris sehingga bisa lebih mudah mengatur stock inventory-nya.

Weddy juga menekankan pentingnya memisahkan pengeluaran pribadi dengan usaha. Termasuk pemakaian kartu kredit untuk usaha maupun kepentingan pribadi. “Jumlah hutang usaha juga tidak boleh melebihi dari 50% total aset dan jika ingin mengambil hutang cicilan maka usahakan jumlahnya tidak melebihi 30% dari total income,” sarannya.
 
Weddy Irsan, SVP, Head of SME Business Bank Commonwealth memandu peserta untuk latihan mengisi laporan keuangan bersama.
Foto: RFF


Hal menyenangkan dari workshop ini, peserta tidak hanya berkesempatan menimba ilmu tetapi juga bisa berkonsultasi sepuasnya dengan para ahli. Antusiasme peserta pun membludak saat sesi tanya jawab dibuka.

Salah seorang peserta menanyakan bagaimana cara menentukan harga jual? Menurut Weddy, hal ini tergantung dari perkiraan modal pokok ditambah marjin keuntungan yang diinginkan dan target konsumen yang dituju.

“Strategi harga berjualan di toko dan pameran bisa sama atau berbeda tergantung pemiliknya. Bisa saja ia menerapkan harga murah saat pameran dengan harapan ada impulsive buying. Atau untuk contoh penerapan harga berdasarkan segmentasi pasar, di warung penetapan harga Coca Cola bisa hanya Rp5.000, sedangkan jika di kafe bisa dijual seharga Rp25.000,” jelasnya.

Unduh modul Manajemen Keuangan untuk UKM dengan klik ikon merah di SINI.

Sesi berikutnya bersama desainer Itang Yunasz tidak kalah seru. Pemenang ke-2 Lomba Perancang Mode Femina tahun 1981 ini membuka sesi dengan menceritakan perjalanan kariernya sebagai desainer. “Saya mulai membuat busana muslim sejak tahun 2000 diawali oleh keputusan istri dan anak saya yang ingin berhijab. Saya menyasar pasar menengah ke bawah dan menjual koleksi saya di pasar Tanah Abang. Ternyata mendatangkan banyak keuntungan,” ujarnya.

Dalam pemaparannya, Itang memberikan sedikit bocoran mengenai perkiraan tren untuk busana muslim di tahun ini.

“Untuk siluet dan styling, potongan-potongan oversized banyak disukai. Bagi yang muda, mereka lebih suka desain simpel. Sedangkan untuk warna yang akan mendominasi, cenderung warna oranye koral dicampur dengan warna abu-abu atau hijau botol,” ungkap Itang.
 
Desainer Senior Itang Yunasz berbagi cerita mengenai kisah perjalanannya menjadi seorang desainer hingga kini sukses menekuni bisnis busana muslim. Itang juga berbagi seputar prediksi tren busana muslim tahun ini.
Foto: RFF


Mengamati tren menjadi hal penting yang harus dilakukan pebisnis agar bisa menjual barang yang akan dibeli nantinya. "Mengamati tren bisa dilakukan antara lain lewat majalah fashion, televisi, Pinterest, Facebook, Instagram," saran Itang.

Busana muslim memang tengah naik daun saat ini, kebanyakan peserta yang hadir pun mayoritas pelaku bisnis busana muslim. Salah satunya Euis Qadar dari Jatinegara. Sudah sejak 2009 ia terjun ke bisnis pakaian muslimah.

“Namun usaha saya kurang lancar karena enggak tahu ilmu berbisnis seperti apa,” ungkap Euis. Ia pun rajin menyambangi berbagai pelatihan yang diadakan komunitas-komunitas wirausaha yang diikutinya seperti komunitas Wanwir. “Senangnya ikut acara komunitas, selain dapat ilmu, saya jadi luas networking-nya. Tadi saya kenal penjahit di sini dan kami sudah mulai berbicara rencana kerja sama,” akunya senang.

Sebelum acara berakhir, ada pembagian hadiah untuk best dress dan best post di media sosial. Selanjutnya workshop pelatihan keuangan dan bisnis untuk wanita wirausaha ini juga akan hadir di kota Surabaya, Medan, Yogyakarta, Bandung, dan 5 kota lainnya.  Selain lewat kelas workshop, edukasi literasi keuangan WISE juga bisa diakses lewat aplikasi yang bisa diunduh di Google Play dan AppStore. (f)

Baca juga artikel tentang wirausaha lainnya di www.wanitawirausaha.com
 


Topic

#Keuangan, #WISEWomen

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?