Beauty Trend
Pria Korea Menjadi Pesolek Demi Kebutuhan Kerja

27 Jun 2016


Foto: dok. TNGT Fashion

Dibandingkan negara Asia lainnya, pria-pria di Korea Selatan terlihat lebih advance dalam hal grooming. Semua berawal di akhir tahun 1990-an, saat pemerintah Korea Selatan memberi kelonggaran masuknya produk impor Jepang.
 
Langkah ini membuat para pria Korea mulai paham mengenai male beauty, yang sudah lebih dulu dilakukan pria-pria Jepang. Ide berbeda dari dunia kecantikan untuk pria diekspos habis, termasuk munculnya sosok pria cantik seperti pada tokoh komik Jepang. Inspirasi baru tersebut mereka praktikkan, tapi belum seperti sekarang.
 
Gaya pria Korea mengalami metamorphosis drastis−dari pria macho menjadi pria metroseksual−saat semua mata tertuju pada Ahn Jung-hwan. Ia adalah pahlawan di World Cup 2002 sekaligus pencetus Flower Men: kelompok pria dengan wajah tampan, kulit bersih terawat, dan sangat fashionable. Dalam hitungan bulan, semua pria ingin terlihat seperti Ahn Jung-hwan.
 
Bagi pria Korea, kini penampilan adalah utama. First impression sangat penting, terutama bila menyangkut masalah kulit. Kulit sehat terawat diyakini sanggup mengubah hidup seseorang menjadi jauh lebih baik, terutama melancarkan jalan untuk mendapat pekerjaan dan kekasih. Para wanita pun menyukai pria yang peduli pada penampilan, terutama wajah yang terawat. Ini yang membuat para pria makin percaya diri untuk total merawat diri.
 
Dengan persaingan karier yang hebat, pria Korea dituntut punya nilai plus. Penilaian untuk lolos kerja bukan lagi sekadar CV dengan nilai akademis tinggi, tapi dilihat juga dari penampilan luar mereka.
 
Pria millennial Korea berlomba-lomba ‘mempercantik’ diri mereka. Yang ikut wajib militer (18 - 35 tahun) tidak luput dari hebohnya tren ini. Mereka menggunakan BB cream sebagai pengganti sunblock.
 
Menurut David Cho, co-founder situs K-beauty, SokoGlam.com, yang berkantor pusat di New York dan pernah ikut wajib militer (wamil), masa dua tahun wamil membuat para pria Korea cemas, karena standar perusahaan dan kompetisi kerja di luar makin tinggi.
 
Biasanya, pria Korea ikut wamil sebelum atau pada masa kuliah, sehingga kelulusan mereka akan terlambat dua tahun kemudian. Artinya, mereka harus terlihat lebih muda untuk bisa bersaing memasuki dunia kerja.
 
Banyak pria Korea, pertama kali mengenal male grooming justru saat mengikuti wamil. Mereka belajar dari teman bagaimana menjaga dan merawat kulit wajah terutama di cuaca panas saat bertugas. Saat mereka kembali dari wamil, sudah lazim bagi pria-pria muda itu memakai moisturizer tipis atau BB cream.

Lahan Baru Bisnis Kecantikan
Seperti tak mau membuang kesempatan emas, pebisnis produk kecantikan melebarkan sayap mengincar pasar pria. Produk male grooming hadir melalui brand besar yang dominan, seperti Shiseido, Etude House, Missha, dan Tony Moly.
 
Shiseido, sebagai brand personal care multinasional Jepang, mengeluarkan Shiseido Men. Sedangkan IOPE, produk high-end skincare Korea, mengeluarkan Air Cushion Compact.
 
Para selebritas Korea dari ranah hiburan K-pop dan K-drama didaulat menjadi brand ambassador, contohnya Kim Soo-hyun untuk The Face Shop dan Exo untuk Nature Republic.
 
Bisnis kecantikan untuk pria mengeruk keuntungan di dua negara ini. Jepang mengalami kenaikan hingga 70% selama periode 1980 dan 1990, dan mendapat keuntungan hingga Rp24 triliun di tahun 2014. Di Korea, estimasi keuntungan pada 2012 mencapai lebih dari Rp12 triliun. Pada 2015, industri grooming di negara tersebut mengalami kenaikan hingga hampir 50% dan diprediksi akan tetap naik hingga 5 tahun ke depan. (f)
 
 


Topic

#koreancorner

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?