Kadar nutrisi dalam produk pangan buatan pabrik akan relatif terjamin, selama masih belum melewati tanggal kedaluwarsa yang terdapat pada label kemasan. Setelah tanggal kedaluwarsa, klaim tersebut bisa saja tidak terpenuhi. Bahkan, dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012, produk yang telah melewati waktu kedaluwarsa disebut pangan tercemar. Meski belum tentu tak lagi aman dikonsumsi, kualitas produk umumnya telah berkurang, ditandai dengan perubahan cita rasa, aroma, maupun teksturnya.
Di lain pihak, umur simpan produk pangan buatan pabrik sangat dipengaruhi oleh jenis kemasannya. Produk dalam kemasan yang kedap udara maupun cahaya, seperti kaleng, akan cenderung lebih awet. Modifikasi kemasan, misalnya keripik yang kemasannya berisi gas yang dimodifikasi dengan kandungan nitrogen dan karbon dioksida, juga umum dilakukan untuk menjaga kualitas produk selama disimpan.
Untuk produk yang telah dibuka kemasannya dan tidak habis dikonsumsi, diperlukan penyimpanan produk dalam wadah dan kondisi yang sesuai agar masih bisa dinikmati kembali. Meski kandungan zat gizi produk relatif tidak berkurang selama penyimpanan, produk steril yang telah dibuka dapat mengalami kontaminasi mikroba dari udara, yang akan menyebabkan kebusukan produk secara cepat.
Keripik dapat bertahan hingga satu pekan, jika disimpan di suhu ruang dalam wadah tertutup. Minuman kotak atau botolan berukuran besar dapat disimpan di lemari es dan aman dikonsumsi dalam 5-7 hari. Sementara itu, makanan kalengan perlu dikemas dalam wadah tertutup dan dihabiskan sebelum satu pekan.
Pada bahan pangan dalam kemasan, reaksi kimia – yang dapat mengubah aktivitas senyawa bahan yang dikemas – turut dipengaruhi oleh oksigen dan cahaya. Oksigen dapat menyebabkan produk pangan yang dikemas menjadi tengik (misalnya minyak) atau tak lagi renyah (misalnya keripik).
Puji Maharani
