Trending Topic
Work Life Balance Ala Pria

3 Oct 2014


Mengenai work life balance ini, ketua jurusan psikologi dari Universitas Binus Jakarta, Raymond Goodwin berpendapat, work life balance yang dimaksud adalah dapat memberikan prioritas yang seimbang untuk kerja dan untuk kepentingan keluarga maupun diri sendiri. “Mereka yang hidupnya seimbang  dapat dikatakan memiliki kualitas pemenuhan peran yang serupa, baik di pekerjaan maupun di rumah. Ketidakseimbangan tentunya akan menyebabkan adanya ketimpangan di salah satu aspek. Terlalu memfokuskan diri hanya pada pekerjaan akan berdampak pada tidak maksimalnya hubungan di rumah. Terlalu memfokuskan diri hanya pada peran di rumah tentunya akan berdampak pada pencapaian kerja,” jelasnya.

Raymond menambahkan, bagi para pria atau ayah ini, keseimbangan itu sesungguhnya akan berpengaruh positif pada produktivitasnya. Seorang ayah yang juga melihat keluarganya sebagai prioritas, akan terdorong untuk menyusun jadwal aktivitas pekerjaannya secara efektif. Hal itu tentunya akan juga membantunya untuk bekerja secara efektif pula.

Oleh karena itu, kata Raymond, bisa dikatakan bahwa work life balance bukanlah sebuah hal yang mudah dicapai. Perlu ada kerja sama yang baik, terutama dengan pasangan di rumah. Untuk memiliki kerja sama yang baik  tentunya perlu ada komunikasi yang baik dan jelas di antara suami dan istri.

Jika ayah dapat membagi waktu dengan baik dalam menjalankan pekerjaannya di kantor, tidak ada halangan bagi ayah untuk dapat menjalankan perannya di rumah dengan baik. “Ditambah lagi dengan komunikasi yang baik dengan istri, tentu akan memberikan solusi apabila ada keadaan mendesak yang menyebabkan di hari itu ayah tidak dapat menjalankan perannya di rumah,” tambah Raymond.

Rene melihat work life balance ini dengan kacamata lain. Work life balance bukanlah soal membagi waktu sama rata, tapi soal kebutuhan. “Ketika ada keluarga yang sakit, tentu butuh waktu lebih banyak sehingga harus diprioritaskan. Kalau dari segi finansial utangnya sedang banyak, tentu harus ‘kejar setoran’ supaya bisa melunasi utang. Intinya, work life balance adalah soal prioritas hidup yang harus dikejar dan dipenuhi,” ungkap Rene.
Lebih lanjut ia menambahkan, tentu untuk bisa mencapai ‘keseimbangan’ yang diinginkan, harus dipikirkan visi jangka pendek dan jangka panjangnya. “Tujuan jangka panjang, misalnya, visi tumbuh kembang karier tercapai dan fleksibilitas waktu untuk keluarga terpenuhi,” ucap Rene, yang menyarankan, sebaiknya kaum ayah yang saat ini mengaku kesulitan mencari waktu untuk keluarga, tidak ‘pasrah’ dan menyerah dengan rutinitas.  
Rene memberi contoh, pengalaman pribadinya, misalnya, “Saya punya clarity untuk prioritas hidup. Saya mau hidup mandiri, berkecukupan, dapat penghidupan yang layak, dan bisa menjadi ayah yang baik buat anak-anak. Semua tidak bisa dijalankan dalam waktu yang sama. Ada prioritas ketika saya harus sering bepergian ke luar kota atau ke luar negeri. Ada saat saya harus menjalankan peran sebagai ayah dengan meluangkan banyak waktu di rumah. Intinya, menjalani sesuatu itu harus dengan kesadaran, apa purpose-nya,” tutur Rene, yang menjalankan skema 3 hari work days di kantor dan sisanya di rumah. 

Rene mengamati, karakteristik pekerjaan kantoran sekarang mulai berubah seiring dengan kemajuan perkembangan teknologi. Beberapa kantor sekarang mulai menerapkan flexi hour yang ditujukan tidak hanya untuk wanita, tetapi juga karyawan pria. “Hal ini tentunya memberi  kesempatan kepada si bapak untuk lebih berperan sebagai orang tua.”

Ketika gerakan wanita untuk menembus langit-langit kaca itu terasa jalan di tempat, kini memang saatnya menjadikan gerakan wanita seiring dengan gerakan pria. Terutama, gerakan untuk mengajak pria ‘kembali’ ke rumah. (Ficky Yusrini)


 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?