Trending Topic
Update Demi Anak

11 Apr 2014


Menurut pendiri dan Managing Director Sekolah HighScope Indonesia, Antarina S.F Amir,   jika ada kolaborasi positif antara guru, anak, dan orang tua, pasti hal ini akan berdampak banyak bagi kemajuan anak. “Kemajuan anak itu sebanyak 50% dari peran orang tua, 40% dari guru, dan 10% dari lingkungan. Itulah yang selama ini selalu disampaikan kepada orang tua murid-murid kami,” tambahnya.

Supaya adil, Antarina selalu berusaha melibatkan semua orang tua murid, termasuk mereka yang tidak aktif sebagai pengurus. Misalnya, lewat forum Parents Workshop yang rutin diadakan. “Di situ, kami menjelaskan kegiatan-kegiatan apa saja yang diorganisasi oleh guru, orang tua, dan kerja sama antara guru dan orang tua. Ini supaya mereka tahu,  komite itu bekerja untuk semua anak, bukan anak-anak mereka saja,” kata Antarina.

Bagi para mama kantoran, atau  mereka yang tidak bergabung menjadi pengurus, Nina menyarankan, banyak cara untuk mengikuti berita sekolah dan tetap update. “Berteman dengan sesama orang tua murid itu tetap perlu. Manfaatkan grup Whatsapp atau Blackberry Messenger. Jika anak Anda hari ini tidak masuk, bisa menanyakan kepada  orang tua lain agenda untuk besok apa,” kata psikolog Anna Surti Ariani, yang akrab disapa Nina ini.

Di sekolah --seperti juga hukum pergaulan di mana pun-- menebarkan aura positif itu penting, supaya kita menjadi pihak yang tidak dibenci semua orang. “Jangan memancing dengan isu-isu yang belum tentu benar. Atau menggosipkan orang lain. Bisa jadi, orang yang kita ajak bergosip itu sebenarnya berteman dekat dengan orang yang kita gosipkan,” sindir Nina. 

Pergaulan para mama di sekolah juga akan berdampak positif ke anak. Anak jadi ikut diperhatikan oleh mama yang lain. Anak yang berniat nakal akan merasa diawasi, sebab ia tahu bahwa sesama ibu mereka saling berteman. Jika anak Anda di-bully, mama lain akan melaporkannya kepada Anda.

Belum lagi dengan maraknya penipuan lewat telepon, maka para mama bisa saling mengingatkan. Sesama mama juga bisa berbagi cara bagaimana menghadapi guru tertentu. Anak jadi lebih mudah melewati fase sulit mereka.

Yang menjadi problem,  yang perlu diwaspadai, menurut Nina, biasanya tekanan dalam pergaulan anak, terutama anak yang bersekolah di sekolah mahal. “Misalnya, bersaing soal destinasi liburan, atau gaya hidup dengan standar tertentu,” papar Nina.

Bagaimana para ibu bergaul, itu juga menjadi simulasi sosial untuk anak-anak. Menurut Nina, anak-anak jadi melihat dan mempelajari bagaimana orang tuanya bergaul, ngobrol, bertukar foto, saling membawakan makanan, dan saling membantu. Tapi, yang namanya interaksi pasti tidak selalu mulus,  sesekali terjadi masalah. Misalnya berdebat, lalu cemberut, dan tidak puas. “Jika terjadi konflik, anak-anak akan belajar cara kita menghadapinya. Jadikan diri Anda sebagai referensi positif mereka,” imbuh Nina.

Bagi para mama sendiri, pergaulan di sekolah ini   banyak sisi positifnya. Nina berpendapat, kumpulan mama ini bisa jadi support system. “Mereka bisa menjadi tempat curhat urusan anak, bingung masalah rumah tangga, hingga manfaat untuk meningkatkan rasa percaya diri mama karena punya kelompok yang siap mendukungnya,” jelas Nina.

Argarini Devi




 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?