Career
Tak Perlu Berantem

12 Jun 2012

Menekuni sebuah bisnis, tentu butuh waktu untuk menggapai target dan kesuksesan. Alangkah senangnya jika jatuh bangun membesarkan usaha itu dilakukan bersama orang terdekat,seperti teman, keluarga, atau pasangan. Apalagi, menurut Putu Surya Negara, konsultan bisnis dari Access One Indonesia, sebuah bisnis pada umumnya baru bisa dinyatakan sukses setelah melewati 4 tahun beroperasi. 

Sayangnya, hubungan partner bisnis yang awalnya mesra itu sering kali menemui masalah di kemudian hari. “Kerja sama usaha alias partnership sering kali memang hanya lancar di awal perusahaan beroperasi. Terutama,  jika perjanjian bisnisnya tidak jelas,”  kata Putu. Karena itu, ia menyarankan adanya pegangan hitam di atas putih, sedekat apa pun hubungan Anda dengan mitra kerja Anda. Memang, hukum di Indonesia sudah menganggap perjanjian secara lisan sudah diakui sebagai bentuk perjanjian kerja. Namun, perjanjian secara lisan nantinya akan sulit mencari rujukan dan referensinya. Inilah sejumlah poin saat Anda membuat perjanjian bisnis.
 
1. Transparan Soal Pembagian Saham
Diskusikan posisi partner Anda, apakah hanya sebatas memasukkan modal sehingga kelak hanya diperhitungkan dalam hal pembagian profit. Atau, mereka menaruh modal (memegang saham), namun sudah ditentukan jangka waktunya. Misalnya, mereka akan keluar setelah 5 tahun. Untuk yang demikian, maka harus disiapkan juga exit strategy-nya yang berisi: kapan mereka keluar dan syarat-syarat apa yang harus dipenuhi. 

2. Peranan Serta Tanggung Jawab
  • Ada partner kerja yang hanya mau memasukkan kapital uang, dan tidak mau lagi mengeluarkan biaya apa pun. Hal ini wajar saja, asal sudah disepakati sejak awal. 
  • Ada pula partner yang selain kapital uang, ia juga bersedia mendedikasikan waktunya sekian hari dalam seminggu. 
  • Atau, ada partner yang selain memberikan kapital uang, juga akan memasukkan jejaring-jejaringnya untuk dijadikan klien. Hal-hal seperti ini juga lebih baik diperjelas, apakah klien yang ia masukkan tadi hitungan komisinya sekalian ditambahkan ke modal yang ia setorkan atau nantinya akan ada fee tambahan. Hal ini perlu diperhatikan, sebab klien yang dibawa akan mendatangkan bisnis bagi perusahaan sehingga harus diatur dengan jelas. 
3. Full Time atau Part Time?
Berbisnis dengan teman, memang kelihatan lebih nyaman. Kesepakatan juga terjalin dengan sangat mudah. Soal pembagian modal misalnya, bisa dilakukan dengan lisan, dengan persentase 50-50. Namun, seiring dengan perkembangan bisnis, yang dibicarakan bukan lagi sebatas modal. Berbagai persoalan juga muncul, misalnya salah satu partner tiba-tiba jadi jarang masuk kerja, atau ia memiliki proyek lain yang membuat kesal rekannya.

Di sini, perlu adanya kejelasan apakah masing-masing pihak hendak bekerja secara full time, sehingga tidak bisa terlibat di perusahaan-perusahaan lain.  Atau, dia partner paruh waktu saja sehingga diizinkan untuk memiliki pekerjaan lain. Jika pun diizinkan,   apa konsekuensinya? 

4. Perjelas Kompensasi Yang Ada
Bentuk partnership Anda juga harus dibicarakan secara matang. Misalnya, persetujuan untuk full time maupun part time. Karena, hal ini nantinya akan menjadi acuan untuk kompensasi. Misalnya, gaji yang diterima oleh partner yang hanya part time, tentunya berbeda dengan yang full  time. 

5. Tidak Harus Besar Dulu
Banyak yang mengabaikan perjanjian bisnis karena menganggap bisnisnya masih berskala kecil. Padahal, perseteruan biasanya justru terjadi pada bisnis berskala kecil, tepatnya ketika sejak didirikan bisnis itu berjalan sangat mulus. Bisa-bisa segala hal yang serba bersistem kekeluargaan ini kemudian menjadi pemicu pertengkaran. 

6. Perhatikan Modal Operasional
Selain mempersiapkan modal usaha, pastikan perusahaan Anda dan partner memiliki dana operasional, minimal untuk setahun. Dana operasional itu adalah untuk upah pegawai, listrik, telepon, dan sebagainya. Mengapa hal ini perlu, karena kita tidak bisa berharap, bisnis kita dapat menghasilkan keuntungan maksimal dalam 1-2 tahun pertama. Untuk itu, perlu dana persiapan selain modal utama.  Anda perlu diskusikan, siapa yang akan menalangi investasi dana satu tahun pertama untuk keperluan-keperluan operasional perusahaan. 

7. Perhitungkan Modal Berjalan
Jika ingin segera memperoleh keuntungan di tahun pertama bisnis, maka Anda harus mampu menancapkan kuku perusahaan di pasar secara kuat. Untuk produk makanan misalnya, di tahun pertama, produksi makanannya harus dilakukan dengan kuantitas yang besar, sehingga bisa masuk ke pasaran dengan lebih cepat. Setelah namanya dikenal, barulah kuantitas produksi disamakan dengan produsen lain. Biaya produksi besar di awal itu yang dinamakan sebagai modal berjalan, yang juga bagian dari investasi awal. 

8. Daya Tahan Finansial
Perhitungkan kesediaan untuk berdedikasi pada bisnis yang akan dijalani bersama, termasuk memperhitungkan persiapan waktu serta dana. Tidak sekadar untuk urusan 1 hingga 2 tahun, tapi rencanakanlah hingga mencapai 4 -5 tahun. Karena, itulah waktu ideal yang dibutuhkan untuk sebuah bisnis bisa dinyatakan berhasil. 

9. Kemungkinan Ekspansi
Meski profit tidak selalu bisa ditemui di awal usaha, bahaslah secara kasual rencana ketika bisnis kelak tiba pada situasi di mana keuntungan bisa dijadikan modal pengembangan usaha. Karena, kebutuhan para pemegang saham pasti akan bertambah. Namun, jika profit dirasa tidak cukup kuat untuk menjadi modal ekspansi usaha, langkah berikut yang bisa diambil adalah peminjaman modal, baik secara formal  atau nonformal. Peminjaman formal adalah melalui bank, yang prosedurnya pasti lebih rumit ketimbang peminjaman nonformal, misalnya kepada keluarga. (f)

 



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?