Trending Topic
Sisi Feminin Dan Maskulin

12 Aug 2014


Menurut Roslina Verauli, Dosen Psikologi Universitas Tarumanegara, ini adalah era di mana wanita karier lajang bisa menikmati kebebasannya tanpa merasa bersalah terhadap tekanan sosial dan keluarga. Ini salah satu fase loncatan feminisme. “Kita memang sudah menuju era independensi. Tiap orang bisa memiliki pola androgyny. Di satu sisi feminin, memiliki sifat-sifat keibuan, dan di sisi lain maskulin, menjadi independen,” jelasnya.
    Perubahan tren pendidikan juga berpengaruh. Saat ini, tingkat pendidikan wanita  makin tinggi. Tak sedikit wanita yang langsung melanjutkan kuliah ke jenjang S-2 setelah meraih gelar sarjananya. Artinya, waktu yang dibutuhkan untuk keluar dari rumah orang tuanya  makin mundur. “Jika dulu setelah lulus kuliah, atau bahkan SMA, wanita akan menikah, sekarang setelah lulus kuliah wanita akan lanjut kuliah lebih tinggi atau bekerja,” katanya.
    Namun, meski sedang menikmati kebebasan untuk tidak bergantung pada orang tua secara finansial maupun emosional, 57% dari mereka masih tinggal dengan orang tua. Dengan kata lain, dia tidak harus mengeluarkan biaya untuk tempat tinggal dan meminimalkan pengeluaran biaya hidup. “Mungkin ada beberapa yang menyumbang untuk biaya belanja bulanan, tagihan listrik, dan sebagainya. Tapi, tentu jumlahnya tidak sebanyak jika ia tinggal sendirian. Nah, ini kesempatan bagi wanita karier lajang untuk menggunakan penghasilannya sesuka hati,” lanjutnya.
    Meski begitu, menabung dan berinvestasi tetap jadi prioritas utama bagi 46% responden. Lihat saja Fina, sejak awal berkarier 12 tahun lalu, ia sudah menyisihkan 15% dari gajinya untuk dana pensiun. Sejak 4 tahun lalu, ia juga berinvestasi untuk mempersiapkan cita-citanya menjadi wirausaha di usia 40 tahun.
    Menurut Vera, kesadaran berinvestasi merupakan refleksi dari pahamnya para wanita ini akan tujuan mereka. Keragaman cara berinvestasi juga makin berkembang. Jika dulu cara wanita berinvestasi terbatas pada menabung, deposito, dan emas, sekarang tidak sedikit yang fasih berinvestasi dengan reksa dana maupun saham. “Inilah ciri-ciri wanita karier lajang sukses. Mereka cerdas, tahu apa yang mereka mau, dan memiliki strategi untuk mencapainya,” papar Vera.
     Tommy F. Awuy, Dosen Filsafat Universitas Indonesia menimpali, ini semua merupakan bagian dari evolusi wanita. Sejak kecil, wanita telah menghadapi berbagai macam tuntutan dan hidup dalam keterbatasan. Keluarga dan masyarakat terus menerapkan aturan apa yang boleh dan tidak boleh wanita lakukan. Berbeda dengan pria, sejak kecil ia cenderung dibebaskan untuk melakukan apa pun. “Sehingga, wanita lebih terbiasa menghadapi dan beradaptasi terhadap tantangan. Efeknya, wanita menjadi karakter yang lebih kuat dan cepat berkembang,” komentar Tommy.
    Namun di sisi lain, tuntutan untuk dilihat sebagai wanita sukses membuat wanita harus memberi perhatian ekstra pada kesehatan dan penampilan. Dengan menjaga kesehatan, mereka akan memiliki stamina yang kuat untuk menjalankan perannya sebagai wanita karier. Sedangkan  dengan memperhatikan penampilan, mereka akan membangun citra sebagai wanita yang sukses dan mandiri secara finansial. “Manusia adalah makhluk visual. Dan masyarakat kita masih menilai kesuksesan seseorang dari kemampuan finansialnya, yang tercermin lewat pakaian yang ia kenakan, hingga mobil yang dikendarainya,” papar Tommy.
    Tapi, kemandirian wanita memiliki dualisme. Tak peduli seberapa jauh wanita berhasil terbang tinggi, budaya kekeluargaan yang mengakar kuat tetap mengikat sebelah kaki wanita pada orang tuanya. “Hal yang paling dasar, meski sudah mandiri, jika wanita itu masih lajang pasti ia masih tinggal bersama orang tuanya. Jika terpaksa, seperti kerja di lain kota, barulah ia akan meninggalkan rumah orang tuanya,” kata Tommy.
    Ia lalu melanjutkan, begitu pula dalam hal-hal prinsipiil seperti mencari jodoh. Seberapa ketatnya wanita menentukan kriteria dalam memilih pasangan hidup, lelaki pilihannya haruslah melewati quality control orang tua, meskipun sudah lebih luwes dibandingkan beberapa dekade lalu. “Jadi jika dilihat seberapa luas ruang gerak wanita untuk menentukan pasangan hidup, 80% keputusan final ada di tangan orang tua. Tak jarang, hal ini juga berlaku dalam menentukan jalan karier dan beberapa keputusan lainnya, seperti membeli rumah atau  investasi,” jelasnya.(EKA JANUWATI)


 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?