Sex & Relationship
Sekilas Tentang Vitalitas

3 Apr 2013


Sudah rahasia umum kalau pria peduli betul akan performanya di tempat tidur. Ketika ia tak mampu memuaskan pasangannya, bukan hanya pasangannya yang nelangsa, ia pun turut menderita. Faktanya, performa seksual pria berkaitan erat dengan kondisi kesehatan tertentu. Sebelum buru-buru mencari obat ‘kuat’ di apotek terdekat, simak penjelasan androlog dr. H. Indra G. Mansur, DHES, Sp. And dari RSIA Budi Jaya,  Tebet, tentang hubungan keduanya serta solusi yang dapat diambil.

Tak Tahan Lama

Kata dokter: Hubungan seks yang berlangsung kurang dari 2 menit bisa dikatakan sebagai masalah ejakulasi dini. Umumnya ejakulasi dini disebabkan oleh stres atau kelelahan. Kebiasaan masturbasi juga bisa menjadi pemicu ejakulasi dini karena orgasme biasa terjadi cenderung cepat.

Hingga kini belum ada obat atau makanan yang terbukti ampuh mengatasi keluhan ejakulasi dini. Namun, ada cara yang dapat dilakukan untuk menunda ejakulasi, yaitu dengan menggunakan kondom atau salep khusus pemati rasa untuk membuat penis jadi kurang sensitif. Bisa juga dengan berlatih menunda orgasme tiap kali berhubungan, seperti mendiamkan gerakan saat terasa akan klimaks, dengan posisi wanita di atas, atau dengan mengalihkan pikiran saat berhubungan.

Sulit ‘Bangun’


Kata dokter: Penyakit-penyakit kronis dan sistemik seperti diabetes melitus, ginjal, jantung bisa menyebabkan aliran darah ke penis tak lancar, yang menyebabkan penis sulit ereksi. Selain itu, faktor usia yang menua dan gaya hidup, seperti kebiasaan merokok, konsumsi alkohol dan penggunaan obat penenang, obat darah tinggi, obat vertigo atau obat stres, juga dapat menyebabkan impotensi.

Tentu saja, pemakaian obat ‘kuat’ di luar pengawasan dokter sangat tidak dianjurkan. Tidak semua masalah impotensi dapat diatasi dengan penggunaan obat kuat. Sangat berbahaya jika pemakai tidak tahu kontra indikasinya. Tak sedikit yang berujung pada kematian karena gagal jantung. Hal terbaik yang dapat dilakukan adalah mencari tahu penyebabnya dan memeriksakan diri ke dokter untuk mendapat pengobatan.

Selain itu, kebiasaan berolahraga ringan secara teratur seperti berjalan kaki, jogging atau renang, memperkecil risiko impotensi karena olahraga dapat memperlancar peredaran darah di seluruh tubuh, termasuk aliran darah ke penis.


Kurang Gairah

Kata Dokter: Pria harus bergairah agar bisa melakukan penetrasi. Sementara, hasrat seksual atau libido sangat bergantung dari jumlah hormon testosteron yang dimiliki, pikiran, dan faktor pemicu dari luar. Faktor pemicu dari luar ini bisa berasal dari pasangan lewat sentuhan, penampilan, suasana dan aroma yang menyenangkan. Sedangkan faktor penghambat timbulnya libido adalah kelelahan, stres, kejenuhan akan rutinitas, masalah dengan pasangan, dan pemahaman yang salah terhadap seks.
Anda bisa coba sajikan hal baru di luar rutinitas untuk memancing gairahnya. Misalnya saja, bermain peran atau menyalakan lilin dan dupa aromaterapi di kamar tidur. Namun, apabila hasratnya telah benar-benar padam atau sangat rendah, sebaiknya penderita berkonsultasi kepada psikolog atau androlog.

Tak Kunjung Dapat Momongan

Kata Dokter: Stigma bahwa wanita yang lebih bertanggung jawab terhadap faktor kesuburan, sepertinya harus dihapus. Kenyataannya, penelitian menunjukkan bahwa sekitar 34%-40% kasus infertilitas disebabkan oleh pria. Tidak memandang usia, siapa pun dapat terganggu kesuburannya, tergantung dari bagaimana pemeliharaan organ vital. Jika sudah lama menikah dan tidak menggunakan kontrasepsi, tapi belum juga memiliki momongan, tak ada salahnya ajak pasangan Anda memeriksakan diri pada androlog. Siapa tahu kualitas spermanya memang kurang baik sehingga ia butuh diobati atau diterapi. 

Ukuran Tak Lazim


Kata Dokter: Ukuran umum panjang penis adalah 12,9 cm – 15 cm. Ukuran di bawah 7 cm dapat dikategorikan mikro penis. Tapi, kepuasan wanita tidak semata ditentukan oleh besarnya ukuran penis. Yang lebih penting adalah tingkat kekerasannya. Makin keras, maka  makin baik. Hal ini amat dipengaruhi oleh faktor gizi, hormon, konsumsi rokok, alkohol, obat-obatan, dan penyakit diabetes melitus, ginjal, jantung, dan kurangnya hormon gonadothrophin.

Penis adalah jaringan yang terdiri dari jaringan ikat, jaringan otot, dan rongga-rongga yang akan terisi darah saat terstimulasi (ereksi). Secara fisiologis, pijatan pada penis tidak bisa memperbesar ukuran, kecuali dimanipulasi dengan cara divakum atau dimasukkan silikon/prothese.

Itu pun hanya bisa dilakukan pada anak di bawah usia 5 tahun, dan setelah masa pubertas hingga mencapai usia 17 tahun, di mana pada masa-masa itu terjadi pertumbuhan penis yang sangat pesat sekaligus jadi masa yang rentan akan gangguan pertumbuhan. (REYNETTE FAUSTO)


 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?