Trending Topic
Rindu Pertunjukan Seni Berkualitas

24 Sep 2013



Pada kenyataannya, mengemas tradisi dalam format modern dan konsep out of the box ini cukup efektif menggugah minat anak bangsa terhadap kekayaan kearifan lokal dalam cerita rakyat Nusantara. Cerita rakyat yang tadinya hanya menjadi sisipan dalam pelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar ini berhasil membuat kursi pertunjukan terisi penuh. Dengan semangat last minute yang dimiliki penonton di Indonesia, karcis terjual habis di detik-detik terakhir.

“Awalnya, tiket Hanoman the Ultimate Warrior yang dipentaskan pada Februari lalu hanya terjual 30 persen. Tapi, begitu dekat hari ‘H’, kami overselling, sampai 5.000 penonton. Ini melebihi ekspektasi,” ungkap sutradara drama musikal Jabang Tetuko, Mirwan Suwarso.

Pengalaman serupa juga pernah dirasakan oleh Rama, saat pertama kali memproduksi sekaligus menyutradarai drama musikal Bawang Putih Bawang Merah pada tahun 2003. “Dengan mengandalkan penjualan tiket on the spot, kami bisa meraih untung hingga Rp25 juta!” ungkapnya.

Padahal, di awal proses produksinya, operet yang dibintangi oleh Dian Sastro, Nicholas Saputra, Alex Komang, dan Titi DJ ini seret dalam hal pendanaan. Banyak yang pesimistis dengan ambisi Rama untuk mengangkat cerita rakyat anak ke pentas besar. “Cerita rakyat dianggap kurang avant garde, sehingga tidak menjual,” ungkap Rama Soeprapto, sutradara drama musikal Padusi. Alhasil, hingga tiga minggu sebelum show, ia belum juga mendapatkan sponsor.

“Saya sampai meminta bantuan ibu saya untuk menelepon koleganya. Akhirnya, kami mendapat sponsor dari salah satu bank swasta. Itu pun masih defisit,” cerita Rama, yang selama tujuh tahun pernah menjadi asisten sutradara teater Robert Wilson, dan sukses membawa cerita asal Makassar, I La Galigo, mendunia lewat pertunjukan teaternya.

Makanya, ia cukup kaget saat mengetahui bahwa tiket laris manis terjual dan kursi-kursi penonton terisi penuh. Penasaran, ia bertanya kepada beberapa tamu terpandang, seperti keluarga Cendana dan Megawati, yang datang bersama keluarga mereka.

“Rupanya, mereka punya rasa frustrasi yang sama, yaitu tidak punya waktu lagi untuk menceritakan dongeng-dongeng seperti yang pernah mereka alami saat masa kecil dahulu. ‘Makanya, kami ingin melakukan ini untuk anak dan cucu kami,’” ungkap Rama, mengutip jawaban tamunya waktu itu.

Miskinnya waktu berkualitas bersama keluarga serta pesatnya perkembangan teknologi telah menciptakan gap komunikasi antara generasi. ”Tontonan ini menjadi media berkomunikasi antara orang tua dan anak, sekaligus mengembalikan nostalgia kehangatan keluarga yang dahulu tercipta melalui kegiatan mendongeng,” ujar pendiri Operet Jelajah Anak Nusantara ini.

NAOMI JAYALAKSANA




 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?