Trending Topic
Mobile Workstyle: Antara Kerja Dan Privasi

20 Aug 2013


Pada praktiknya, mobile workstyle ini tidak semudah seperti yang terlihat. Banyak sekali persiapan yang harus dilakukan, dan kendala yang harus dihadapi. Dengan cairnya jam kerja, teknologi juga telah mengaburkan batasan antara privasi dan pekerjaan. Kalau dulu, setelah after hour, kita tidak lagi melakukan pekerjaan kantor, akan tetapi, sekarang, smartphone membuat kita terhubung kantor 24 jam.
 
Menurut survey iPass, sebuah perusahaan service provider, sebanyak 88% pekerja tetap mengecek smartphones di luar jam kerja. Bahkan, kala berlibur. Mayoritas pekerja yang connected saat liburan itu tetap terhubung demi pekerjaannya.

Mengenai hal ini, Phillia Wibowo, partner McKinsey & Company, berpendapat, di situlah seninya manajemen waktu pribadi, yang kemudian harus dikomunikasikan pada tim jauh-jauh hari. Terlebih lagi, jika itu menyangkut klien, segala sesuatu harus dibicarakan di awal untuk menghindari kesalahpahaman. “Saya punya klien warga negara asing yang punya kebudayaan meeting di hari Sabtu. Lalu, saya transparan saja ke mereka. Sabtu bagi saya adalah hari keluarga, bagaimana kalau meeting digeser pada hari kerja, ternyata mereka mengerti. Kalau komunikasi dilakukan di awal, saya kira semua orang akan mengerti.” 

Adapun Irma Erinda, Leadership Development Manager Uniever, punya pendapat yang berbeda. Privasi sebenarnya bukan lagi masalah dengan segala fleksibilitas yang diberikan perusahaan. Kuncinya, menurut Irma, adalah apakah seseorang menikmati dan mencintai pekerjaannya atau tidak. Jika ada yang merasa tersiksa dengan pekerjaannya, itu tandanya pekerjaan itu tidak cocok untuknya. “Pressure perusahaan di mana-mana memang berat,” tutur Irma.  

Tantangannya, menurut Irma, justru pada komunikasi. “Komunikasi itu gampang diomongin, tapi nyatanya susah diterapkan. Setiap orang berbeda gaya komunikasinya. Sangat riskan terjadi kesalahpahaman. Ditambah lagi, di sini ada budaya pakewuh. Misal, merasa tidak enak kalau pulang duluan, sementara bos belum pulang. Akhirnya malah susah sendiri,” kata Irma.  

Mengenai tantangan, President Director PT IBM Indonesia, Suryo Suwignjo mengatakan, tahun-tahun pertama mobile workstyle diterapkan, sempat membuat karyawan gamang dan masih melakukan kebiasaan seolah-olah seperti sebelum ada policy. “Kami melakukan usaha, diantaranya, memberikan pengarahan yang mendalam kepada level manajer bagaimana memanage karyawan yang bekerja dari remote location, hingga mengubah sistem approval menjadi digital. elektronik.”

Suryo mengatakan, yang paling sulit sebenarnya masalah kultur. Masih kuatnya budaya pengawasan. “Kalau saya lihat, peruahaan di Indonesia belum terlalu percaya karyawannya sendiri. Secara umum, perusahaan merasa, kalau dia tidak melihat karyawannya di kantor, berarti karyawan itu tidak bekerja. Memang, kita tidak biasa bekerja dengan budaya tidak diawasi. Di sinilah tantangannya.”

Tantangan lain mobile workstyle, menurut Phillia adalah belum menunjangnya infrastruktur telekomunikasi, dalam hal ini, jaringan intranet, internet broadband, dan sinyal telepon. “Di kawasan sibuk seperti Jalan Sudirman dan Thamrin, sinyal telepon sering putus-putus. Ini tentu kendala. Bayangkan, untuk download materi saja bisa lama, apalagi mau video conference. Di kota-kota besar selain Jakarta, seperti Surabaya, Semarang, Makassar, dan kota lain yang termasuk hub bisnis, sudah saatnya infrastruktur perlu ditingkatkan,” tutur Phillia. 

Phillia menambahkan, sebenarnya prospek untuk flexi time itu ada. Apalagi di Indonesia, warganya cukup digital savvy. Lihat saja, negara kita adalah pengguna Facebook dan Twitter yang masuk lima besar di dunia. Ditambah, tren retail online yang sekarang kian banyak. “Ini menunjukkan kita sebenarnya sudah cukup siap berinteraksi lewat online. Memang masih butuh waktu untuk membiasakan diri.” 

FICKY YUSRINI




 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?