Kita tahu, jauh sebelum terigu masuk pasaran Indonesia, negeri kita sudah melahirkan produk mi yang 100% menggunakan bahan lokal Indonesia. Apa yang tak tumbuh di lain negeri, tumbuh kembang di sini. Indonesia tak cuma dikenal sebagai negara dengan keanekaragaman hayati terlengkap, tapi juga punya jenis tanaman sumber karbohidrat paling banyak di dunia. Semua itu berpotensi diolah menjadi tepung dan bahan mi.
Datanglah ke Bogor. Di kios sayur mudah ditemukan pedagang mi basah warna kuning bertekstur kenyal, yang populer dengan nama mi gleser. Penganan dari mi ini juga mudah ditemukan di pedagang angkringan dan pikulan, seperti mi siram atau mi goreng. Ini bukan produk kemarin sore. Arsip lama kuliner Nusantara banyak menyebut: mie gleser van Buitenzorg. Buitenzorg adalah Kota Bogor tempoe doeloe. ‘Pabrik’-nya eksis di Pancasan, Ciomas.
Mi gleser --disebut juga mi glosor atau mi leor-- dan olahannya populer sebagai mi sorodot. Penamaan ini berkait dengan karakter fisik dan situasi saat dicicipi. Mi gleser berpenampilan seperti karet gelang yang terendam minyak tanah: mekar, lentur, dan kenyal (leor, kata orang Bogor), karena itu disebut mi leor.
Menikmati hidangan mi leor tak harus dikunyah. Cukup disedot (sorodot), mi berikut bumbunya langsung nge-gleser di kerongkongan. Mi gleser tak mudah hancur dalam kuah panas. Ini dimungkinkan karena terbuat dari tepung sagu (Metroxylon sagu Rottb.), yang di Maluku atau Papua biasa diolah jadi papeda atau kapurung alias bubur sagu, dinikmati dengan kuah ikan.
Tepung sagu yang digunakan untuk membuat mi gleser hanya seujung kuku dari potensi sagu Indonesia. Hutan sagu Indonesia terluas di dunia, mencakup 70% cadangan sagu dunia, tersebar di Sulawesi, Maluku dan Papua, Kalimantan, Sumatra, Kepulauan Riau, Bangka-Belitung, dan pulau-pulau lainnya. Indonesia juga punya aren (Arenga sp), dan ragam jenis palma lain yang empulurnya bisa dijadikan tepung.
Singkong (cassava) bukan tanaman asli Indonesia, tapi dibawa oleh pelaut Spanyol dari Amerika Latin dan ditanam di Ternate sejak abad ke-16. Kini, Indonesia merupakan negeri dengan produksi singkong tertinggi di dunia. Singkong sejak lama diolah menjadi tapioka atau aci. Belakangan, ada akademisi di Jawa Timur yang mengolahnya jadi beras MOCAF (modivied cassava flour), yang juga bisa jadi mi.
Sukun alias bread fruit atau broot vrucht kata orang Belanda, banyak tumbuh di Kepulauan Nusantara. Bahkan, botanikus Lineaus menemukan keberadaan pohon ini saat ia bekerja di Batavia dan Buitenzorg. Ia menabalkannya di peta flora dunia dengan nama Latin Artocarpus altilis. Buah keluarga nangka ini merupakan satu-satunya jenis tanpa biji, kaya karbohidrat, dan bisa jadi tepung!
Indonesia juga punya banyak jenis sweet potatos atau ubi jalar, talas-talasan, labu kuning atau pumkin, serta mentimun suri yang bisa diolah menjadi tepung. Mengapa semua potensi alam itu tak diolah jadi mi sagu, mi singkong, mi sukun, mi ubi, mi talas, mi labu, atau mi kentang...? Jawabannya ada pada kreativitas masyarakat Indonesia, serta kemauan pemerintah untuk memajukan mi lokal.