Travel
Menyelami Kehidupan Suku Indian di Arizona

2 Jan 2015


Dalam perjalanan ke Arizona, saya, Lenny, menyibak sisi lain dari penduduk asli negara Paman Sam yang mungkin hanya didengar oleh orang Asia dari film-film, yakni suku Indian Amerika. Kehidupan suku Indian nyaris bertolak belakang dengan kehidupan warga Amerika Serikat pada umumnya. Walaupun telah banyak yang beradaptasi dengan kehidupan modern, tak sedikit juga yang masih hidup sesuai ajaran adat istiadat nenek moyang mereka ratusan tahun yang lalu.
Suku Indian dikelompokkan lagi dalam beberapa sub-suku. Misalnya, suku yang terkenal dengan hasil kerajinannya adalah Hopi, sedangkan suku yang mahir berkuda dan berperang adalah  Apache. Meski  mereka bisa tinggal di negara bagian mana saja di AS, beberapa di antara mereka lebih nyaman hidup berkelompok. Pemerintah juga memberikan mereka lahan khusus untuk ditempati, yaitu Indian Reservation.



Navajo Nation
Dekat dengan Alam

Merupakan satu dari 50 kawasan reservasi Indian yang ada di AS, Navajo Nation adalah yang terbesar dengan wilayah seluas 65.000 kilometer persegi. Saking besarnya, wilayah Navajo Nation yang berlokasi di utara Arizona ini juga menduduki daerah Utah dan New Mexico.
Kawasan Navajo Nation terletak di gurun pasir Sonoran yang dikaruniai pemandangan unik berupa bentangan luas dataran rendah, bersanding dengan bebatuan dan tebing indah berwarna merah kecokelatan. Film-film koboi zaman dulu sering mengambil lokasi syuting di sana.
Diperkirakan hanya ada 175.228 orang yang tinggal di area ini. Suku Indian yang mendiami Navajo Nation juga dikenal sebagai Diné. Mereka memiliki rumah khas yang dinamakan hogan, yang berbentuk segi delapan dan berpintu  menghadap ke arah matahari terbit. Walaupun banyak  yang sudah tinggal di rumah   modern, biasanya mereka tetap mempertahankan rumah tradisionalnya.
Berkenalan dengan suku Indian, satu hal  yang menangkap perhatian saya adalah rambut panjang hitam mereka yang  terawat. Rambut adalah simbol dari suku Indian dan pantang bagi pria dan wanita untuk memotong ataupun mewarnainya. Pantas saja, saya tak pernah melihat gadis suku Indian dalam potongan rambut pendek. Tak jarang saya dapat menjumpai pria Indian dengan rambut panjang sebatas pinggang dikepang rapi ala pendekar kungfu.
Di kawasan Navajo Nation ini tidak ada satu pun gedung pencakar langit. Pusat kotanya terdiri dari supermarket, restoran cepat saji, pom bensin, dan beberapa toko suvenir. Navajo Nation juga  tidak memiliki sarana transportasi publik, sehingga hampir semua  warganya harus memiliki mobil.
Saya beruntung sempat mencicipi  tinggal di area Many Farms dan merasakan hidup sederhana dekat dengan alam. Maklum  saja, di sini tidak ada akses internet dan sinyal ponsel. Bahkan, selama 3 hari di sini saya tidak mandi dan menggunakan toilet di luar rumah. Di sini air bersih hanya bisa dibeli di pusat kota.


Hubbell & Heard Museum
Warisan Budaya
Sebagai penduduk pertama yang mendiami Benua Amerika, suku Indian memenuhi kebutuhan sehari-hari awalnya dengan memakai sistem barter di tempat yang namanya Trading Post. Salah satu trading post yang terkenal adalah Hubbell Trading Post yang masih berfungsi hingga sekarang. Tentunya yang bisa barter hanya orang Indian. Bagi kita, wisatawan, hanya dapat membeli barang-barang kebutuhan atau suvenir dengan dolar Amerika.
Di toko ini dapat ditemukan barang-barang yang bisa dibilang antik bagi masyarakat AS. Sebutlah koran khusus Navajo Nation, karung tepung, kaleng besi air minum, mesin kasir lama, dan barang-barang kebutuhan rumah tangga yang sepertinya datang dari beberapa ratus tahun lalu. Transaksi jual-belinya pun masih menggunakan nota. Serasa seperti belanja di toko keluarga saya di kampung halaman! Di sana, saya juga menyempatkan diri bercakap-cakap dengan penjaga tokonya. Mereka sangat ramah dan tidak segan-segan membicarakan berita dan gosip lokal.
Cara termudah untuk mempelajari suku Indian adalah dengan mengunjungi Heard Museum. Museum yang berdiri sejak tahun 1929 ini terletak di jantung Kota Scottsdale. Tujuannya, untuk memperkenalkan dan mempromosikan kebudayaan dan sejarah suku Indian.
Walaupun didirikan bukan oleh suku Indian,  koleksinya mampu mewakili sejarah peninggalan suku Indian yang bernilai tinggi. Di sini juga terdapat toko suvenir yang menjual hasil karya suku Indian yang asli, yang paling terkenal adalah dreamcatcher.


Montezuma Castle
Hunian Bawah Tanah
Di Verde Valley terdapat bekas tempat tinggal suku Sinagua sejak tahun 1100-1425 yang terletak di dalam tebing batu kapur bernama Montezuma Castle. Tidak ada yang tahu penyebab pastinya  mengapa suku-suku ini berpindah  dari tempat asalnya di selatan Arizona. Para ahli memperkirakan, kemungkinan karena di daerah asalnya sudah terlalu padat, banyak  wabah  penyakit, kekurangan bahan makanan, perubahan cuaca, konflik antarsuku dan kepercayaan.
Pada tahun 1425 diperkirakan suku Sinagua telah pindah bermukim ke tempat lain. Walaupun saat ini Montezuma Castle telah kosong dan menjadi kawasan taman nasional, keturunan suku Sinagua menganggap tempat ini sebagai tempat keramat dari nenek moyangnya dan masih sering didatangi untuk ziarah.
Montezuma Castle yang terletak kira-kira 30 meter dari tanah ini kelihatan sangat kecil dilihat dari jauh. Tetapi, di dalamnya terdiri dari lima lantai dengan dua puluhan ruangan yang menempati area seluas  325 meter persegi dan sedalam 10,7 meter.
Untuk mencapai Montezuma Castle, suku Sinagua harus menggunakan tangga. Rumah mereka memiliki cara masuk yang unik karena tidak ada pintu di depan. Hal ini diperkirakan untuk alasan keamanan karena pintu tersebut hanya dapat dibuka dari dalam. Terdapat juga lubang kecil yang berguna untuk menahan hawa panas gurun dan angin ketika musim dingin.
Kehidupan sehari-hari suku Sinagua adalah bertani dan berburu binatang, seperti rusa, antelope, kelinci, dan bebek. Tidak jauh dari lokasi Montezuma Castle, terdapat beberapa aliran sungai yang menjadikan tanah di sekitarnya subur sehingga mereka dapat menanam jagung, kacang, labu, serta kapas.
 Masyarakat suku Sinagua   juga menambang garam yang digunakan untuk transaksi barter. Bagi yang mempunyai  keahlian seni, mereka  akan membuat hasil kerajinan tangan dari batu seperti kapak, pisau, dan alat penggiling jagung. Kerajinan tangan lainnya berupa hasil kain tenunan dari kapas yang dipadu- padankan dengan kerang, kulit binatang, dan batu berwarna toska yang dipakai sehari-hari.
Menurut saya, mahakarya mereka yang terbesar tak lain adalah Montezuma Castle ini sendiri. Bayangkan, memahat rumah di batu kapur yang hanya dapat diakses dengan tangga tentulah  bukan  pekerjaan mudah, meskipun dalam pembuatannya masing-masing  ruangan luasnya tidak sama. Setelah 700 tahun berdiri, Montezuma Castle masih tetap berdiri kokoh.

Budaya Pow Wow dan Bahasa Navajo
Seperti halnya di Indonesia, suku Indian saat ini sedang berusaha melawan kepunahan tradisi, bahasa, dan budaya. Apalagi anak muda cenderung lebih menyukai budaya asing dibanding budaya sendiri. Satu yang tetap dipertahankan adalah Pow Wow atau acara reunian orang Indian yang dimeriahkan dengan kompetisi dansa dan musik. Sayangnya, acara ini terkesan tertutup dan tidak dipromosikan untuk turis.
Warna-warni kostum yang meriah lengkap dengan bulu-bulu serta cat di tubuh mereka seakan menghipnotis saya. Saya juga sempat mencicipi makanan khas mereka, yaitu fry bread. Adonan tepung lebar ini digoreng, ditaburi sayur serta potongan daging atau dimakan sebagai makanan ringan dengan taburan tepung gula dan madu. Yummy!
Bahasa suku Indian Navajo juga sedang berjuang hidup di era modernisasi karena mulai ditinggalkan masyarakatnya. Rata-rata orang Indian memang dapat berbahasa Inggris, tapi kebanyakan orang tua hanya bisa berbahasa Indian.
Bahasa Navajo tergolong sulit dipelajari karena memiliki cara pengucapan, ejaan, serta intonasi yang sangat spesifik. Selama berinteraksi dengan mereka, hanya ada satu kata yang saya ingat dan berhasil saya ucapkan, yakni ‘ahéhee’ (baca: asehe), yang artinya terima kasih.
Sulitnya bahasa Navajo ini rupanya telah membantu memenangkan bangsa AS ketika Perang Dunia II. Bahasa ini dibuat menjadi kode untuk berkomunikasi melalui telegraf dan radio sehingga musuh tidak dapat memecahkan isi pesan. Hanya ada beberapa orang yang mempunyai tugas penting ini dan mereka dinamakan code talkers.



























Aturan Berkunjung

• Suku Indian adalah suku yang ramah. Hanya, mereka tidak terbiasa berinteraksi dengan orang asing. Selalu bersikap sopan dan menghargai tradisi mereka. Jangan lupa untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak diundang, seperti tiba-tiba menggedor pintu atau masuk ke rumah untuk melihat-lihat isi rumah tersebut.
• Ada kalanya mereka tidak berkenan difoto, karena itu selalu minta izin untuk mengambil gambar. Di beberapa tempat bahkan ada peringatan keras untuk tidak memotret.
• Orang Indian tidak terlalu nyaman dengan kontak fisik. Jika bertemu, berjabat tangan saja sudah cukup.
• Beberapa orang Indian mempunyai kepercayaan kontak mata adalah pamali. Jadi, jika lawan bicara tidak banyak melihat pada Anda, hargailah mereka. Mereka juga diajar untuk tidak terlalu banyak bicara atau berisik, terutama kepada orang yang tidak dikenal.
• Suku Indian memiliki bahasa daerah mereka masing masing. Sebagian besar dari mereka dapat berbahasa Inggris, sehingga mempunyai pemandu orang lokal sangat disarankan.


Tip
• Menuju ke sini: Sistem transportasi umum di Arizona belum maksimal. Untuk mencapai tempat-tempat di atas, mau tidak mau harus menyewa mobil atau ikut tur yang tersedia dari Kota Arizona.
• Arizona memiliki musim panas (Juni – September) yang sangat kering, dengan suhu yang bisa mencapai 40º Celsius. Tidak disarankan untuk melakukan perjalanan pada musim ini.
• Untuk makan di daerah sekitar Arizona, cobalah masakan Meksiko-Amerika. Salah satu restoran cepat saji yang menawarkan hidangan ini adalah Chipotle. Salah satu yang paling saya sukai di sini, tersedianya nasi sebagai pengganti tortilla.(f)



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?