Travel
Menikmati Lompatan Waktu di Osaka

6 Mar 2013

Seperti bayangan saya sebelumnya, kota terbesar ketiga di Jepang ini memang supercanggih. Namun, di beberapa sudut kotanya masih menyisakan ruang, untuk menghirup atmosfer Jepang masa lampau.

Menjelajah Istana

Sunrise menyapa saat pesawat yang saya tumpangi selama 7 jam dari Bali mendekati negeri Matahari Terbit. Udara pagi nan segar menyambut saya di Bandara Kansai. Cuaca cerah. Pas untuk memulai perjalanan saya di Osaka. 

Tujuan pertama saya, Istana Osaka. Dari kejauhan, istana ini sudah terlihat. Bangunan kokoh 5 tingkat dengan hiasan berlapis emas di bagian atap ini dibangun di lokasi tertinggi dibandingkan sekitarnya, Uemachi. Bangunan utamanya dikelilingi tembok tinggi dan parit di bagian luarnya. Jalan masuknya berupa paving batu.

Di dalam menara utama, saya mendapati miniatur, diorama, lukisan, bahkan video 3 dimensi tentang peperangan Musim Panas, bagian dari sejarah Jepang yang berhubungan dengan istana ini. Dibangun oleh Toyotomi Hideyoshi, tokoh legendaris Jepang, pada tahun 1583, pembangunan istana ini memakan waktu 15 tahun. Setelah berkali-kali hancur terbakar, istana ini dibangun kembali tahun 1931 dan dipugar ulang pada tahun 1995, untuk mengembalikannya hingga menyerupai bentuk asli.  Hebatnya, dananya dari donasi rakyat. Total ada 8.000 aset budaya di dalam istana ini, termasuk beberapa puisi dari Toyotomi Hideyoshi.

Istana ini sangat modern, jauh dari kesan suram. Di dalamnya terdapat lift untuk pengunjung naik ke lantai atas, meski sebagian pengunjung tetap memilih menggunakan tangga demi menikmati bangunan secara detail. Meski lelah, jangan lewatkan naik  tangga hingga puncak menara. Dari sini saya bisa melihat Markas Besar Kepolisian Osaka, NHK Broadcasting Center, lapangan, dan puluhan gedung pencakar langit, sambil menikmati angin segar yang membelai wajah.
   
Lelah naik-turun tangga di Istana Osaka, kini saatnya berburu makanan. Saya menuju Shinsekai, pusat jajan paling terkenal di Osaka. Tiap sudut area ini berisi restoran, kafe, dan jajanan kaki lima. Suasananya sangat meriah. Lampu dan spanduk warna-warni menghiasi pintu toko. Mereka memasang patung Billiken --dewa kebahagiaan-- berwarna emas, di depan pintu masuk..

Makanan spesial yang ditawarkan di sini adalah kushikatsu,  potongan seafood, sayuran, dan daging berlapis tepung panir, ditusuk bambu, dan digoreng. Ada aturan cara makannya, yaitu hanya boleh sekali mencelupkan kushikatsu ke dalam sausnya.  Ada juga okonomiyaki, semacam pancake dari tepung terigu dicampur telur ayam, kol, dan seafood, lalu digoreng di penggorengan datar (teppan). Ada juga jajanan kesukaan saya, takoyaki. Saya tak melewatkan kesempatan mencicipi takoyaki asli Osaka. Snack mungil berbentuk bulat menyerupai bakso, berisi potongan daging gurita dan acar jahe, dibalut saus manis dan topping mayonese. Saya segera menyantapnya selagi panas menggunakan tusuk gigi, sambil memandang menara Tsutenkaku, ikon Kota Osaka yang berdiri kokoh di kejauhan. Ah, sedapnya!


Menyusuri Aqua Metropolis

Keesokan harinya, saya mencoba mencari Kuil Hozenji di pusat kota dengan menyusuri gang sempit Hozenji Yokocho. Letaknya memang bersisian dengan pusat perbelanjaan yang berisik. Namun, berada  di dalam, Anda akan menemukan ketenangan. Beberapa orang terlihat khusyuk berdoa. Lampion kuning, hio, dan lilin tampak di beberapa sudut kuil. Jalan di gang ini masih berpaving bebatuan dari zaman Edo, abad ke-17. Restoran di sepanjang gang ini pun menggunakan bambu dan kayu sebagai dindingnya. Seperti berada di perkampungan Jepang masa lalu.

Puas bernostalgia, saya mengunjungi Dotonbori. Inilah surga belanja dunia. Puluhan gerai bermerek dunia, seperti Zara, H&M, Uniqlo bertebaran di sepanjang jalan. Karaoke, pusat video game, dan mesin permainan pachinko tampak di mana-mana.
   
Selain hiruk pikuk pusat perbelanjaan, coba ikut tur menyusuri kanal dengan perahu tanpa atap di Dotonbori. Saya mencobanya. Tiga puluh menit duduk santai di perahu yang berjalan perlahan, sambil melihat kafe dan restoran di sepanjang kanan-  kiri kanal, sungguh menyenangkan.

Saya lalu menuju Teluk Osaka. Di sini saya mampir ke Kaiyukan Aquarium, salah satu akuarium terbesar di dunia. Ada 8 lantai yang bisa Anda jelajahi. Akuarium ini memiliki 27 tangki dengan total volume air 10.941 ton. Saya sampai terpesona melihat tangki terbesar yang dalamnya 9 meter, berisi ubur-ubur, ikan pari, hingga hiu dan paus.

Total terdapat 80.000 binatang dari 580 spesies yang ada di akuarium ini. Saya berhenti sejenak melihat puluhan penguin berbaris rapi. Berlenggak-lenggok seperti mengenakan tuxedo. Ternyata, mereka sedang antre untuk mendapatkan makanan. Aih, lucunya! Para pengunjung pun tak sabar memotret mereka.
   
Keluar dari Kaiyukan, Teluk Osaka tampak terbentang luas. Sebuah kapal pesiar, Santa Maria, menarik hati untuk dicoba. Bentuknya menyerupai kapal Santa Maria-nya Columbus, penemu Amerika. Di dalamnya ada beberapa sofa nyaman untuk bersantai. Tak lama kemudian, kapal membawa saya berlayar perlahan. Selama hampir 45 menit, mata saya dimanjakan untuk menikmati pemandangan Kota Osaka. Inilah mengapa Osaka sering dijuluki aqua metropolis.


Diselamatkan Spiderman

Yang tak boleh dilewatkan di Osaka adalah bermain di Universal Studios Japan (USJ). Dibuka Maret  2001, area seluas 39 hektare ini terdiri dari 8 bagian: Hollywood, New York, San Francisco, Jurassic Park, Lagoon, Waterworld,  Amity Village, dan Universal Wonderland.   
   
Saya tertantang naik roller coaster. Uniknya, saat hendak meluncur, di tempat duduk, para penumpang diberi kesempatan memilih musik kesukaan masing-masing, untuk meredakan stres.  Ada musik jazz, pop, atau rock. Saya memencet tombol rock, dan muncullah suara Bon Jovi menyanyikan Its My Life. Lagu itu mengiringi teriakan saya saat  jungkir balik di roller coaster. Seru!
     
Ingin adrenalin lebih terpacu, saya masuk ke The Amazing Adventure of Spiderman. Saya duduk bersama 5 orang lain di sebuah kursi bulat. Kami mengenakan kacamata 3D. Saya seolah-olah ikut bersama Spiderman bertarung melawan musuh-musuhnya. Kursi saya bergetar kala Sandman, si manusia pasir, menyerang. Mendadak ada bola api melesat ke arah saya, seketika hawa panas menyergap wajah. Tentu saja ini hanya virtual. Yang paling menegangkan, saya jatuh dari atap sebuah gedung bertingkat!  Semua pengunjung berteriak serempak. Untung Spiderman datang menyelamatkan saya dengan jaringnya. Sungguh pengalaman mendebarkan yang wajib dicoba! 

Daria Rani Gumulya



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?