Career
Mencari Sumber Masalah

22 Dec 2014


Seseorang yang memiliki perjalanan karier yang cukup panjang lumrah bila merasa pekerjaannya sudah tidak lagi menantang. Rasanya masih banyak kesempatan dan skill pribadi yang bisa dieksplorasi. Sementara, jenjang jabatan di perusahaan sudah mentok, job desc pun hanya itu-itu saja. Dengan ilmu yang sudah mumpuni, langkah selanjutnya mungkin adalah berhenti bekerja, atau malah membuka kantor sendiri. Namun, sebelum membuat keputusan besar ini, ada beberapa hal yang penting untuk dipertimbangkan.

Mencari Sumber Masalahnya

Fitri (36) adalah salah satu dari sekian banyak kaum profesional yang sedang merasa menemui jalan buntu di kantor tempatnya sekarang. Setelah tujuh tahun bekerja di kantor konsultan bisnis untuk marketing dan branding, ia sampai pada posisi senior. Namun, setelah tiga tahun di posisi itu, dunia karier Fitri yang cenderung tenang mulai menunjukkan riak.
   
Karena tempatnya bekerja adalah perusahaan keluarga, posisi direktur otomatis ‘terkunci’ oleh pemilik perusahaan. Sementara, manajemen kantor mulai terbengkalai dan klien satu demi satu meninggalkan mereka. Beberapa kali Fitri mengutarakan concern-nya dan menawarkan solusi, tapi belum juga menunjukkan hasil. “Saya gemas ingin berbuat sesuatu, tapi selalu terbentur hierarki. Rasanya kalau saya bikin kantor sendiri, saya bisa melakukan yang lebih baik,” ungkap Fitri.
   
Menurut Patricia Susanto, CEO Jakarta Consulting Group, apa yang dialami Fitri adalah hal yang wajar. Mengingat jam terbangnya yang sudah cukup tinggi, kepercayaan diri Fitri akan skill dan kompetensinya juga tinggi. Fitri tidak sendirian, sebab berdasarkan pengalaman sebagai konsultan karier, Patricia melihat ada beberapa faktor atau sumber yang bisa membuat seseorang merasa buntu dalam pekerjaannya.
Yang pertama adalah diri sendiri, yang penyebabnya bisa bermacam-macam. Ada yang bosan dengan pekerjaan yang hanya itu-itu saja atau kurang menantang. Ada yang merasa pekerjaannya sudah tak sesuai lagi dengan passion-nya. Ada pula yang ingin banting setir dari bekerja kantoran menjadi pengusaha. “Seorang owner sekalipun bisa dan wajar saja kalau merasa mentok dengan jalan hidupnya. Jadi, ini bukan soal posisi atau jabatan,” katanya.

Yang kedua adalah masalah hierarki perusahaan seperti yang dialami Fitri. Menurut Patricia, dalam kasus ini, kesannya seseorang dalam posisi seperti Fitri akan susah untuk naik dan berkembang karena terbentur langit-langit yang tak kasatmata. Padahal, sebetulnya masih ada opsi lain yang bisa dipertimbangkan. Karena, untuk seseorang maju atau berkembang tidak selalu harus naik jabatan.

“Pada umumnya struktur perusahaan itu tipis. Misalnya, dari junior, jadi senior, lalu partner. Ada industri yang jenjangnya panjang, ada yang pendek. Tapi, saat seseorang mengerjakan sebuah proyek, sifatnya akan lebih dinamis. Tergantung dari apa pekerjaannya atau seperti apa kliennya, di sana akan ada banyak skill dan kesempatan yang bisa dikembangkan, sehingga tidak ada lagi istilah buntu atau mentok,” jelas Patricia.

PRIMARITA S. SMITA


 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?