Di ajang Jakarta Fashion Week (JFW) 2012 yang lalu, femina berkesempatan memperoleh beberapa tip dari keempat desainer hebat ini.
1. Wajib Kursus & Sekolah Mode
Edukasi dasar penting untuk menjadi modal utama dalam menempuh karier sebagai fashion designer. Mengapa? Ilmu teknik merancang, menjahit, mengenal jenis material, hingga sejarah fashion yang dikenalkan secara detail selama masa pendidikan berlangsung, menjadi ilmu wajib yang harus dikuasai. Edukasi ini dapat dilakukan di dalam dan luar negeri.
2. Mengikuti Ajang Kompetisi, Peragaan Busana & Exhibition
Melalui kompetisi modelah seorang desainer dapat mengasah kemampuan dan menguji karyanya. Ajang kompetisi bisa menjadi tolok ukur dan ‘juri’ bagi diri sendiri, sehingga para desainer dapat terus mengembangkan dan memperbaiki kekurangan karyanya. Cara lain untuk menembus dunia internasional adalah melalui peragaan busana di dalam dan luar negeri. Jam terbang seorang perancang di atas runaway menjadi penanda eksistensi yang sangat nyata.
Melalui ajang-ajang inilah para desainer dapat langsung bertemu dengan media dan buyer dari dalam dan luar negeri. Selain itu, kompetisi, peragaan busana, hingga exhibition menjadi waktu yang tepat untuk mengenalkan dan ‘menjual’ rancangan masing-masing desainer pada dunia secara maksimal.
3. Pemilihan Strategi Bisnis yang Tepat
Konsep store seperti department store yang menggunakan sistem kerja sama konsinyasi bisa menjadi pilihan para desainer untuk memulai bisnisnya dengan modal yang cukup terjangkau. Pembagian keuntungan atau bagi hasil kenyataannya cukup menguntungkan para desainer untuk menjual koleksinya tanpa harus membeli atau menyewa sebuah butik yang terlalu mahal. Pemilihan area dalam berbisnis juga tak kalah penting.
4. Pemilihan Target Pasar yang Tepat
Perbedaan segmen pasar memperjelas jenis koleksi dan identitas masing-masing label. Sehingga, konsumen dapat dengan mudah mengakses koleksi yang diinginkan. Setelah sebuah brand mantap memilih target pasar yang benar, penentuan harga jual sebuah produk menjadi salah satu kunci utama. Dengan mematok harga terjangkau dan sesuai kualitas barang bagi konsumen kalangan menengah ke atas, diharapkan target penjual diyakini Tube Gallery akan membuat konsumen takut dan enggan kembali.
5. Keberanian dan Kepercayaan Diri
Tiga bulan setelah kelulusannya dari sekolah mode, Bernard memberanikan diri untuk mengadakan show tunggal pertamanya sebagai perancang profesional. Bentuk keberanian lain juga terlihat pada saat Bernard mengembangkan bisnisnya dengan membuka butik di Swanky Knightsbridge, London, yang khusus menjual rancangan couture miliknya. Jejak yang sama juga dilakukan oleh Ashley yang pada tahun 2001 membuka butik pertamanya bernama Aquaint dan label Ashley tahun 2005 di London.
Kepercayaan diri yang sangat tinggi dicerminkan secara nyata oleh kedua desainer Tube Gallery yang tidak memiliki latar belakang pendidikan fashion. Saksit yang menimba ilmu theatre directing di Middlesex University, London, dan Phisit yang mengantongi gelar Western Classical Dance, Fine and Apply Arts dari Chulalongkorn University, Thailand, mampu menjadi perancang papan atas Thailand. Mempelajari teknik merancang baju, proses produksi, penjualan, hingga mampu mengekspornya ke luar negeri dilalui Tube Gallery dengan uji coba berulang-ulang sejak tahun 2006 dan terus belajar dari kesalahan. Salut! (f)