Travel
Kuliner Legendaris Di Sarang Mochi

27 Jun 2014


Sebelum jalan tol Cipularang diresmikan tahun 2005 lalu, Sukabumi termasuk pemberhentian alternatif yang banyak didatangi warga ibu kota, yang akan ke Bandung. Tak ayal lagi, kota ini pun menjadi sentra kuliner yang menjanjikan. Bubur Ayam Bunut, Satai Kambing H.Mamat, Mochi gang Kaswari, termasuk yang populer pada masa itu. Walau kini tak lagi menjadi tempat persinggahan, kota yang berjarak ±106 km dari Jakarta itu tak kehilangan pesona kulinernya.


LEGENDARIS & EKSIS
Bagi saya yang hobi bertualang rasa, mengunjungi tempat makan lawas di tiap kota yang saya kunjungi adalah kewajiban. Begitu pula ketika menjajaki kota mochi ini. Berbekal info dari rekan yang bermukim di sini, saya pun siap menjelajah Bubur Ayam Bunut, Bubur Ayam Odeon, Soto Mi Agih, dan Abon H. Anung.
Meski di antaranya sudah ada yang menurunkan ‘tongkat’ pengelolaannya hingga ke tangan generasi ketiga, mereka tetap memegang teguh resep rahasia pendahulu. Pantas bila keempatnya tetap bertahan selama puluhan tahun dan tak tergantikan hingga saat ini.
Saya buka penjajakan rasa di Bubur Ayam Bunut. Disebut bunut karena pendirinya, Haji To’I, dulunya berdagang bubur ayam dengan gerobak di depan RS Bunut (kini RSU Syamsudin S.H). Untuk bubur ini, rasanya tak perlu menggunakan macam-macam topping atau mesti dikucuri kuah berlimpah. Karena rasa buburnya sudah gurih dan sedap, terutama bila dinikmati dengan sambal cabai atau sambal kacang.
Lain cerita dengan Bubur Ayam Odeon di Odeon –kawasan pecinan— Sukabumi. Menu sarapan ini laris manis, dari pagi, siang, sore, hingga malam. Memang agak mencari tempat duduk kosong. Namun, saat sudah mencicip, saya pun tak heran dengan kondisi ramai itu. Rasa buburnya kaya! Pelengkapnya tak sekedar taburan pangsit goreng dan cincangan seledri. Ada potongan sayur sawi asin dan irisan daging ayam Hainan.
Meski cukup puas dengan bubur khas Sukabumi, tak lantas menyurutkan langkah saya untuk mampir di Soto Mie Agih yang lokasinya tak jauh dari Odeon. Meski pernah mencicip menu yang sama di cabangnya yang kedua, di pasar Suryakencana Bogor, kurang afdal jika tak menyambangi versi aslinya.
Terpana, karena ternyata kedai yang sekarang dikelola oleh keturunan Agih ini konsisten dengan rasa. Keduanya sama-sama enak. Tampilannya berbeda dengan soto mi Bogor. Mi yang digunakan adalah mi telur yang biasa dipakai untuk mi ayam, dan tersaji dengan babat dan bakut (iga babi). Makin sedap dengan taburan bawang daun goreng yang rasanya menyatu dengan kuah soto.
Mengingat perut sudah mulai kepenuhan, saya putuskan untuk berkeliling ke area sekitar tempat soto mi. Abon H. Anung. Sudah belasan tahu, H. Anung  menjajakan abon ikan gabus, abon urat sapi, dan juga dendeng sapi dari mobilnya ini. Abonnya gurih dan lembut, dendengnya juga enak. Niat hanya mencicip pun berakhir dengan sekantung besar berisi beberapa plastik abon dan dendeng untuk buah tangan.


BUKAN HANYA KULINER SUNDA

Seolah saling berebut perhatian dengan makanan legendaris yang lebih dulu populer, kini jajanan modifikasi pun mulai digemari. Pilihannya antara lain Nasi Uduk Mamih Ungu. Hadir di Jalan Brawijaya, nasi uduk ini populer di kalangan pendatang. Awalnya nasi uduk racikan Zaenal Abidin dan Martini, ini hanya dijajakan di warung lesehan. Saking larisnya, kedai ini pun membuka cabang di jalan yang sama, namun dalam versi resto. Penasaran seperti apa rasanya menikmati nasi berwarna ungu? Rupanya  sari buah bit dicampurkan ke dalam santan sehingga nasi ini menjadi ungu. Uniknya, meski menggunakan bit, aftertaste sayur ini tidak terasa lantaran santan dan rempah yang dimasak bersama nasi. Sebagai lauknya, ada ayam goreng, sambal goreng kentang, urap sayuran, dan sambal tentunya.
    Tak puas hanya dengan nasi uduk, saya beralih ke (pujasera) di depan toserba Selamat, yang terletak di Jalan Siliwangi No.56. Ini food court andalan warga kota Sukabumi dan pendatang. Area kuliner yang tertata rapi, tak hanya menyajikan kuliner autentik khas Pasundan, tapi juga menjadi salah satu ajang pamer sajian modifikasi yang tak kalah sedap.
Saya pilih untuk mencicip Ulen Cakar Ayam Pedas. Perpaduan unik dari ulen (nasi ketan) yang digoreng, disajikan bersama cakar ayam pedas. Pedasnya tak biasa, ada cita rasa asam berempah sehingga sedap ketika ulen dicocol ke bumbunya. Tak hanya itu, lalapan mentah dan sambal goreng kentang juga menjadi pendamping. Ah, mengenyangkan!
    Sebagai penyuka tutut, saya tak melewatkan D’Tutut Syurudut. Gerai ini hanya menyajikan tutut atau keong sawah yang dimasak dengan ragam bumbu. Ada ekstrapedas, saus tiram, saus padang, bahkan ada juga spaghetti dengan tutut sebagai isinya. Saking banyaknya penggemar, setidaknya saya harus menunggu selama 45 menit demi mencicipi semangkuk tutut.
Pemburu durian juga bisa tersenyum lebar di sini. Ada gerai Durian Goreng yang menjual Kebab Durian. Dari tampilannya, mungkin lebih tepat bila hidangan ini dinamakan Lumpia Durian, karena kulitnya tipis seperti halnya kulit lumpia. Isinya berupa daging durian yang padat dan legit.


SARAPAN GECO

Memasuki hari kedua di kota ini, melewatkan sarapan pagi di hotel rasanya tak masalah. Pastinya demi mengisi perut dengan menu sarapan favorit khas kota ini. Pernah mendengar tentang geco? Ini singkatan untuk taoge tauco, salah satu menu makan pagi favorit warga Sukabumi.
Sepiring geco berisi ketupat, taoge, tahu, dan mi yang disiram dengan bumbu tauco. Ada sensasi asam berkat cuka aren yang terkandung dalam bumbu tauco. Menurut saya, ini adalah kupat tahu versi Sukabumi. Bedanya, bumbu tauco menggantikan bumbu kacang yang biasa menyalut kupat tahu. Di antaranya yang paling laris adalah geco BP, yang terletak di jalan Suryakencana. Saking larisnya, wajib datang pagi jika tak ingin kehabisan.
Selain geco, nasi kuning yang berlokasi di Gang Nugraha atau populer dikenal Nasi Kuning Banjir juga bikin penasaran. Jangan terkejut dengan jam bukanya. Warung ini sudah mulai buka pukul 5 dan tutup pukul 9 pagi hari. Disebut banjir, karena nasi kuning ini disajikan bersama sayur labu siam beserta kuahnya. Pilihan lauknya ada empal daging dan oseng tempe. Tak sia-sia bangun lebih pagi saat hari libur!


BERBURU WARISAN JEPANG

Ini adalah bagian paling seru, berburu mochi! Salah satu agenda penting di sini bukan sekadar membeli kue isi kacang tanah ini untuk oleh-oleh. Sebelum kembali ke ibu kota, kesempatan menikmati mochi yang baru saja dibuat tak akan pernah saya lewatkan.
Beruntung, ketika mampir ke mochi Lampion, salah satu toko mochi paling ramai, saya kebagian mochi segar yang baru saja dibuat di pabriknya. Puas rasanya meski harus antre dan berebut dengan pengunjung lain demi sekotak kue warisan Jepang ini. Sensasi mencicip mochi yang baru matang, adalah saat mengulumnya. Lembut, manis, legit, dan gurihnya kacang tanah gepuk, menjadi satu. Nikmat!
Salah satu yang masih diburu adalah Mochi 39, yang berdiri sejak tahun 1980-an, Sayangnya mochi ini tak memiliki tempat khusus atau toko sebagai sarana jual beli. Kue dari tepung ketan ini masih diproduksi dan dijualbelikan di sebuah bangunan rumah lama. Jika ingin menycicip, datanglah awal, karena tak jarang kue tepung ketan ini sudah ludes meski baru pukul 2 siang.


Lokasi-lokasi lezat!
• Soto Mie Agih: Jl. Pelabuan No. 82 (081563271373).
• Bubur Ayam Odeon: Jl. Pejagalan No. 33 (07.00-13.00 WIB, 16.00-22.30 WIB). 
• Abon Haji Anung: Jl. Pelabuhan II, Gang Sadar. 
• Bubur Bunut: Jl. Siliwangi No. 92/131 (0266-221325).
• Mochi 39: Jl. Otto Iskandardinata No. 39 (0266-222404).  
• Mochi Ahmad Yani: Jl. Ahmad Yani No. 170A (0266-223332).
• Mochi Kaswari Lampion: Jl. Bhayangkara Gg. Kaswari II No.19 (0266- 266534).















Ingin mencoba pengalaman baru dengan menaiki kereta? Kereta api Pangrango dengan rute Bogor-Sukabumi-Cianjur sudah beroperasi sejak awal tahun 2014. Waktu tempuh Bogor menuju Sukabumi bisa dicapai dalam tempo ± 2 jam 25 menit. Sebaiknya, belilah tiket kereta api jauh hari sebelum perjalanan, karena sering kali terjadi kehabisan tiket jika membeli langsung di tempat.  VALENTINA LIMBONG



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?