Trending Topic
Kontrol Ada Pada Orang Dewasa

19 Nov 2013



“Apa pun istilahnya, stars search atau talent show, ada banyak anak-anak di sana. Ada banyak hal yang mengkhawatirkan. Kami khawatir anak-anak yang tampil di sana tidak terlindungi,” cetus Nina Mutmainnah Armando, Pengamat Media & Aktivis Perlindungan Anak di Media, yang juga merupakan aktivis perlindungan anak di media.

Kekhawatirannya lahir dari sekian tahun pengamatan terhadap berbagai acara talent show yang melibatkan anak-anak. Mulai dari isu memaksa anak bekerja di luar batas waktu kewajaran, penampilan dan polah tingkah anak yang tidak wajar sesuai usia, hingga dampaknya pada anak-anak lain yang menonton dan memfavoritkan acara ini.

Nina mencontohkan Brandon (11), bocah laki-laki peserta kontes Indonesia Mencari Bakat (2010), yang pada waktu itu masih berusia 8 tahun. Acara live yang padat iklan ini tayang dalam durasi yang cukup panjang, dari  pukul 8 malam hingga tengah malam. Dalam sebuah acara sahur di sebuah stasiun TV baru-baru ini, Nina juga menyaksikan dua bocah perempuan ‘lulusan’ acara talent show anak sebagai bintang tamu.

Tepat di saat teman-teman sebayanya masih terlelap di tempat tidur, anak-anak ini sudah harus bangun, melakukan berbagai persiapan syuting, dan tetap menjaga diri agar tetap terlihat ceria di hadapan kamera. “Karena acara live, mau tidak mau anak dituntut tampil sempurna, karena tidak akan ada pengulangan. Mereka sudah dikondisikan sebagai pekerja profesional dalam usia yang masih sangat dini. Tepatkah yang seperti ini?” ujar Nina, melontarkan pertanyaan oratoris.

Padahal jelas, peraturan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) melarang praktik ini. Seperti yang tercatat dalam Pasal 15 Standar Program Siaran 2012 (SPS 2012) Bab X tentang Perlindungan Kepada Anak. Di ayat ke-4 disebutkan secara jelas bahwa program siaran langsung yang melibatkan anak-anak dilarang disiarkan melewati pukul 21.30 WIB waktu setempat.

Tujuan dari peraturan ini adalah untuk membatasi agar anak-anak tidak tampil terlalu larut. Selain itu, juga melindungi para penonton anak-anak yang karena ingin melihat idolanya, jadi terpapar iklan rokok yang mulai tayang di atas pukul 21:30.

Di awal tahun ini, KPI juga pernah memanggil salah satu stasiun televisi swasta terkait banyaknya aduan dari masyarakat yang masuk terhadap acara salah satu kontes bakat anak. Rekaman hasil diskusi ini dilaporkan juga dalam situs resmi KPI (www.kpi.go.id). Bayangkan saja, melihat anak menari dan menyanyi dengan mengenakan hot pants, selendang bulu-bulu, dan goyangan yang sensual.

“Rasanya seperti melihat miniatur wanita dewasa. Lagi pula, apakah tidak terlintas di benak pihak penyiar dan orang tua, bahwa hal ini membuat anak-anak yang polos ini rentan menjadi korban pedofil?” ujar Nina, tidak habis pikir.

Nina juga menyesalkan insiden penayangan bocah laki-laki yang ngompol ketika sedang tampil menghapal ayat suci Alquran di acara Hafidz Indonesia. Di tayangan itu kamera mengekspos celana si anak yang basah, dan air seni yang mengucur ke bawah. Mengingat ini bukan tayangan live, maka dengan editing yang pas, rekaman kejadian tak terduga yang alami dan sangat anak-anak ini harusnya bisa disajikan dengan cara yang lebih halus.

Sebab, kejadian ini bisa memberikan dampak psikologis bagi anak. Dia bisa menjadi sasaran olok-olok, bahkan korban bully. “Kemungkinan di Youtube cuplikan ini ada (dan memang ada-red.), dan anak itu harus menanggungnya seumur hidup,” lanjut Nina, sedih.
Nina kembali mengingatkan, anak-anak peserta ajang bakat yang berusia 3 hingga 10 tahun tersebut belum mampu melindungi dirinya sendiri. Mereka juga belum mampu menimbang dan mengambil sebuah keputusan. Maka, orang-orang dewasa di sekitarnyalah, termasuk orang tua dan pihak penyiar, yang harus menjadi pelindung bagi hak dan kepentingan anak-anak itu.

Bagaimanapun, Nina bersyukur upaya diskusi bersama pihak media yang melibatkan beberapa pihak, seperti Komisi Perlindungan Anak Indonesia, ini ditanggapi baik. “Saya melihat sekarang ini sudah banyak kemajuan. Mereka bersedia untuk tidak memakai lagu-lagu orang dewasa  dinyanyikan anak-anak. Pakaian atau kostum anak juga tidak lagi buka-bukaan. Dari komentar-komentar juri, saya juga melihat perbaikan, dengan masukan-masukan yang membangun rasa percaya diri anak,” jelas Nina, senang.(NAOMI JAYALAKSANA)



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?