Career
Kode Etik Bisnis Manajemen Artis

8 Feb 2013

Makin suburnya bisnis manajemen artis menyisakan iklim persaingan yang cukup panas. Masing-masing manajemen artis berlomba-lomba untuk menonjol di tengah keramaian. Tidak sedikit yang terjebak dalam praktik “potong kompas” karena tidak sabar mengikuti proses yang melibatkan hal-hal detil yang memakan waktu dan energi. 
Padahal, ibarat kata, repot sudah menjadi nama tengah bagi mereka yang berkecimpung di bisnis ini. Maklum, ini adalah pekerjaan 7x24x365 (7 hari, 24 jam  dalam 365 hari). Perubahan bisa terjadi kapan saja di dunia hiburan, sehingga menuntut mereka untuk selalu berada di posisi standby. Dua pengelola bisnis manajemen artis ternama, Sulung Landung dari Avatara88 dan Arzeti Bilbina dari Zema Management, menurunkan ilmunya untuk Anda.

Mematikan ponsel begitu tiba di rumah? Tidak bisa! Sebab, justru di malam hari lah “pasar” atau “lapak” mereka mulai ramai dikunjungi klien. “Saya pernah jam 2 pagi ditelepon oleh pemilik PH untuk sebuah pekerjaan, ya saya terima,” cerita Sulung yang mengaku tetap bekerja di tahun baru, atau di saat liburan. 

Zema Management punya strategi khusus. Selain mempertajam kompetensi anak didiknya, ia juga mengasah soft skill mereka dari sisi kepribadian. Caranya, dengan memasukkan materi etika dalam salah satu sesi pengajaran. “Attitude, baik dari cara berkomunikasi atau sikap tubuh merupakan bagian dari paket menjadi profesional di dunia hiburan,” ungkap Arzeti. Attitude yang baik otomatis akan berpengaruh pada kinerja dari artis tersebut. 

“Klien mampu membedakan, dari sentuhannya, dari cara membina hubungan, dan profesionalitas dari artis tersebut,” lanjut Arzeti. Persaingan secara profesional ini tidak membuka peluang bagi praktik sikut menyikut. Sebaliknya, satu sama lain akan saling berpegangan dan belajar dari pengalaman kegagalan atau kesalahan yang pernah dialami oleh masing-masing manajemen artis. 

Nilai-nilai fairness ini juga dijunjung tinggi di manajemen Avatara88. Sulung mengatakan bahwa demi mendongkrak bisnis manajemen artisnya, banyak pelaku usaha yang mengambil jalan instan dengan ‘membajak’ artis yang bintangnya sedang bersinar dari manajemen lain. 

“Saya sendiri tidak mau ‘anak saya’ diambil orang, maka saya juga tidak akan melakukan hal itu. Lagipula, di dunia bisnis hiburan semua orang terkoneksi. Saya tidak mau ambil risiko hilangnya hubungan baik hanya demi keuntungan sesaat,” tegas pria yang mengawali pengalaman di dunia showbiz dengan menjadi seorang runner atau orang suruhan dengan upah Rp100.000 untuk jatah kerja dari pukul 08.00 pagi hingga 01.00 dini hari.  

Baik Arzeti maupun Sulung telah menetapkan pagar berupa nilai-nilai moral atau etis dalam menjalankan roda bisnisnya. Keduanya sama-sama menerapkan kejujuran dan transparan di bagian keuangan. “Saya tidak akan pernah mencurangi penghasilan artis saya,” ujar Sulung. 

Begitu menerima uang dari klien, Sulung akan langsung mengirimkan bagian sang artis dengan porsi sesuai kesepakatan ke rekening mereka. Setiap bulan, Sulung juga selalu mengirimkan laporan penjualan kepada semua artisnya. Di dalamnya ada laporan lengkap tentang berapa bagian yang telah diterima artis dalam kurun waktu tersebut, dan berapa persen yang didapat oleh manajemen. “Terserah mereka membacanya atau tidak, yang penting saya akan konsisten melakukannya,” ungkap asisten produser film 3 Doa 3 Cinta dan Serigala Terakhir ini. 

Demikian juga dengan Arzeti, nilai kejujuran dan keterbukaan salah satunya diterapkan untuk urusan kontrak. Semua kontrak harus dilakukan secara tertulis dan dibuat dihadapan notaris dan pengacara. Sebelum tanda tangan kontrak ia akan berdiskusi dengan biro pengacara untuk melihat adanya pasal-pasal yang ambigu dan menjebak. 

Ia juga selalu memberikan kesempatan kepada artisnya untuk membawa pulang isi kontrak untuk dipelajari di rumah. “Kalau ada pasal yang mengganjal, keesokannya mereka boleh mencari kejelasan atau mendiskusikannya bersama kami,” lanjut Arzeti. Begitupun ketika menerima tawaran pekerjaan untuk artis bimbingannya. Ia akan selalu memberikan informasi terbuka tentang tuntutan pekerjaan yang diminta. “Meskipun nilai nominal proyeknya besar, tapi kalau artis saya tidak mau, maka saya tidak akan memaksanya,” tekan Arzeti. 

NAOMI JAYALAKSANA



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?