Tentang benar tidaknya teori bahwa makan pagi sebelum pukul 09.00 dapat meningkatkan metabolisme tubuh, dr. Fiastuti berkomentar, “Teori itu benar, jika yang dimaksud adalah makan pagi dengan asupan protein dan karbohidrat untuk suplai energi. Makan pagi membuat kita tidak lemas, karena ada bahan makanan yang bisa dibakar untuk menghasilkan energi.”
Sebetulnya, menilik komposisi menu makan kebanyakan orang Indonesia, menurut dr. Fiastuti, sudah mencerminkan keseimbangan nutrisi. Misalnya, kita sarapan dengan nasi, telur dadar, tahu goreng, dan sayur. Atau, kita makan dengan setangkup roti dengan isi fillet dada ayam panggang, selada, mentimun, dan tomat. “Komposisi ini sudah memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh akan karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin-mineral.”
Tapi, bagaimana dengan kebiasaan pekerja kantoran yang lebih suka membeli sarapan khas kaki lima, seperti nasi uduk, lontong sayur, atau mi ayam? “Nasi uduk berlauk telur, orek tempe, atau tahu dan bihun goreng, sebetulnya sudah mengandung karbohidrat dan protein. Tetapi, kadar lemaknya terlalu tinggi dari santannya. Demikian juga dengan lontong sayur plus telur,” paparnya. Karena itu, dr. Fiastuti menyarankan untuk –lagi-lagi– disiplin pada hitungan kalori per hari. (f)
Baca juga:
Sarapan Dengan Kalori