Career
Karier Meroket Berkat Bahasa Asing Kedua

3 Jan 2012

Untuk urusan berbahasa asing, karakteristik masyarakat Indonesia memang berbeda dari penduduk negara Malaysia dan Singapura yang rata-rata fasih dua sampai tiga bahasa asing. Sampai dua dekade silam, sekitar tahun ‘80-an, pendidikan bahasa masih sering dipandang sebelah mata.

Di zaman globalisasi seperti sekarang,  kemampuan berbahasa asing justru menjadi salah satu ‘senjata’ andalan untuk ‘menaklukkan’ dunia. Penguasaan bahasa asing, terutama bahasa Inggris, telah menjadi sebuah keharusan. Tuntutan ini semakin bertambah tinggi seiring perkembangannya. Kemampuan berbahasa Inggris saja masih belum cukup dan harus ditambah dengan  penguasaan bahasa asing kedua. Sebutlah beberapa contoh, yaitu bahasa Mandarin, Jepang,  Latin, Jerman, ataupun Arab.  

Bahasa yang semula hanya berfungsi sebagai ‘jembatan komunikasi’ pun  kini berkembang menjadi salah satu komponen penting yang mampu  mendongkrak karier dan prestasi seseorang.

Disesuaikan Pilihan Karier

Bahasa asing kini memiliki nilai yang sangat penting untuk mendongkrak kemajuan karier. Apalagi  posisi manajerial kini banyak didominasi oleh ekspatriat. Otomatis  mereka yang kemampuan bahasa asingnya belepotan, panas dingin dan cenderung bengong jika harus  bertemu muka dengan bos atau mitra bisnis dari negara lain.  
Biasanya, karena panik, atau takut diminta menjelaskan sesuatu dalam bahasa asing, mereka akan menghindar. Ujung-ujungnya jadi kuper bahkan kesulitan bersosialisasi.

Di era persaingan kerja yang kompetitif ini, seseorang  yang menguasai bahasa asing ‘populer’ dan bernilai jual tinggi, otomatis memiliki peluang  lebih besar dalam mendapat panggilan kerja dibandingkan sesama rekannya yang memilliki latar belakang  pendidikan serupa.

Karyawan yang mahir berbahasa asing kedua, terutama bahasa-bahasa Asia, juga berpeluang besar untuk dikirim perusahaan mengikuti pelatihan di luar negeri. Siapa pun tahu, perkembangan ekonomi dan pendidikan di Asia seperti di Jepang, Cina, India, serta banyaknya perusahaan Jepang berekspansi ke Indonesia.

Anda ternyata tak bisa sembarangan memilih bahasa asing kedua yang ingin dipelajari. Lincoln Taylor, manajer dari Berlitz Language Center, mengatakan, pilihan itu sebaiknya disesuaikan dengan jenis pekerjaan. “Jangan mentang-mentang  merasa bahasa x terdengar eksotis, lantas tanpa berpikir panjang, langsung mendaftarkan diri ikut kursus. Kalau Anda memang hobi traveling, ingin jadi penerjemah atau berkarier di kedutaan, memang tidak jadi soal. Tapi, kalau tidak kan sayang waktu dan uang yang terbuang. Lebih baik jika dipergunakan untuk belajar bahasa yang menunjang profesi Anda.“

Tiga Bahasa Masa Depan

Ada tiga bahasa kuat yang tampaknya akan makin populer di hari esok, yakni Mandarin, Jepang, dan Jerman. Perubahan kepentingan suatu bahasa, sangat dipengaruhi oleh seberapa penting arti perekonomian negara tersebut di mata dunia internasional. Diprediksikan, Cina yang berpenduduk paling banyak di dunia kelak akan menjadi negara yang menguasai perekonomian dunia. Jadi, bila ingin memiliki daya jual yang tinggi di bursa tenaga kerja internasional, seseorang harus menguasai bahasa Mandarin.

Bahasa Jepang juga tak kalah penting. Walau Jepang kini tak lagi menguasai perekonomian Asia, masih banyak perusahaan Jepang tetap menanamkan investasinya di Indonesia. Bagi Jepang, Indonesia tetap merupakan pasar yang amat besar bagi produk dan teknologi yang mereka kembangkan.

Masih ada satu bahasa lain yang menyimpan potensi di masa depan, yakni bahasa Jerman. Jerman memang raja teknologi di kawasan Eropa dan banyak membuka peluang kerja bagi WNI. Pemerintah Jerman juga dikenal royal menawarkan beasiswa untuk mahasiswa Indonesia.
 
Kemampuan berbahasa asing yang populer ternyata tak hanya dapat memuluskan karier, tetapi juga dapat meningkatkan rasa percaya diri dan meningkatkan kualitas hidup. (f)



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?