Career
Kapan Saya Jadi Manajer?

1 May 2012

Setelah bertahun-tahun meniti karier, kemampuan teknis pun sudah sangat Anda kuasai, posisi manajer tampaknya sudah di pelupuk mata. Namun entah mengapa, sampai saat ini, posisi manajer tak kunjung jatuh ke tangan Anda. Sementara itu, beberapa junior sudah menyalip anda duduk manis di kursi tersebut. Tanda tanya besar pun muncul di benak Anda.

Menurut Ferry W. Atmadi, konsultan karier dari Management Development International (MDI), selain kompetensi teknis, kompetensi manajerial memegang peranan besar dalam perjalanan Anda menuju kursi manajer.

Wah, jangan-jangan kompetensi manajerial lah yang menghambat Anda. Agar jalur menuju posisi itu lebih lancar, kenali dan perbaiki 5 hambatan terbesar dalam perjalanan karier Anda!

1. Kurang Bisa Memimpin
Manajer adalah pemimpin anggota timnya. Sehingga, untuk menjadi seorang manajer, Anda harus lebih dari sekedar bekerjasama dengan tim. Faktor kepemimpinan ini merupakan salah satu kualifikasi penting seorang manajer. Karena jika seseorang yang tidak bisa memimpin diangkat menjadi manajer, sangat berbahaya bagi kelangsungan perusahaan.
"Seseorang pemimpin harus bisa memotivasi dan menggerakan timnya, sehingga mereka tidak ragu-ragu bertindak. Bukan hanya memotivasi dengan iming-iming uang atau bonus, namun dengan kata-kata atau contoh tindakan. Jadi, jika Anda belum bisa menggerakan tim dan memotivasi mereka untuk berprestasi, berarti Anda belum cakap dalam memimpin," ungkap Ferry.

2. Kurang Mampu Berkomunikasi
Manajer merupakan kunci penting perusahaan, sebab ia merupakan jembatan jajaran direksi dengan karyawan. Ia harus bisa diandalkan oleh atasan, namun ia juga harus bisa menjadi tempat bersandar bawahan.
Karena itu, kemampuan berkomunikasi sangat penting. Apalagi, seringkali manajer juga harus berhubungan dengan divisi lain. Jika tidak bisa berkomunikasi dengan baik, maka sangat sulit baginya untuk menjalani peran tersebut dengan optimal. "Biasanya, kemampuan berkomunikasi seseorang, dinilai saat wawancara atau meeting. Apakah dia bisa menjelaskan pemikirannya dan menjawab setiap pertanyaan dengan efisien atau tidak," ungkap Ferry.

3. Tidak Bisa Mengontrol Emosi
"Atasan akan berpikir dua kali untuk mengangkat seseorang yang suka memicu konflik atau mudah marah untuk menjadi manajer," cetusnya. Sebab, orang yang senang konflik atau mudah terpancing amarahnya, bisa merusak harmoni tim. Padahal, ia dituntut untuk memotivasi anggota timnya. Calon pemimpin yang baik adalah yang dapat mengontrol emosi dan justru memanfaatkannya untuk meningkatkan produktivitas anggota timnya.

4. Kurang Bergaul
Pada divisi tertentu yang menuntut manajernya berhubungan dengan orang banyak, seperti bagian hubungan masyarakat atau penjualan, keluwesan seseorang dalam bergaul jadi kualifikasi penting. Walau memiliki kompetensi teknis yang baik, seseorang yang kurang bergaul di kantor akan sulit diangkat menjadi manajer. "Masalahnya, ia akan banyak berhubungan dengan pihak lain,"ungkap Ferry.

5. Tidak Tepat Waktu
"Seseorang manajer akan menjadi role model bawahannya," ungkap Ferry. Karena itu, direksi akan berpikir 10 kali untuk mengangkat orang yang sering terlambat dalam menyelesaikan tugasnya. Jika dia sendiri suka terlambat, bagaimana dia bisa memacu bawahannya untuk bekerja lebih baik? Track record Anda mengenai keterlambatan akan sangat memengaruhi penilaian atasan untuk mengangkat Anda menjadi manajer.


 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?