Celebrity
Isyana Sarasvati, Musik Sebagai ‘Terapi’

11 Feb 2016

Blantika musik tanah air tersentak dengan kemunculan penyanyi baru, Isyana Sarasvati (22).  Sebelum menjejakkan kaki di industri musik Indonesia, nama Isyana telah banyak dibicarakan orang lewat klip-klip single yang diunggah wanita kelahiran Bandung, 2 Mei 1993, ini di Youtube. 
 
Tak hanya pandai menyanyi, dua single yang telah diunggahnya, Keep Being You dan Tetap Dalam Jiwa, merupakan lagu gubahannya sendiri. Tak banyak memang penyanyi Indonesia yang multitalenta seperti Isyana. Ia juga bisa menulis lagu dan memainkan beberapa instrumen, seperti electone, piano, flute, saksofon, dan biola. 
 
Sang ibu, Luana Marpanda, yang memperkenalkan musik pada Isyana sejak usia 3 tahun. Hingga ketika Isyana berusia 7 tahun, ibunya terkejut mendapati banyak rekaman lagu hasil gubahan Isyana kecil yang tersimpan di electone di rumah mereka. Menyadari bakat besar anaknya, sang ibu yang juga pengajar piano klasik memutuskan untuk mengajari Isyana bermusik lebih serius lagi, selain memasukkannya ke lembaga kursus formal.   
 
“Lucunya, jika anak-anak biasanya harus disuruh-suruh untuk latihan, saya justru sebaliknya, disuruh berhenti latihan. Ibaratnya, saya habiskan waktu 10 menit menonton TV, 50 menit sisanya untuk latihan electone dan piano,” katanya, menggambarkan kecintaannya pada musik. Musik memang tak dapat dipisahkan lagi dari hidupnya. Bakat luar biasa yang diturunkan dari ibunya ini menjadi ekspresi perasaannya di kala susah dan senang. 
 
Isyana mengaku dirinya seorang introver yang tak banyak teman. Ia lebih banyak meleburkan dirinya dalam tangga nada ketimbang bersosialisasi. “Kalau orang lain menuangkan emosi mereka dengan bercerita kepada orang lain, saya lebih suka buat lagu. Musik jadi terapi buat saya. Jadi, lagu-lagu saya itu jujur, banyak bercerita tentang apa yang sedang saya alami atau rasakan,” kata musikus cantik ini. Misalnya, lagu Wings of Your Shadow ia tulis saat merasa sedih karena berpisah dari kakaknya, Larasati, yang melanjutkan studi ke Amerika pada tahun 2008. 
 
Kecemerlangan bakat Isyana tak lepas dari peran orang tua. Selain memberi bekal pendidikan musik sejak kecil, ketika masih tinggal di Belgia dari usia 3 hingga 7,5 tahun Isyana kecil sering diajak menonton pertunjukan opera klasik di Eropa. Tak heran jika anak-anak sebayanya bercita-cita ingin menjadi dokter atau pilot, Isyana mantap menjawab dirinya ingin menjadi maestro musik. 
 
Tahun 2008, ketika Isyana berusia 15 tahun, karyanya berhasil dipilih sebagai Top 12 Best Compositions di International Junior Original Concert (IJOC) di Tokyo, Jepang, dan pada tahun 2012   Isyana masuk 15 besar dunia dalam Yamaha Electone Concours yang juga diadakan di Tokyo. “Saya sebagai orang Indonesia sangat bangga berhasil mendapatkan Grand Prize Asia Pasifik, sehingga  saya bisa mewakili Asia Pasifik untuk berkompetisi tingkat dunia di Jepang,” ujar Isyana, yang mengagumi komposer Bach, Gershwin, Aaron Copland, dan dari Indonesia penyanyi Ruth Sahanaya, Anggun, dan Glenn Fredly. Semua kompetisi itu melewati tahap penyaringan, mulai dari tingkat nasional, Asia Pasifik, hingga melaju ke tingkat internasional. 
 
Masih banyak sederet penghargaan bergengsi lainnya yang berhasil ia raih, seperti juara Grand Prix Asia Pasifik Electone Festival (2008, 2009, 2011), Juara I dalam 6th Tan Ngiang Kaw/Tan Ngiang Ann Memorial Vocal Competition Singapore (2012), Juara I Kompetisi Vokal Nasional Tembang Puitik Ananda Sukarlan (2013), Gold Certificate dalam 5th Bangkok Opera Foundation Singing Competition (2013), dan tahun ini masuk dalam nominasi Female Single of the Year dan Breakthrough Artist of the Year dalam Indonesian Choice Awards yang diberikan oleh stasiun televisi NET.  
 
Isyana besar di tengah keluarga pencinta musik. Keragaman musik yang biasa dinikmati telinganya –klasik dari sang ibu, country pop dari sang ayah, serta R&B dari kakaknya– menjadikan Isyana musikus yang open-minded, terbuka pada segala jenis musik. “Saya suka semua jenis musik,” kata Isyana, yang tak ingin mengotakkan dirinya di satu genre  saja.  
 
Kebebasan berekspresi sebagai seniman juga sangat ia junjung tinggi. Itu sebabnya, ketika tahun lalu pihak Sony Music Indonesia menawarinya  kerja sama, ia menyetujuinya. “Bagaimanapun, sebagai musikus saya ingin karya saya bisa dinikmati banyak orang. Selama kebebasan musik saya tidak dibatasi, saya bersedia,” kata wanita berdarah Jawa-Madura yang bermimpi bisa membuka sekolah musik suatu saat nanti ini.  
 
November lalu, Isyana akhirnya merilis debut albumnya, Explore, yang bergenre exploration of pop, namun kental dengan sentuhan R&B dan sedikit warna klasik. “Saya sengaja menunggu hingga selesai kuliah dulu agar bisa lebih siap dan fokus ketika masuk ke dalam industri musik Indonesia,” jelas lulusan Nanyang Academy of Fine Arts, Singapura (2013), dan Royal College of Music, London (2015), ini. (f)        
 


 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?