Celebrity
Isyana Bagoes Oka

21 Sep 2012


Wanita yang lahir dan besar di Jakarta ini bekerja selama 7 bulan sebagai reporter di sebuah stasiun televisi swasta. Sebagai model saat itu ia masih terikat kontrak iklan. Sayangnya, ia terganjal aturan, bahwa presenter tidak boleh merangkap sebagai bintang iklan. Isyana lantas mengundurkan diri. “Awalnya saya tidak pernah bermimpi menjadi presenter. Tapi, saya pikir, saya tidak ingin membatasi diri saya atas kesempatan yang bisa saya raih dalam hidup saya,” ceritanya.

Beruntung, tak lama kemudian datang tawaran dari stasiun televisi swasta lain. Isyana diminta bekerja sebagai reporter merangkap presenter. “Saya tertantang,” ungkap pengagum anchor CNN, Sara Sidner dan Christiane Amanpour, ini. “Mungkin pendapatan dari iklan memang menggiurkan. Tapi, saya yakin, saya harus total menjadi jurnalis,” tegas lulusan Jurusan Hubungan Internasional Universitas Indonesia ini.

Isyana membuktikan ucapannya. Walau sebelumnya tak pernah ada dalam cita-citanya, nyatanya anak sulung dari tiga bersaudara ini bisa bertahan hampir satu dekade di dunia jurnalistik televisi. Wajah-wajah baru terus bermunculan di layar kaca, namun namanya terus diperhitungkan sebagai salah satu wanita presenter yang disukai pemirsa.

“Saya senang bisa mendapat kesempatan bertemu banyak orang, mulai dari tingkat presiden hingga kalangan bawah, sekaligus bisa menjadi saksi sejarah dari suatu peristiwa penting,” katanya, memaparkan alasan kecintaannya pada dunia jurnalistik.

Sejak tahun 2007, ia bergabung di RCTI sebagai anchor dan produser program berita Seputar Indonesia. “Tidak seperti yang orang bayangkan, untuk menjadi seperti sekarang ini saya harus melewati berbagai tempaan. Presenter berita tidak sekadar membaca berita, tapi sering kali harus turun ke lapangan meliput dan terlibat dalam proses persiapan yang panjang,” tuturnya.

“Saat masih siaran pagi, saya rutin bangun subuh-subuh. Paginya siaran, lalu liputan sampai sore, kemudian buat naskah hingga malam hari dan esok paginya harus bangun subuh-subuh lagi,” cerita Isyana. “Harus siap kerja ekstra keras kalau ingin menjadi anchor yang baik,” tambah Isyana.

Oleh karena itu pula, sejak melahirkan putra pertamanya, Gyannendra Frederick Oka Tulaar (22 bulan), ia meminta izin untuk berhenti dari tugas liputan dan memilih beraktifitas di balik layar sebagai anchor dan produser. “Semaksimal mungkin saya berusaha membagi waktu, antara karier dan menjadi ibu,” kata Isyana, yang memilih tidak menggunakan jasa pengasuh anak.

“Mungkin karena saya mengurus sendiri anak saya, dan masih memberinya ASI hingga sekarang, tubuh saya cepat kembali langsing,” kata Isyana, yang mengaku naik 12 kg saat hamil. Kulitnya yang putih bersih, senyumnya yang indah, plus tubuhnya yang cepat kembali langsing (tinggi 162 sentimeter, berat 50 kilogram), wajar bila ibu satu anak ini membuat banyak wanita lain iri hati.

Saksi Sejarah
Sepuluh tahun berkarier sebagai jurnalis dan presenter, Isyana kenyang dengan pengalaman seru meliput berbagai persitiwa besar yang terjadi di dalam dan luar negeri. Antara lain, peristiwa tsunami Aceh, bom Bali 2, dan kampanye pemilihan presiden Amerika.

“Pengalaman meliput korban tsunami di Aceh tahun 2004 adalah salah satu yang paling mengesankan. Pilu rasanya hati sya hingga kini, teringat jasad seorang ibu dan anaknya yang tergolek di pinggir jalan dalam keadaan saling berpelukan,” tutur Isyana.

“Begitu pula ketika persitiwa bom Bali kedua. Sebagai orang Bali, saya ingin menyaksikan langsung apa yang terjadi di kampung halaman saya itu. Kehancuran dan oenderitaan yang saya lihat membuat saya menajdi saksi sejarah. Pengalaman itu sungguh tak bisa digantikan dengan uang," sambung Isyana, yang paham sedikit bahasa Bali.

Karier Isyana menanjak. Tahun 2008, ia terpilih untuk meliput langsung kampanye pemilihan presiden AS. Selama 3 minggu Isyana dengan gigih mengejar kampanye John McCain, Sarah Palin, Barack Obama, serta Hillary Clinton. Untuk itu ia harus terus bepergian dari satu ke kota yang lain.

"Salah satu pengalaman unik adalah ketika meliput kampanye Hillary yang mengambil tempat di ruang ganti pakaian sebuah sekolah! Sungguh berbeda dari kesan glamor yang kerap digambarkan film drama politik Hollywood," cetus Isyana.

Banyak poenegetahuan baru yang Isyana dapat dari perjalanan itu. "Ada sebuah tempat kampanye Obama yang dijuluki ‘Prince William County’, seperti nama pewaris takhta Inggris, "Sayangnya saya belum mendapat kesempatan untuk mewawancarai langsung Obama. Tapi, saya yakin, kesempatan itu akan datang nantinya."

Isyana juga pernah bertugas sebagai wartawan Istana Negara selama 4 tahun (2006-2010). Ia   senang lantaran profesinya itu mendekatkannya pada orang-orang ‘kelas satu’ di tanah air. Ia beberapa kali mengikuti Presiden RI dan rombongan saat melakukan perjalanan dinas di dalam negeri dan mancanegara. Liputan sekaligus jalan-jalan. Sewaktu mengikuti presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat kunjungan ke Finlandia, Norwegia dan Kuba, Isyana harus jungkir balik bertugas rangkap menjadi juru kamera sekaligus kirim gambar sendiri.

Berkunjung ke luar negeri sebetulnya bukan hal baru baginya. Saat remaja dulu Isyana kerap traveling bersama orang tuanya  tiap liburan sekolah. “Saya paling senang kalau diajak berlibur ke Eropa, Amerika, Australia, dan Bali tentunya,” katanya. Setidaknya sekali  dalam setahun Isyana pulang ke Bali.

Tak seperti kebanyakn mahasiswa hubungan internasional lainnya yang ingin menjadi diplomat, Isyana punya alasan yang lebih sederhana. Yaitu, menguasai bahasa asing. "Tapi ternyata ilmu diplomasi dan politik lebih menarik. Hingga sekarang saya sangat antusias setiap kali mewawancarai tokoh politik," ungkap wanita yang belajar bahasa Prancis dan menguasai sedikit bahasa Mandarin ini.

Berkat kefasihannya berbahasa asing, tak heran jika ia yang ditunjuk untuk meliput kedatangan dan konferensi pers AS George Bush di Istana Bogor (2006) dan mewawancarai Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton, (2009) saat keduanya bertandang ke Indonesia. 

“Saat meliput George Bush, sebetulnya saya sedang sakit, demam dan diare. Blazer saya lapisi handuk untuk menyerap keringat dingin saya yang mengucur. Tadinya, Oma (nenek dari pihak ibu) melarang. Tapi, menyaksikan saya mewawancara Presiden AS, beliau bangga,” tutur sulung dari tiga bersaudara ini.
 
“Sayang, nenek dari pihak ayah saya (Gedong Bagoes Oka)  tidak bisa menyaksikan perjalanan karier saya. Beliau berpulang tahun 2002 lalu. Beliau adalah orang yang paling saya kagumi dalam hidup saya,” kata Isyana. Gedong Bagoes Oka adalah tokoh spiritual Hindu teladan yang juga anggota Utusan Golongan MPR (1999-2002) dan dikenal memberi perhatian besar pada masalah pemberdayaan wanita dan pluralisme agama.

Ingin Meraih Mimpi
Besar di tengah keluarga yang mendukung pluralisme agama (ayahnya Bali-Hindu, ibunya Manado-Kristen), Isyana tak melalui kendala berarti saat menjalani rumah tangga dengan mantan finalis Abang Jakarta tahun 2000, George Albert Tulaar (36) yang berdarah Manado dan beragama Nasrani.
“Kami saling dekat sejak tahun 2001, dan hubungan kami putus-sambung. Akhirnya, saya sadar dia yang paling bisa mengerti saya,” tutur wanita  yang mengaku berkarakter sedikit keras ini.

Isyana merasa bahagian, terutama setelah dikaruniai anak. “Bahagia bisa tercapai dengan mensyukuri apa yang kita miliki,” tutur Isyana, bijak. Ia mengaku tidak ngoyo dan menjalani kehidupannya seperti air mengalir.

Ia kembali teringat masa-masa mengikuti Wajah Femina, hampir 12 tahun lalu.
'Wajah Femina sungguh membuka banyak kesempatan. Begitu keluar menjadi pemenang, jalan untuk saya menjadi presenter terbuka lebar!" ujarnya.

Masih ada mimpi yang ingin dikejar oleh Isyana. Ia ingin mengambil kuliah pascasarjana di bidang komunikasi atau politik di universitas di negara maju. Dengan bekal pendidikan itu nanti ia ingin memberikan lebih banyak manfaat bagi kemajuan bangsa dan masyarakat di tanah air. (f)



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?