Trending Topic
Ini Sebuah Keajaiban

2 Oct 2013


Selalu ada berita menarik tentang Halle Berry. Setelah akhir tahun lalu terjadi perkelahian antara Gabriel Aubry (mantan kekasih dan ayah anak pertamanya, Nahla) dan Olivier Martinez (tunangannya saat ini), kini si Gadis Bond ini hamil anak kedua di usia 46 tahun! Halle sangat happy. “Ini sebuah keajaiban. Saya merasa menjadi ibu yang lebih baik dibanding ketika mengandung Nahla, 5 tahun lalu. Rasanya saya lebih bertanggung jawab, bila dibanding hamil di usia 25,” katanya, senang. Memang, makin bertambah usia, tentu rasa tanggung jawab seseorang akan bertambah. Hal yang penting dimiliki seorang calon ibu. Tapi, di sisi lain, mengandung di usia matang juga memiliki banyak risiko sehingga menimbulkan rasa waswas yang menghantui nyaris sepanjang usia kehamilan. Lalu, sebaiknya bagaimana?

Secara biologis, ilmu pengetahuan menyatakan bahwa kehamilan terbaik itu pada usia 20-an. Tetapi, faktanya, tak semua wanita bisa atau mau hamil di rentang usia periode emas tersebut. Entah karena memang pilihan menunda kehamilan, baru menikah di usia 30-an, atau memang baru ‘dikasih’ anugerah itu di usia 30 tahun lebih.
   
Menurut dr. Ivan R. Sini, SpOG dari Kilinik Morula IVF, RSIA Bunda, Jakarta,   dari pengalaman menangani pasien, memang kian banyak wanita hamil dalam usia yang matang. “Mungkin juga karena tempat kami menyediakan klinik infertilitas sehingga kehamilan di usia matang cukup banyak di sini,” katanya. Tapi, satu hal yang pasti, para ibu itu hatinya terbelah, antara senang tetapi juga khawatir. “Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa hamil di usia matang itu potensi masalahnya lebih besar,” tutur dr. Ivan. Apalagi bila kita merujuk pada orang-orang perkotaan dengan tingkat pendidikan yang cukup tinggi. Mereka punya akses informasi. Istilahnya, makin banyak tahu, jadi makin khawatir.
    
Memang Ada Risikonya

Rasa cemas dan khawatir itu memang wajar, karena memang kehamilan di usia matang secara medis memiliki berbagai konsekuensi. Pertama, dr. Ivan mengingatkan mengenai biological time clock yang akan berkurang. Berbeda dengan pria, wanita memiliki deadline  dalam hal jumlah dan kualitas sel telur.
Berdasarkan  studi WHO yang mengecek angka cadangan sel telur berdasarkan tes darah,  jumlah cadangan sel telur wanita akan menurun pada rentang usia 30-35 tahun. “Dan penurunan itu akan terjadi secara eksponensial setelah melewati usia 35 tahun,” jelas dr. Ivan.

Soal usia juga memengaruhi fertility function. Pada wanita  berusia 20-25 tahun, fertility function-nya masih bagus. Misalnya, dalam setahun dia masih ovulasi (pelepasan sel telur matang yang siap dibuahi) selama 10-11 kali. Kemudian, ketika menginjak usia 25-30 tahun, sudah mulai menurun, yaitu sekitar 7-8 kali ovulasi dalam setahun. Angka itu makin turun ketika memasuki usia 30-35 tahun dan begitu seterusnya. “Kapasitas wanita untuk memiliki keturunan dari telur yang baik akan berkurang,” kata dr. Ivan.

Konsekuensi lain adalah peningkatan jumlah kualitas sel telur yang tidak baik. “Kualitas sel telur ini berkaitan dengan kualitas embrio. Sel telur yang tidak baik tentu menghasilkan embrio yang tidak baik, yang nantinya akan meningkatkan risiko keguguran, risiko kelainan kromosom pada janin, dan kelainan-kelainan dalam proses kesehatan kehamilan,” jelas dr. Ivan.

“Tapi, bukan berarti wanita yang berusia 44 tahun tidak boleh hamil, lho. Banyak juga kan wanita hamil di usia tersebut, sehat-sehat saja, baik ibu maupun bayinya. Data-data di atas itu adalah data medis yang menjadi bahan pertimbangan,” tegas dr. Ivan. Menurut dr. Ivan, para wanita memang idealnya memiliki informasi cukup, dan memiliki kesadaran mengecek kemampuan reproduksinya. Hal ini akan sangat membantu bila ia memutuskan untuk menunda memiliki momongan.
   
Konsekuensi kedua adalah meningkatnya risiko kehamilan. Mungkin Anda sering dengar kata-kata ini: “Hati-hati, ya, jangan banyak aktivitas, biar tidak keguguran….”  Ya, nasihat itu ada benarnya, meski mungkin bukan masalah banyak aktivitasnya yang menjadi persoalan. Hamil di usia matang, menurut dr. Ivan, tentu akan meningkatkan risiko keguguran.

“Ada pasien yang bertanya, ‘Dokter, kenapa saya keguguran terus, sih? Kenapa janinnya tidak bisa menempel di rahim?’ Risiko ini memang harus diterima, karena hal ini tidak bisa dilepaskan dari kualitas janinnya,” kata dr. Ivan. Kualitas janin yang tidak baik berisiko tinggi gugur dengan sendirinya. Sedangkan janin berasal dari mana, kembali lagi ke kualitas sel telurnya.

Risiko lain adalah down syndrome dan kelainan-kelainan kromosom lain. “Untuk down syndrome, wanita di bawah usia 30 tahun, risikonya 1 dari 1.500. Namun, begitu menginjak usia 38 tahun, naik menjadi 1 di antara 300. Naik empat kali lipat peningkatan risikonya. Dan, pada usia 40, menjadi 1 di antara 50. Makin tinggi lagi,” kata dr. Ivan.

Tapi, dr. Ivan menegaskan, saat ini teknologi kedokteran sudah sedemikian maju. Salah satunya adalah pemeriksaan USG. “Kemajuan teknologi ultrasonografi resolusi tinggi sangat membantu pemeriksa, khususnya dokter spesialis obstetri   dan ginekologi untuk mendeteksi dini penyulit/komplikasi ibu maupun janin. Baik itu diagnostik maupun tata laksana beberapa kasus,” tutur dr. Novi Resistantie, SpOG, dari RSPAD Gatot Soebroto, yang mendalami USG 4 dimensi.
   
Adanya potensi pre-eklampsia/hipertensi dalam kehamilan bisa dideteksi dengan fasilitas doppler arus darah pada pembuluh darah ke arah rahim maupun pada rahim. Pada kasus hyperemesis gravidarum (mual dan muntah yang berlebih), maka USG bisa membantu menyingkirkan kelainan yang berasal dari gangguan liver, ginjal, maupun kandung empedu ibu.
   
Lebih lanjut dr. Ivan menambahkan, ultrasonografi 4 dimensi dilakukan pada kehamilan usia 3 bulan untuk melihat ketebalan tengkuk janin. Ketebalan tengkuk ini bisa menjadi deteksi down syndrome. Lalu, pada bulan ke-5, evaluasi USG 4 dimensi juga diperlukan untuk menganalisis satu per satu anatomi bayi.



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?