Celebrity
Happy Salma Mendunia

27 Jan 2014


Kecintaan Happy Salma (33) pada dunia seni juga “berbunga” laba yang menggoda. Kali ini, lewat bisnis perhiasan mewah Tulola jewelry yang dikelolanya bersama rekannya Sri Luce Rusna. Sri adalah desainer perhiasan berdarah Amerika, putri pengrajin perak terkenal asal Bali Desak Nyoman Suarti.

“Tahun depan kami akan meluncurkan produk fine jewelry yang menyasar pasar kalangan atas. Sebab, permintaan dari pasar kalangan ini sudah semakin banyak,” ungkap Happy, senang. Koleksi barunya ini tetap akan menggunakan bahan dasar deep gold plated plus tatahan berlian. Proses cutting berlian pun khusus dilakukan di Bangkok, yang juga menjadi langganan produsen perhiasan seperti Cartier. “Selanjutnya, semua pengerjaan dilakukan di Bali oleh para perajin Bali dan Jawa,” lanjut Happy, ingin agar bisnisnya ini punya akar yang kuat di negeri sendiri.

Awalnya, sebagai pecinta perhiasan, kolaborasinya dengan Sri di Tulola yang sudah berdiri sejak 2007 ini hanya bersifat lepasan, atau per proyek. Namun, ia mulai resmi secara aktif terlibat pada tahun 2011. Happy menyumbang konsep kreatif dan arah bisnis, sementara itu Sri fokus pada desain, dan quality control. Djuwita Malam merupakan koleksi kolaborasi mereka yang pertama. Ide nama ini muncul saat keduanya mendengar Djuwita Malam, lagu gubahan Ismail Marzuki yang dimainkan oleh grup keroncong Tugu di Tanjung Priok, Jakarta.

“Waktu itu kami sedang mencari grup keroncong untuk tampil di acara fashion show kami di Jakarta. Rupanya Sri yang baru pertama kali mendengar lagu ini langsung terpikat, dan menjadikan judul lagu ini sebagai nama koleksi perhiasan kami,” cerita Happy. Dan seperti lagu Djuwita Malam, desain dari koleksi perhiasan ini beranjak dari kecantikan, keindahan, dan kemisteriusan pertemuan antara laki-laki dan perempuan.

Meski berbau sangat komersil, ada satu signature yang tidak ditinggalkan oleh Happy dalam bisnis perhiasannya, yaitu akar tradisi dan budaya sendiri. Seperti yang terlihat dari koleksi Pitaloka, yang terinspirasi dari desain perhiasan yang dikenakan oleh Dyah Pitaloka, putri dari kerajaan Sunda yang disunting Raja Majapahit Hayam Wuruk. Tidak heran jika koleksi ekslusif dari produknya ini dijual dengan kisaran harga cukup tinggi, yaitu Rp6 juta – Rp19 juta.

“Proses pembuatannya cukup lama. Untuk mencari desain kerangka yang pas untuk subeng waktunya bisa enam bulan sendiri,” ujar Happy, tentang perhiasan telinga wanita di era kerajaan lampau ini. Tantangan lain, adalah membuat perhiasan warisan tradisi ini agar tetap “masuk” jika dipakai dengan jeans, sebagai lambang kekinian. Perbedaan latar belakang budaya Happy dan Sri justru menguntungkan mereka.

“Saya murni lahir dan besar di Indonesia, yaitu tanah Sunda. Sementara Sri memiliki darah campuran Amerika dan Bali yang membawa dinamisme modern. Perpaduan budaya ini yang memperkaya produk kami,” jelas Happy, yang tahun depan berencana membuka gerai di Jakarta.

Kini, Produk Tulola banyak disukai pasar mancanegara, seperti Malaysia dan Singapura. Bahkan, beberapa bintang dunia seperti Courtney Love, Kelly Rowland, dan Mischa Burton juga memakai perhiasan Tulola! Tak hanya itu, di tahun 2014 nanti, Tulola juga akan melepas perhiasannya di Jepang, berkolaborasi dengan perusahaan home shopping Jepang. “Asal mau berusaha, hidup akan memberikan segalanya," ungkap Happy mengutip ucapan sastrawan Pramoedya Ananta Toer, yang terpajang di halaman situsnya happy-salma.net.

Naomi Jayalaksana




 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?