Health & Diet
Fakta Seputar Antibiotik (Bagian I)

24 Oct 2011

Ngaku, deh, berapa banyak dari kita yang tiap kali sakit, langsung minum obat  antibiotik? Badan panas dingin karena flu, belum yakin sembuh bila belum minum antobiotik. Padahal, banyak penelitian terhadap penyakit influenza menunjukkan, tidak ada bedanya antara pasien yang mengonsumsi antibiotik dan yang tidak. Sama-sama akan sembuh.

Justru, mereka yang menggunakan antibiotik secara tidak rasional malah berpotensi mengidap penyakit baru, dan dalam jangka panjang, kuman di tubuhnya akan resisten terhadap antibiotik. Kondisi inilah yang membuat kuman resisten (superbug) makin mengancam.

Jadi, sebelum memutuskan menebus antibiotik, Anda perlu mengetahui beberapa fakta tentang antiobiotik dengan panduan dari dr. Zunilda Djanun, Spfk dari Departemen Farmakologi & Therapeutic FKUI.

1. Antibiotik adalah senyawa yang dibuat dari biota hidup, di antaranya adalah jamur dan bakteri. Dalam kelompok obat, antibiotik masuk dalam antimikroba. Antibiotik ditujukan untuk membunuh penyakit yang disebabkan oleh infeksi kuman (bukan virus, dan bukan parasit). Jadi, antibiotik tidak untuk melawan infeksi virus, pada influenza misalnya.

2. Banyak bakteri tidak berbahaya, bahkan menguntungkan bagi tubuh. Bakteri itu hidup normal di dalam dan di luar tubuh manusia, kecuali di dalam darah dan cairan tulang belakang. Bakteri akan mengganggu tubuh ketika jumlahnya melebihi normal yang dikarenakan kekebalan tubuh kita sedang turun. Sementara, virus adalah mikroorganisme yang ukurannya jauh lebih kecil dari bakteri. Sebagai makhluk hidup, perangkat tubuh virus juga tidak lengkap sehingga ia tidak bisa hidup secara mandiri. Virus baru bisa berkembang biak ketika ia berhasil masuk dan menggunakan sel tubuh makhluk lain sebagai tuan rumah, termasuk sel tubuh manusia. Oleh karena itu, di luar tubuh tuan rumah, virus akan segera mati. Itulah sebabnya mengapa virus dianggap bukan makhluk hidup seutuhnya sehingga virus tidak dapat dibunuh oleh antibiotik. Virus hanya bisa dibasmi oleh sistem imun atau daya tahan tubuh kita.

3. Selain flu, beberapa penyakit yang disebabkan oleh virus dan tidak membutuhkan antibiotik adalah demam, seriawan, batuk biasa, bronkitis, radang tenggorokan, dan beberapa kasus infeksi telinga.

4. Terlalu sering mengonsumsi antibiotik sembarangan akan membuat kuman yang tadinya peka terhadap antibiotik menjadi tidak peka lagi. Penyebabnya, di antara kuman itu ada yang mengeluarkan enzim yang merusak antibiotik. Penyebab lainnya, kuman tersebut membentuk protein yang juga dapat menghancurkan antibiotik. Inilah yang disebut kondisi kuman kebal terhadap antibiotik. Proses terjadinya kekebalan kuman terhadap antibiotik sama seperti teori evolusi: makhluk hidup akan berusaha beradaptasi dengan lingkungannya dan berubah menjadi lebih kuat. Demikian pula dengan kuman. Sering kali kita salah paham bahwa tubuh kita yang sudah kebal, padahal yang benar adalah kuman yang ada dalam tubuh kitalah yang kebal terhadap antibiotik.

5. Kekebalan kuman terhadap antibiotik disebut-sebut sebagai salah satu masalah kesehatan yang paling mendesak di dunia. Hampir semua jenis kuman saat ini menjadi lebih kuat dan tidak responsif lagi pada antibiotik, ketika antibiotik sedang diperlukan oleh tubuh. Celakanya, kekebalan terhadap antibiotik ini dapat dengan mudah menyebar pada anggota keluarga, rekan kerja, teman, dan lingkungan terdekat. Karena, lingkungan tersebut potensial terinfeksi kuman yang sudah resisten. Dengan kata lain, resistensi ini mengancam komunitas dengan penyakit infeksi yang lebih sulit disembuhkan.

6. Antibiotik adalah obat pendamping bagi daya tahan tubuh kita. Antibiotik hanya membuat sebagian kuman lumpuh. Selanjutnya daya tahan tubuhlah yang menghabisi kuman. Maka, penggunaan antibiotik untuk infeksi kuman yang tidak terlalu berat antara 3-5 hari.

7. Antibiotik hanya boleh diberikan pada infeksi kuman atau amuba. Penyakit yang membutuhkan antibiotik, antara lain, radang paru-paru, pneumonia, tifus, TBC, infeksi saluran kemih berat, juga infeksi kulit berat. Sebagian dari penyakit ini harus dibuktikan dulu melalui tes laboratorium.

Prillia Herawati

Baca juga:
Fakta Seputar Antibiotik (Bagian II)




 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?