Health & Diet
Evolusi Perawatan Kanker

15 May 2015


Harapan baru datang dari dunia kesehatan. Selama ini, sebagian besar perawatan kesehatan didesain untuk pasien secara umum melalui pendekatan one-size-fits-all, sehingga sebuah perawatan bisa saja berhasil untuk satu pasien, namun gagal saat ditetapkan pada pasien lainnya. Paradigma ini berubah dengan kehadiran pendekatan inovatif dalam pencegahan dan perawatan penyakit berupa precision medicine. Pendekatan precision medicine yang berusaha mengidentifikasi protein target dalam sel yang menyebabkan jalur sel berhenti berfungsi, dan mengarah pada berkembangnya sel kanker dan berusaha menghambatnya.

“Pendekatan ini berupaya memberikan terapi yang meninggalkan racun lebih sedikit di tubuh pasien ketimbang kemoterapi. Meski demikian, kemoterapi tidak lantas sepenuhnya ditinggalkan, melainkan bisa dikombinasikan dengan terapi yang lain,” papar Margaret Dugan, Senior VP, Global Program Head, Novartis Oncology di seminar kesehatan Mapping The Path Forward di Singapura, (14/5) lalu. Dalam pengobatan pasien kanker, kemoterapi yang ikut menyerang sel-sel normal, selain sel kanker menjadi salah satu efek samping yang sering dicemaskan.

Dugan yang telah menekuni riset klinis kanker selama 18 tahun mendapati kanker paru-paru sebagai salah satu masalah utama di Asia. “Dua pertiga dari kasus non-small cell lung cancer melibatkan mutasi gen spesifik dalam perkembangan sel kankernya. Melalui riset klinis, kami berhasil menemukan obat penghambat mutasi gen tersebut,” tambah Dugan. Non-small cell lung cancer merupakan beberapa jenis kanker paru yang biasa ditemui pada penderita non-perokok.

Di Amerika Serikat, Precision Medicine Initiative baru saja diluncurkan oleh Presiden Barack Obama pada awal tahun ini dengan anggaran 215 juta dolar Amerika untuk tahun anggaran 2016. Inisiatif ini diharapkan dapat mempercepat penemuan-penemuan biomedis dan mendukung tenaga medis dengan ‘peralatan tempur’, berupa teknologi, pengetahuan, dan terapi baru untuk menentukan perawatan yang paling efektif untuk setiap pasien.

Pendekatan yang juga dikenal sebagai personalized medicine ini membutuhkan pencocokan data pasien (mulai dari gen, catatan medis, dan data terkait lainnya) untuk mendapatkan terapi yang paling efektif untuk setiap pasien. Tentu saja inisiatif ini tidak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh kolaborasi banyak pihak yang memungkinkan pertukaran data medis dari setiap studi klinis dan kemitraan pemerintah, universitas, dan pihak swasta.  “Agar lebih tepat sasaran, tim medis membutuhkan data yang tepat selama perawatan pasien,” ujar Thomas Weigold, Oncology General Manager, APSA, Novartis Oncology. 

RAHMA WULANDARI
FOTO: DOK. FOTOSEARCH





 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?