Health & Diet
Big Breakfast Diet

15 Jun 2011

Benarkah sarapan banyak bikin tubuh langsing? Mari telisik efektivitas big breakfast diet ini dengan panduan ahli gizi dari FKUI, dr. Fiastuti Witjaksono Ms,SpGK.

Makan pagi laksana raja, makan siang seperti pangeran, makan malam seperti orang miskin. Semboyan Adelle Davis, penulis asal Amerika Serikat sekaligus pionir penulisan masalah nutrisi, ini amat sesuai dengan ‘paham’ big breakfast diet. Cara diet ini pertama kali diperkenalkan Daniela Jakubowicz, MD, ahli penyakit endokrin dan metabolisme, dalam program terapi nutrisi bagi pasiennya di The Hospital de Clinicas di Caracas, Venezuela.

The Big Breakfast Diet seperti yang Daniela tuangkan dalam buku berjudul sama adalah cara menurunkan berat badan dengan menitikberatkan waktu makan, dan bukan apa yang dimakan. Maksudnya, dalam sehari, asupan kalori kita paling banyak didapatkan pada sarapan. Hingga 600-850 kkal tidak masalah. Asal, sarapan itu dilakukan sebelum pukul 9 pagi.

Penelitian lain menemukan, diet rendah karbohidrat (misalnya, tidak makan nasi) bukan cara terbaik untuk menurunkan berat badan. Diet ini justru cenderung membuat kita merasa kelaparan, dan ketika program diet selesai mudah kembali tergiur ke pola makan sebelumnya. Tak heran bila berat badan bisa segera melonjak kembali.

Big breakfast membantu kita agar selalu merasa kenyang sepanjang hari. Cara ini diklaim lebih sehat, karena diet ini juga menyertakan lebih banyak serat dan buah. Selain bisa mempertahankan rasa kenyang dalam waktu panjang, makan pagi sebelum pukul 09.00 dipercaya bisa membantu meningkatkan metabolisme tubuh.

Dokter Fiastuti berpendapat, “Secara ilmiah, sarapan berperan penting sebagai pengganti energi yang habis digunakan selama tidur malam. Bernapas waktu tidur pun perlu energi. Apalagi, Anda terakhir makan pukul 19.00, sehingga, bila dihitung sampai sarapan pukul 07.00, sudah 12 jam perut Anda kosong,” jelasnya.

Ketika kita mengonsumsi karbohidrat, cadangan energi yang didapat tubuh bisa bertahan hingga 8 atau 10 jam. Sementara, protein bisa menghasilkan energi yang bisa bertahan lebih lama lagi. Lemak bahkan bisa bertahan hingga beberapa hari.

Daniela mengungkap, ketika sarapan, asupan kalorinya sebaiknya  50% total kalori harian. Namun, dr. Fiastuti melihat, hal ini bukan hal yang mudah, khususnya bagi Anda, wanita aktif yang banyak bekerja di luar rumah. (f)


 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?