Sex & Relationship
Berpelukan Sampai Terlelap

7 Oct 2014


Sesungguhnya, yang menjadi puncak dalam kontak seksual bukanlah kenikmatan (pleasure), melainkan kepuasan (satisfaction). Kenikmatan seksual lebih bersifat fisik, yang menyangkut hal-hal seperti posisi hubungan seksual dan orgasme.

Dalam melakukan kontak seksual yang mengejar kenikmatan, biasanya pria dipandang sebagai pihak yang tergesa-gesa ingin bercinta, sementara wanita ingin terlebih dulu dimanja berlama-lama. “Sekarang mulai banyak wanita yang memilih berhubungan seks tanpa menikmati foreplay dengan santai, maunya cepat-cepat selesai. Padahal, pria juga diam-diam ingin bermanja-manja,” ungkap psikolog seksual Zoya Amirin, sedikit menyayangkan.

Akan lain ceritanya jika Anda dan pasangan berada di titik kepuasan, yang sifatnya psikologis. Aktivitas seksual yang berapi-api atau frekuensi orgasme tak lagi jadi soal, karena yang menjadi tujuan utama untuk bercinta adalah agar Anda dan pasangan bisa sama-sama merasa happy. Apalagi, ketika kemampuan tubuh untuk berhubungan seks cenderung menurun seiring pertambahan usia, tiap pasangan akan kembali pada rasa cinta di antara mereka.

Zoya berpendapat, keterikatan emosional erat hubungannya dengan berbagi rahasia. Kuncinya adalah menjadi ‘telanjang’ secara psikologis di hadapan pasangan, dan saling memahami rahasia, yang tergelap dan terdalam sekalipun. Atau, melakukan ritual baru yang seksi hanya untuk dinikmati berdua. Keterikatan emosional yang timbul pun akan  makin kuat dan eksklusif, sehingga Anda dan pasangan dapat lebih saling mengerti.
Memang, menunjukkan kerapuhan diri sendiri di hadapan orang lain pun bukan sesuatu yang mudah. Setiap orang memiliki ketakutan untuk menjadi rapuh di hadapan orang lain, dan ini berkaitan dengan kerelaan untuk berbagi. Apalagi, menurut Zoya, manusia melakukan sesuatu hal karena salah satu dari dua alasan utama: karena takut, atau karena cinta.

Saat seseorang jatuh cinta, ia akan dipenuhi berbagai ketakutan. Tetapi, hidup diliputi rasa takut tentu tak enak rasanya. Karena itu, bila ingin mengalami cinta, seseorang tak boleh tinggal diam dalam penyangkalan.

Maka, jujurlah pada diri sendiri dan komunikasikan ketakutan Anda kepada pasangan secara asertif. Dengan berbagi dan menerima pasangan seputar kerapuhan masing-masing, Anda belajar menerima kekurangannya sebagai bagian dari rasa cinta Anda. “Bila Anda hanya mencari kesempurnaan, hubungan yang dijalani dengan pasangan akan terasa seperti persaingan yang terus-menerus, dan itu akan sangat melelahkan,” tutur Zoya.

Zoya menilai, bertatapan dan berpelukan sebelum terlelap dapat membangun keintiman dan mempererat ikatan emosi. Banyak penelitian menunjukkan, bertatapan mata dan berpelukan dapat menghasilkan hormon endorfin yang mampu menciptakan bond atau ikatan emosi antara dua orang. Keterikatan ini akan terasa  makin signifikan apabila kedua gesture ini terjadi secara timbal balik dan dilakukan dengan tulus.
Apabila bentuk kemesraan yang paling mendasar ini tidak pernah dilakukan, yang akan muncul justru hal-hal lain yang seolah mirip dengan kedekatan emosional, tetapi sebenarnya bukan. “Kontak fisik tidak selalu sepaket dengan hati, apalagi ketika seseorang tengah berusaha melepaskan hasrat seksualnya,” tegas Zoya. Ia menilai, keterikatan emosional kini  makin mahal harganya, terutama di kota besar yang masyarakatnya cenderung individualis.

Diakui Zoya, proses penyesuaian dalam membangun keterikatan emosi dengan teman seranjang bisa memakan waktu yang tak sebentar. Mulailah dengan belajar menerima kebiasaan-kebiasaan pasangan, termasuk yang dilakukannya menjelang tidur. Jangan menertawai atau mencelanya, apalagi menganggapnya aneh, karena hal ini ibarat ritual pasangan Anda, yang sifatnya amat pribadi dan sudah menjadi bagian  dirinya.

“Kecenderungan untuk mencela kebiasaan orang lain inilah yang sering kali membuat pasangan enggan terlihat rapuh, bahkan di hadapan Anda,” ungkap Zoya. Sebaliknya, bila  Anda justru bisa mengungkapkan bagaimana kebiasaan-kebiasaannya tampak menarik di mata Anda, pasangan pun dapat mulai merasa nyaman di depan Anda dan rela berbagi zona intimnya.

PUJI MAHARANI






 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?