Trending Topic
Ayah Rumah Tangga: Pilihan atau Keadaan?

13 Mar 2013


Sebutan ayah rumah tangga atau bapak rumah tangga memang belum lazim di Indonesia, juga di negara-negara Asia, yang masih kental kultur patriarkatnya. Tak heran, bila ada pria yang mau melakoni peran ini, pasti dianggap nyeleneh, karena  keluar dari tatanan tradisi yang umum.

Selama ini, tinggal di rumah dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga, seperti mengurus anak, memasak, mencuci pakaian, dan berbelanja identik sebagai tugas seorang ibu. Sedangkan ayah, bertanggung jawab untuk mencari nafkah ke luar rumah.
Tradisi yang kuat melekat dalam masyarakat kita ini kian dipertegas dalam ketentuan di buku nikah yang dikeluarkan oleh Departemen Agama RI. Tertulis jelas di sana, salah satu kewajiban istri adalah mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya.

Memang, tertulis juga bahwa salah satu kewajiban suami adalah membantu tugas istri dalam mengatur urusan rumah tangga. Namun, pada praktiknya urusan rumah tangga lebih banyak diemban oleh istri.

Secara umum, sejauh ini pembagian tugas rumah tangga secara fair antara suami-istri memang belum menjadi isu utama di keluarga-keluarga masyarakat kita. Tak mengherankan, ketika harus dihadapkan dengan problem klasik, seperti tidak ada support system dalam keluarga yang suami-istri bekerja, tidak ada keluarga yang bisa dititipi anak, dan tidak ada ART yang bisa diandalkan, maka istri yang lebih banyak mengundurkan diri. Meski, katakanlah, karier si istri sebetulnya lebih cemerlang.

Survei   dilakukan femina dan McKinsey pada April 2012 terhadap 500 wanita dari seluruh Indonesia usia 30-50 tahun dengan posisi junior manager sampai CEO. Hasilnya,  makin tinggi posisi struktural, persentase wanita karier makin mengecil. Dari 49 persen masuk dalam entry level, ketika masuk ke middle management yang bertahan hanya 20 persen, dan  makin ke atas, pada level CEO hanya ada 5 persen saja. Mengapa mereka berguguran? Hasil riset mengungkap bahwa 72 wanita memilih meninggalkan karier dengan alasan keluarga.

Yang meminta para wanita ini keluar tidak hanya suami, tetapi juga keluarga besar dari kedua belah pihak. Dan, yang tak kalah powerful adalah ‘tuntutan’ dari masyarakat secara umum. Contoh sederhana, bila suami-istri bertahan tetap berkarier di luar rumah, dan ternyata terjadi sesuatu pada anak-anak, maka pertanyaan yang terlontar adalah:

“Ke mana, sih, ibunya?” Lalu, perasaan bersalah pun muncul karena merasa tidak menjadi ibu yang baik. Selanjutnya, dengan penuh kesadaran, para wanita ini akan mengundurkan diri dari dunia kerja dan mengambil peran domestik dengan sepenuh hati.
Ratih Ibrahim, psikolog yang banyak menangani persoalan rumah tangga, melihat, belakangan ada sebuah fenomena baru di masyarakat urban.

Yaitu, keberanian pasangan-pasangan muda kelas menengah perkotaan yang berani mendobrak tradisi ini. Bapak rumah tangga pun menjadi ‘profesi’ yang tak kalah membanggakan.

Menurut Ratih Ibrahim, psikolog, konsep parenting modern yang diadaptasi dari Barat yang mulai dijalankan pasangan-pasangan kelas menangah urban ikut serta membentuk fenomena ini. Ketika mereka harus menghadapi kenyataan sulit mendapatkan bantuan dari keluarga besar untuk menjaga anak-anak dan kesulitan mendapatkan pangasuh anak yang bisa dipercaya. “Bisa dibilang, kesetaraan gender pada pasangan muda ini  mulai diwujudkan melalui kerelaan pria dalam berbagi peran domestik,” tutur Ratih.

Menariknya, hal itu merupakan pilihan mereka, bukan karena keadaan yang tak bisa dihindari sehingga merasa terpaksa. Para ibu  bisa bebas berkarier di luar rumah, tanpa harus dibebani rasa bersalah dan sederet urusan domestik, karena suami siap untuk mengambil alih peran itu.

 “Pasangan muda sekarang tidak gampang menyerah bila menghadapi masalah. Sulit mencari asisten rumah tangga ataupun babysitter yang dipercaya? Mereka cari solusi. Antara lain, melakukan semacam restrukturisasi, agar segalanya lebih efisien,” kata Ratih. Mereka pun berbagi peran dengan fair. Bila si istri lebih cocok bekerja penuh waktu dan memiliki prospek karier cemerlang, mengapa tidak maju terus? (f)






 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?