Trending Topic
Antara Kontroversi dan Pesan Halus

23 Jan 2015


Di tangan selebritas masa kini, feminisme cenderung terlihat seperti sebuah produk atau komoditas yang bisa dipasarkan, atau setidaknya  dimanfaatkan untuk membentuk image tertentu. Sebuah majalah lifestyle wanita di Inggris awal tahun ini meluncurkan kampanye rebranding feminism yang berusaha untuk mengangkat isu sensitif ini ke ranah mainstream dalam sorotan yang positif. Akhir tahun ini mereka menggaet Emma membuat kaus berslogan catchy dan memakaikannya kepada selebritas-selebritas pria. Penjualan kaus ini disumbangkan untuk sebuah yayasan yang memperjuangkan hak-hak wanita sejak 2 abad lalu.
Dr. Kristi Poerwandari, Ketua Program Studi Kajian Gender Universitas Indonesia belum melihat adanya dampak positif ataupun negatif dari fenomena ini bagi gerakan feminisme. “Kalau tokoh atau selebritas yang meminjam label feminis itu memang memiliki image yang baik, mungkin nama feminis bisa sedikit terangkat. Tapi sejauh mana, belum bisa dipastikan. Lagi-lagi bukan masalah labelnya, tapi apakah yang mereka lakukan bisa membuat perubahan? Apa substansinya?” kata Kristi, sangsi.
Sebaliknya, apakah feminisme bisa menjual image para selebritas ini dengan lebih baik, juga masih perlu dicari tahu lebih lanjut. Mengaku sebagai feminis di kala banyak orang yang menghujatnya, sedikit banyak membuat selebritas dan figur publik terlihat keren, antimainstream, politically correct, berjiwa sosial, modern, liberal, dan sebagainya. Perkara apakah mereka betul-betul menerapkannya dalam kehidupan pribadi, percintaan, atau pekerjaannya, itu soal belakangan.
    Walaupun sekarang feminisme jadi lebih terkesan seperti pencitraan, sudah banyak selebritas Hollywood yang memperjuangkan hak-hak perempuan sejak dulu. Tanpa perlu embel-embel feminis atau berjualan kaus, mereka menuntut keadilan bagi wanita di tempat kerjanya. Misalnya, Gillian Anderson yang menuntut bayaran yang sama dengan lawan mainnya di The X Files, David Duchovny, tahun 1993.
    Ada juga selebritas yang ingin menantang standar dan ekspektasi sosial terhadap wanita, seperti tuntutan untuk tampil cantik, mulus, dan berkilau  tiap saat. Tahun 2010, Mo’Nique, pemenang Oscar untuk Best Supporting Actress di film Precious, mengangkat gaun panjangnya, memperlihatkan bulu kakinya yang tidak dicukur. Sebelumnya, Julia Roberts, Alice Silverstone, Gillian Anderson, dan Britney Spears juga pernah melakukan hal yang sama.
Tapi, toh, upaya menghargai wanita dan menyejajarkan posisinya dengan pria, tidak selalu harus dilakukan dengan aksi-aksi radikal. Pesan ini bisa jadi lebih efektif apabila disampaikan dengan cara yang lebih halus seperti yang dilakukan oleh Cate Blanchett di acara Screen Actors Guild Awards, awal tahun ini. Saat berjalan di karpet merah, ia menghampiri the glam cam yang menyorot dirinya dari ujung kaki hingga ujung kepala. Sambil menunduk ke arah kamera yang sedang menyorot gaunnya setengah badan, ia bertanya, “Apakah Anda juga melakukan hal ini kepada para pria di sini?”(PRIMARITA S.SMITA)



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?