Food Review
8 Filosofi Kuliner Andre

11 Apr 2012

Tidak berlebihan mengklaim diri sebagai insan beruntung jika telah bersantap di Restaurant Andre. Pamor Andre Chiang, sang chef, jauh melampaui umurnya yang masih muda. Mengusung masakan gaya French Nouvelle, yakni mengandalkan bahan segar dan penyajian kontemporer. 

Di awal kariernya memang memberanikan diri terbang ke Prancis demi memperoleh pengalaman di restoran  L’Atelier de Joel Robuchon, Le Jardin des Sens, L’Astrance, La Maison Troisgros, dan Pierre Gagnaire. Melekatnya disiplin di semua dapur berbintang Michelin tersebut melahirkan gaya masak di atas rata-rata. 

Dikarenakan naik turunnya kualitas bahan di pasaran membuatnya harus belanja sendiri bahan utama setiap harinya. Karena itulah, hidangan selalu berganti setiap hari, dan tamu sepenuh hati menanti kejutan yang mendarat di meja santap. “Jadi, jika Anda menelepon dan meminta hidangan yang membuat teman Anda jatuh cinta, itu takkan terjadi. Saya memasak berdasarkan spontanitas, mengikuti pasokan bahan,” tegasnya. 

Saat sesi santap tiba, ia meneriakkan perintah masak berbeda pada tiap kru. Semua yang siap olah akan dipersembahkan ke meja dapur Andre. Ia lalu menyusunnya hingga menjadi sebuah hidangan. Ini berlaku untuk seluruh 5-8 course dalam 1 set menu. Seperti ada aliran listrik yang menggerakkan tangannya secara sistematis. “I love the adrenaline,” sambung Andre. Ignatius Chan, restaurateur terpandang setempat, menyebutnya sebagai ‘cap tangan’ Andre. 

Set menu dinamai octa-philosphy. Tamu hanya mendapat menu card, bertuliskan tema yang menjadi dasar pemikiran tiap course, komposisi bahannya dirahasiakan. Misalnya, ‘Pure’ untuk racikan tanpa bumbu-tanpa pengolahan, ‘Texture’ untuk racikan yang bermain tekstur,  ‘Artisan’  untuk racikan berteknik dan visual tinggi seni.  Hidangan yang sama hanya muncul di ‘Memory’, karena merupakan racikan masa lalu yang cukup emosional di benak Andre. Melihat styling makanan seindah lukisan, dugaan bahwa ia seorang seniman ternyata tepat. Andre ternyata juga pelukis, dan pembuat semua piring dan gelas di sini dalam bentuk nyeleneh.

Tiada turnover dalam tiap sesi makan, karena Andre membataskan konsentrasinya untuk 30 tamu dalam tiap sesi, dengan waktu makan yang terbentang hingga 2-3 jam. Antrean reservasi dari mancanegara untuk restoran mungil ini bisa mencapai mingguan hingga bulanan. Kapankah tiba waktu Anda untuk menikmati pengalaman yang hanya ditemui di Singapura ini? (TN)
 
Lokasi: 41 Bukit Pasoh Rd, Singapura 089855. Telp: (+65) 65348880. Jam buka: Selasa-Jumat: 11.00-14.00 (lunch)/ Selasa-Minggu: 19.00-23.00 (dinner).  Harga: Lunch (5 course) SG$128++, dinner (8 course) SG$288++. Lunch. Suasana: Khidmat, hanya dengan beberapa tamu. Bagai makan di sebuah galeri seni.

*) Harga dapat berubah sewaktu-waktu, cek sebelum bersantap



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?