Trending Topic
Tenun Garut Masih Kalah Tenar dari Batik Garutan

10 Oct 2017


Foto: Tenni

Garut selama ini terkenal dengan batiknya yang berwarna cerah. Sayangnya, tidak seperti batik Garutan, tenun Garut masih belum banyak dikenal. Cita Tenun Indonesia (CTI) berusaha melestarikan tenun Garut yang hampir punah dengan mendirikan Workshop Tenun Garut di Kampung Panawuan Kelurahan Sukajaya Kecamatan Tarogong, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Femina berkesempatan mengunjungi workshop yang sudah dimulai sejak tujuh tahun lalu itu.
 
Intan Fauzi Fitriyadi, Sekjen CTI mengatakan, tidak mudah memulai program ini. Intan dan CTI mulanya melakukan survei ke desa-desa perajin tenun. “Saat didatangi tahun 2010, mereka sudah tidak menenun lagi. Alasannya beragam. Ada yang merasa lebih nyaman melakukan pekerjaan lain karena mendapat gaji bulanan, ada juga yang karena alat-alatnya sudah rusak. Kami awalnya juga cukup kesulitan meyakinkan mereka untuk menenun lagi. Tetapi berkat pendekatan terus menerus, akhirnya mereka mau,” Intan menjelaskan.
 
Cara CTI membujuk warga adalah dengan memberikan ongkos pergi-pulang dari rumah mereka ke tempat workshop. Warga juga diberi makan. Awalnya warga hanya belajar menenun untuk mengisi waktu luang. Lama kelamaan mereka mau menjadikan tenun sebagai pekerjaan tetap ketika mereka sudah mulai mendapat uang hasil penjualan kain.
 
Warga terbagi ke dalam grup-grup. Awalnya mereka hanya terdiri dari enam orang dalam satu grup saja. Sekarang sudah ada 12 grup dengan total perajin lebih dari seratus orang. Setiap grup terdiri dari pria dan wanita, yang berbagi tugas untuk membuat benang hingga menenun dengan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin). Apalagi sejak bergabunganya Perusahaan Gas Negara (PGN) yang memberikan dana untuk pembangunan tempat workshop dan pembelian alat-alat, workshop ini semakin berkembang.
 
Setelah warga mulai terampil, CTI menghadirkan desainer papan atas Indonesia untuk memberikan inspirasi seputar motif sekaligus bekerja sama membeli kain-kain perajin tersebut. Desainer yang pernah hadir di Garut adalah Sebastian Gunawan (Seba). Tak hanya Garut, CTI juga bekerja sama dengan desainer di kota-kota lainnya seperti Priyo Oktaviano (Bali), Didi Budihardjo (Sambas), Denny Wirawan (Sulawesi Tenggara dan Sumba) dan Ari Seputra (Lombok). 
 
“CTI memang sengaja memilih beberapa desainer sebab kami ingin kerja sama ini memberi dampak. Desainer yang kami pilih tidak hanya memiliki ketertarikan pada kain tetapi mereka memang mengerti kain dan tahu bagaimana memanfaatkan kain menjadi busana yang cantik, tidak asal padu padan. Pasar mereka juga sudah jelas, hingga pasar internasional,” ungkap Intan.
 
Saat Femina berkunjung ke workshop bernama Sutra Alam Family itu, desainer yang hadir adalah Biyan. Selain Biyan, hadir pula Dityo dari perusahaan interior PT. Figuramas Selaras Cipta yang memberi inspirasi tenun untuk keperluan interior, dan peneliti dari Institut Pertanian Bogor Dr. Ahmad Yani yang berbagi cerita tentang budi daya ulat sutera.
 
Kunjungan Femina pada 4 dan 5 Oktober lalu itu bertepatan dengan pelatihan yang sedang digelar CTI. Pelatihan ini menghadirkan para ahli di bidangnya untuk memberi inspirasi bagi warga perajin bahwa tenun tidak hanya berakhir menjadi sehelai kain, tetapi juga bisa bertransformasi menjadi busana high fashion dan produk interior yang bisa menaikkan harga jual tenun menjadi berkali-kali lipat.
 
Dari pelatihan itu terungkap bahwa masalah utama tenun Garut saat ini masih tentang ketersediaan bahan baku. Benang yang digunakan masih produk impor karena keterbatasan benang yang dihasilkan dari dalam negeri. Selain itu pemasaran juga masih menjadi pekerjaan rumah yang harus dipikirkan. Selain bekerja sama dengan desainer ternama, CTI juga mengajarkan warga untuk bisa melakukan promosi di media sosial masing-masing agar tenun Garut semakin viral. (f)

Baca juga:
Ingin Tampil Menawan? Coba 4 Inspirasi Mode Wastra Indonesia
Melihat Lebih Dekat Tangan-Tangan Renta Pengrajin Lurik Bersama Edward Hutabarat
Batik Satrio Membawa Batik Banyuwangi Ke Mancanegara
Belajar Menenun di Desa Watublapi, Flores


Topic

#tenun, #batik, #wastra

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?