Trending Topic
Status Gunung Agung Siaga: Jangan Ikut Menyebarkan Berita Hoax Tentang Gunung Agung Meletus

25 Sep 2017


Foto: Ilustrasi Gunung, Dok. Pixabay
 
Tidak mudah untuk menahan diri tidak bereaksi terhadap kabar tentang bencana. Dorongan kepedulian membuat seseorang ingin segera membagi kabar terbaru tentang sebuah bencana. Namun, justru di saat darurat seperti ini, Anda bisa menguji seberapa bijak cara Anda mencerna informasi yang beredar.

Benarkah berita terkait bencana yang Anda terima adalah berita resmi? Agar Anda tidak panik, ada baiknya untuk selalu mengecek ulang kabar yang Anda terima dan memantau perkembangan tentang potensi bencana dari badan-badan resmi terkait seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) atau Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), sebelum menyebarkannya.

Akhir pekan lalu, masyarakat, terutama di wilayah Jawa Timur kembali resah dengan beredarnya berita tentang status Gunung Agung di wilayah Karangasem, Bali. Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas (BNPB) menyatakan foto dan video seputar kondisi terkini Gunung Agung di media sosial dan Whatsapp grup adalah hoax.

Video gunung meletus yang beredar di YouTube dengan judul “Gunung Agung meletus dahsyat beberapa saat lalu” adalah hoax. Video itu adalah video letusan Gunung Sinabung pada tahun 2015.

Foto lain yang beredar adalah foto gunung meletus yang sebetulnya adalah foto Gunung Soputan di Sulawesi Utara yang meletus pada 7 Maret 2015.
  
Berikut adalah situasi terkini di Bali menurut pantauan tim BNPB seperti yang disampaikan dalam rilis pers BNPB dan BMKG yang diterima femina.

1/ Berita Gunung Agung sudah meletus adalah HOAX
Menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Gunung Agung merupakan gunung api paling eksplosif di Indonesia. Setidaknya Gunung Agung telah meletus 4 kali selama 200 tahun dan terakhir meletus pada tahun 1963.

Saat ini, Aktivitas vulkanik dan kegempaan Gunung Agung masih tinggi. Asap kawah putih sedang dengan tinggi 200 meter. Pergerakan magma di dapur magma mendesak batuan masih terus berlangsung. Namun, hingga saat ini Gunung Agung belum meletus. Masyarakat diimbau tetap tenang.

Pihak BMKG Juanda Surabaya juga membantah kabar di media sosial tentang prediksi letusan Gunung Agung, Bali yang menyebutkan debu vulkanis tebal diperkirakan mengarah ke Surabaya.

"BMKG Juanda tidak pernah mengeluarkan informasi tentang waktu dan besar letusan Gunung Agung di Bali serta gunung api lainnya. Hal tersebut bukan menjadi tugas dan kewenangan BMKG Juanda Surabaya," kata Agus Wahyu Raharjo, Kepala Stasiun Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda Surabaya dalam keterangan resminya, Senin (25/9).

2/ Jumlah Pengungsi bukan 15 juta orang
Di media sosial beredar berita bahwa jumlah pengungsi di Bali mencapai 15 juta orang. Angka ini tidak benar. Hingga Minggu (24/9), pukul 12.00 WITA, tim BPBD Provinsi Bali mencatat 34.931 jiwa yang mengungsi di 238 titik pengungsian yang tersebar di 7 kabupaten di Bali dan diperkirakan akan terus bertambah karena sebelum semua pengungsi terdaftar. 

3/ Kondisi di Pengungsian
Jumlah pengungsi sering berubah. Pada siang hari sebagian warga kembali ke rumah untuk memberikan makan ternaknya. Pada sore atau malam, pengungsi kembali ke tempat pengungsian lagi. Masih banyak ternak yang belum dievakuasi ke tempat pengungsian ternak atau dikumpulkan di satu tempat aman karena keterbatasan data, sarana dan prasarana untuk evakuasi ternak. Prioritas utama evakuasi adalah masyarakat.

4/ Bantuan untuk pengungsi
Bantuan logistik dari berbagai pihak untuk pengungsi Bali terus berdatangan Jika Anda atau organisasi Anda ingin membantu pengungsi Bali, apa saja kebutuhan para pengungsi? Sebagai gambaran, ini daftar bantuan yang sudah dikirim ke Bali. (Baca juga: Kiat Memilih Lembaga Donasi yang Terpercaya)
  • 5 unit sirine mobile iRADITIF Telehouse seberat 5 ton
  •  50 tenda pengungsi
  •  300 tenda keluarga
  •  3.400 lembar selimut
  • 2.570 matras
  • alat komunikasi berupa radio codan
  • ACCU 1000
  • handy talky
  • portable genset
  • dan alat SMS broadcast.
Sejumlah alat komunikasi itu diperlukan untuk melakukan sosialisasi dan edukasi masyarakat untuk memberikan pemahaman tentang informasi aktivitas Gunung Agung dan upaya mandiri yang harus dilakukan.

BNPB juga memasang rambu-rambu peringatan sebagai penanda pemberitahuan jarak radius yang mudah dipahami masyarakat. Rambu dipasang di jalan-jalan sehingga masyarakat mengetahui posisinya dan batas antara radius aman dan berbahaya.

Bupati Karangasem telah menetapkan status keadaan darurat bencana peningkatan aktivitas Gunung Agung di Kabupaten Karangasem selama 14 hari yaitu 18 September hingga 1 Oktober 2017. Masa keadaan darurat ini sangat tergantung pada ancaman letusan dari Gunung Agung sesuai rekomendasi PVMBG dan penanganan bencana.
Sutopo juga mengimbau agar masyarakat berempati pada warga di sekitar Gunung Agung yang sedang mengungsi, dan tidak ikut-ikutan menyebarluaskan hoax.

“Rasa gotong royong, toleransi dan nilai-nilai budaya Indonesia kita berikan kepada saudara-saudara kita yang sedang mengungsi dari potensi meletusnya Gunung Agung. Jangan justru menyebarkan informasi yang menyesatkan ke media sosial atau Whatsapp group sehingga menimbulkan kepanikan dan keresahan masyarakat,” tambah Sutopo. (f)

Baca juga:
Kisah dari Posko Banjir Pesantren Ekologi Ath-Thaariq: Nissa Wargadipura, Lawan Bencana Banjir Garut dengan Kearifan Lokal
Yang Terlupakan Pascabencana: Bencana Psikososial Mengancam Ratusan Korban


Topic

#Hoax, #GunungAgungMeletus, #bencanaalam

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?