Trending Topic
Mencari Kebahagiaan Dengan Berbagi

3 Feb 2019


 
Denica Flesch giat meningkatkan taraf hidup ibu-ibu perajin kain lewat SukkhaCitta/ Foto: Dok. pribadi

Hidup yang Bermakna
 
Keterbatasan fisik tak menjadi penghalang bagi Shanti Mendera untuk berbagi. Wanita yang hanya memiliki satu lengan ini tak sungkan terjun ke daerah bencana alam di Lombok dan Palu sebagai relawan untuk mengajar yoga bagi para korban terdampak gempa.
 
Begitu mendengar kabar terjadinya bencana gempa di Lombok, Juli lalu, Shanti tak bisa tinggal diam. Terlebih lagi, Lombok adalah tempat asalnya. “Saya merasa tergerak. Ingin membantu dengan melakukan apa yang saya bisa. Karena saya tidak bisa memberi banyak dalam bentuk dana, saya bisa menyumbangkan keahlian saya,” tutur Shanti, yang sudah aktif beryoga sejak lima tahun lalu.
 
Menurut Shanti, yoga bisa membantu pemulihan trauma para korban. “Yoga tidak hanya untuk ketahanan fisik, tapi juga menguatkan mental dan pikiran,” jelas Shanti, yang pernah  mendalami ilmu yoga di Yoga Vidya Gurukul di Nashik, Maharashtra, India.

Selama hampir satu bulan Shanti berkeliling dari satu posko pengungsi ke posko lain di sekitar Lombok, mengajar yoga untuk anak, ibu hamil, orang dewasa, juga kaum manula. Hal yang sama ia lakukan juga di Palu, yang beberapa waktu lalu diguncang gempa dan tsunami. Meski tawarannya kurang begitu disambut warga setempat, Shanti tak lekas patah arang. Ia terus mengenalkan yoga.

“Mungkin karena waktu saya di sana cukup singkat, hanya seminggu. Selain itu, warga yang saya temui belum terlalu familiar dengan yoga. Yang lebih antusias justru para relawan di sana,” cerita Shanti, yang menikmati kegiatan sosialnya itu.

Bagi Shanti yang sehari-hari bekerja sebagai instruktur yoga di Jakarta, memberi dengan melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain memberi efek sederhana, tapi sangat bermakna. “Membuat saya merasa lebih berguna sebagai manusia,” tuturnya jujur.
 
Bagi Yuni Jie, memberi tidak akan pernah membuatnya merasa kekurangan. Ia bahkan mendapatkan berlipat-lipat ganda dari apa yang ia beri. “Saya merasa bahwa hidup cuma sebentar dan apa yang kita berikan kepada orang lain menjadikan hidup kita lebih berarti. Tidak perlu muluk-muluk menyusun rencana besar. Berikan kontribusi sesuai dengan kemampuan dan talenta kita masing-masing,” sarannya.
 
Yuni percaya, apa yang ia lakukan barulah langkah kecil. Ia masih menyimpan mimpi, agar seluruh anak Indonesia dapat bersekolah dengan baik dan dengan percaya diri mengenakan seragam baru mereka untuk menggapai mimpi.
 
Apa yang dilakukan Denica juga memberikan dampak yang besar bagi komunitas binaannya. “Saya perhatikan, ketika kita memberdayakan wanita, kita memberdayakan komunitasnya juga. Khususnya di desa-desa, wanita biasanya menghabiskan 80 persen dari pengeluaran mereka untuk keluarga. Ketika ekonominya membaik, mereka bisa menyediakan makanan sehat dan bergizi untuk kelraga," katanya.
 
"Tidak hanya itu, mereka juga mulai bertanya kepada saya tentang cara terbaik memberikan pendidikan kepada anak-anaknya, jenis buku apa yang dapat ia beli, dan sebagainya. Jadi, ada pemberdayaan baru yang tidak kami bayangkan sebelumnya,” ujar Denica.

Selanjutnya: Pilihan Hati
 


Topic

#trendingtopic, #theartofgiving, #gayahidup

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?