Trending Topic
Gen Z Tak Kalah Antusias Ikuti Pilkada Serentak, Ini Alasannya

7 Jul 2018


Dok. Akson / Unsplash


Anggapan bahwa kaum muda apatis terhadap dunia politik kini kian terbantahkan. Buktinya, di berbagai media sosial, banyak unggahan oleh para pemilih pertama ini menunjukkan foto jari bertinta mereka dengan tagar #firstvoter.

Memang belum ada data dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) berapa persentase pemilih yang datang dari generasi Z, yang tahun ini adalah pemilihan umum pertama mereka. Kendati demikian, dengan ramainya media sosial menunjukkan keikutsertaan dalam pilkada adalah sesuatu yang perlu diapresiasi, mengingat para generasi muda ini juga turut andil dalam melakukan perubahan.

Namun, untuk melihat dinamika politik dari perspektif tiap generasi, Femina bersama Accenture dan Jurnal Perempuan melakukan survei Pemimpin Pilihan Perempuan terhadap 1.580 responden dengan metode kuantitatif. Dari hasil survei yang dilakukan di seluruh Indonesia secara daring ini, menunjukkan hasil bahwa antusiasme gen z terbilang cukup tinggi.

Yaitu, disebutkan bahwa gen z (pemilih pertama) dan gen y dinyatakan lebih antusias dibandingkan gen x dalam keikutsertaannya di pilkada serentak tahun 2018 ini. Gen z dan gen y 60 persen lebih antusias dibandingkan gen x yang hanya 33 persen.

Dirunut lebih dalam, menunjukkan bahwa persentasi pemilih pertama yang antusias mencapai angka 33.70 persen dan yang sangat antusias sebesar 26 persen. Sedangkan pemilih lanjut cenderung lebih kecil, yaitu dengan persentasi antusias mencapai angka 35.6 persen.

Ragam alasan menyertai gen z atau pemilih pertama begitu antusias menyambut pilkada. Salah satu yang cukup substansial tentang alasan mereka ingin menggunakan hak pilih adalah alasan kewajiban sebagai warga negara (79.80 persen). Lebih dari itu para pemilih pertama menyadari bahwa mereka menginginkan adanya perubahan (63.70 persen), yang bisa didapatkan dengan cara memilih pemimpin yang menurut mereka benar.

Selebihnya, mereka antusias mengikuti pilkada karena terdorong dengan program yang ditawarkan saat kampanye berlangsung (6.60 persen), tren masa kini dimana semua orang berpartisipasi dalam politik (5.90 persen dan lainnya (7.20 persen).


Aisyah Oktavia (20) yang Juni lalu menggunakan hak pilihnya pertama kali mengaku, bahwa sudah sejak umurnya usia belasan ia ingin sekali mencoba mengikuti pemilihan umum. “Dulu lihat kakak dan ayah ikut pemilu, rasanya ingin tahu bagaimana sih kalau kita terlibat dalam memilih calon pemimpin. Di sisi lain, dengan ikut memilih saya berharap bisa memiliki pemimpin yang memang baik, bebas korupsi dan bisa memajukan daerah,” pungkas mahasiswa Universitas Airlangga, Malang yang mengikuti pilkada Walikota Malang.

Sedangkan
Alya Sabrina (19), melihat banyak temannya yang antusias ingin mengikuti pilkada membuatnya ingin terlibat juga. “Sekalian, saya bisa unggah jari bertinta setelah nyoblos di Instastory dengan tagar #firstvoter. Rasanya bangga, ingin menunjukkan ke teman-teman bahwa saya juga sudah dewasa dan bisa berpolitik,” ujar gadis berdomisili Bandung ini yang mengikuti pemilu gubernur Jawa Barat.  

Beda halnya dengan
Tucha (21) yang menyayangkan dirinya tak dapat berpartisipasi di pilkada kali ini. Pasalnya, hari dimana pilkada dilaksanakan, ia sedang mengikuti semester pendek di kampusnya, Universitas Brawijaya, Malang. Kondisi ini tak memungkinkannya untuk pulang ke rumahnya di Depok, guna mengikuti pemilu gubernur Jawa Barat.

“Padahal sebenarnya ingin sekali ikut nyoblos, karena sudah punya pemimpin unggulan yang ingin saya pilih. Terlebih lagi ini pertama kalinya saya nyoblos, sayang saya melewatkan kesempatan ini. Selanjutnya di pemilu presiden 2019, saya pastikan saya akan nyoblos,”  ceritanya.(f)


Baca Juga :
Tingkat Partisipasi Wanita Tertinggi, Ini 6 Fakta Menarik Pilkada Serentak 2018
Joko Widodo: “Pilihan Boleh Berbeda, Tetapi Kita Tetap Bersaudara”
Ternyata, Figur Pemimpin yang Jujur dan Berintegritas Lebih Disukai Pemilih Wanita








 
 


Topic

#pilkadaserentak2018, #suaraandaberharga, #pilkada

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?