Trending Topic
5 Pelajaran Hidup di Balik Emas Pertama Syuci Indriani di Asian Para Games 2018

9 Oct 2018


Syuci bangga bisa membawa emas untuk Indonesia/Foto: Denny Herliyanso.
 
Terlahir sebagai penyandang disabilitas intelektual atau tuna grahita, atlet asal Riau, Syuci Indriani (17) mengingatkan orang terhadap kesederhanaan dan ketulusan. Seperti Senin malam (8/10), saat belasan jurnalis merubung untuk mewawancarainya.
 
Berbicara dalam struktur bahasa dan pilihan kata yang sederhana, berikut ini lima pelajaran hidup yang bisa kita petik dari jawaban-jawaban Syuci di malam kemenangannya:
 
“Mereka kuat semua, mereka hebat juga"
 
Jawaban ini muncul saat wartawan menanyakan apa yang membuat lawannya dapat terkalahkan olehnya. Mungkin, bagi sebagian orang, jawaban ini terdengar “berbeda” dari harapan. Namun, jawaban ini justru menjadi bagian terpenting dari isi pesan dan semangat yang diusung dalam Asian Para Games 2018.
 
Melalui ucapannya, Syuci mengingatkan orang untuk tidak selalu fokus pada kehebatan diri, tapi juga mengakui kelebihan orang lain. Untuk tidak selalu fokus pada bagaimana mengalahkan, tapi bagaimana saling menghargai.

 
“Semua karena Allah, Alhamdulillah”
 
Ini jawabannya, saat ia ditanya mimpi apa semalam. Pertanyaan abstrak yang mungkin sulit dicerna oleh penyandang disabilitas grahita ini pun bisa dijawabnya dengan sangat arif olehnya. Mengingatkan kembali, bahwa sejak semula, bukan karena hebatnya sebagai manusia, tapi hanya karena izin dari Allah Yang Maha Kuasa.



Strategi Syuci: menjadi lebih baik dan lebih baik lagi./Foto: NJL
 

“Cepat, lebih cepat, dan makin cepat lagi”
 
Ini strategi kemenangan yang dibeberkannya kepada para jurnalis. Pada kenyataannya, banyak orang lupa, bahwa segala pencapaian atau target diperoleh melalui serangkaian proses, tahapan, dan perjuangan untuk terus memperbaiki diri. Di era serba instan seperti saat ini, jawaban Syuci menjadi sebuah pengingat sekaligus kritik terhadap etos kerja kita.
 
Bahkan, ketika masyarakat belum memandang orang dengan disabilitas seperti dirinya sebagai aset yang bersumbangsih dalam kehidupan bernegara, ia tidak berhenti berkarya dan belajar menjadi lebih baik lagi. Setelah pada hari Senin (7/10) berhasil meraih medali perunggu -- medali pertama bagi Indonesia -- untuk nomor gaya bebas 200 meter (2 menit 20,80 detik), keesokan harinya, ia berhasil menghadiahkan emas bagi Indonesia!

Demikian halnya dalam mempersiapkan diri. Tidak ada paksaan porsi latihan yang terlalu ambisius. Pelatihnya, Bhima Kautsar, mengaku tidak mempersiapkan Syuci dengan menggemblengnya untuk latihan 100 meter. Sebaliknya, Bhima menggembleng muridnya itu secara bertahap lewat latihan di renang 25 meter dan 50 meter.
 


Perjuangan untuk tidak menyerah hingga titik terakhir menghantar Syuci menjadi pemenang./Foto: Denny Herliyanso
 

“Saya emosi. Cara berenang saya jadi berantakan. Ngawur. Makanya sampai selesai, saya tidak yakin saya yang menang” 
 
Jawaban ini muncul saat ia menceritakan tentang perjuangnya mendekati detik-detik terakhir menjelang finish. Memang saat itu, gaya berenang Syuci terlihat tidak beraturan.

Pelatihnya membenarkan bahwa kecepatan dan kekuatan renang Syuci bagus di 25 menit pertama. Setelah itu ia mengamati bahwa emosi mulai merajai muridnya itu.
 
“Saking inginnya kencang, tapi justru menjadi tidak beraturan,” ungkap sang pelatih. Kegagalan menguasai emosi ini tidak hanya berpotensi menghabiskan energi yang masih akan kita butuhkan untuk menyelesaikan target, tapi juga menghilangkan fokus.
 
Memang, jika diperhatikan, catatan waktu kemenangan Syuci di 1 menit 23,95 detik itu hanya terpaut 0,02 detik dari peraih perak, Mai Deguchi dari Jepang. Perunggu diraih oleh Mikika Serizawa, juga dari Jepang, dengan catatan waktu 1 menit 26,13 detik.
 

“Medali emas ini untuk orang tua dulu. Bonus Rp1,5 miliar Rencananya untuk umrohin orang tua.” Setelah jeda beberapa saat, Syuci menyambung, “Untuk masa depan juga”
 
Ketika kebanyakan orang secara sadar mendahulukan gengsi, egoisme, dan kepentingan pribadi, jawaban Syuci mengingatkan kita untuk tidak lupa pada orang-orang terdekat yang selalu ada untuk kita. Seperti Syuci yang memberikan bakti terbaiknya kepada ayahnya, Syafriton dan alamarhumah ibunya, Martini. (f)


Baca juga:

Cerita Tentang Bulan Karunia, Pemanah Bersama Presiden Jokowi Di Opening Asian Para Games 2018 
5 Keunikan Saat Menonton Asian Para Games

 


Topic

#AsianParaGames2018, #ParaInspirasi

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?