Travel
Mengunjungi Interlaken, Kota Pujaan Pujangga Dunia

12 Aug 2018


Foto: Pixabay
 

"It is peaceful here and pleasant at Interlaken. Nothing going on — at least nothing but brilliant life-giving sunshine” -- Mark Twain

Persis seperti ungkapan pujangga besar Amerika itu, demikianlah Interlaken di musim panas. Kota kecil di kaki pegunungan Alpen ini melimpah dengan siraman Matahari. Foto-foto cantik tentang kota Swiss yang semasa kecil hanya bisa saya kagumi lewat halaman kalender kini bisa saya saksikan dengan mata kepala sendiri.

Seperti namanya yang diambil dari bahasa Latin, inter (di antara) dan lokus (danau), Interlaken terletak di antara dua danau yang cantik, yaitu Thun dan Brienz. Kota yang pada tahun 1133 menjadi pusat biara seminari Augustinian ini pada tahun 1800-an berkembang menjadi daerah wisata dengan lusinan guesthouse.

Saya sangat beruntung bisa menginap di Victoria Jungfrau Grand Hotel & Spa, hotel bintang limayang menjadi salah satu landmark bersejarah di Interlaken. Selama perang dunia II (1939-1945) hotel ini juga berfungsi sebagai pusat komando bagi angkatan bersenjata Swiss di bawah pimpinan JenderalHenri Guisan. Nyaris setiap ruangan dilengkapi dengan lampu chandelier klasik yang cantik. Kamar saya tampak elegan dengan dekorasi bernuansa China Blue. Di musim panas, tidak perlu air conditioner, cukup buka jendela lebar-lebar sepanjang hari. Segar!

 

Victoria Jungfrau Grand Hotel & Spa (Foto: Pixabay)
 

Awalnya, bangunan ini adalah kediaman seorang dokter. Pada tahun 1856 Eduard Ruchti (waktu itu masih 22 tahun), membelinya dan mengubahnya menjadi sebuah hotel megah. Friedrich Studer dan Horace Edouard Davinet,adalah dua arsitek lokal yang berada di balik kecantikan desain arsitektural bangunan yang tahun depan memasuki usia150 tahun ini.

La Terrasse, menjadi spot favorit bagi banyak pengunjung, tak terkecuali Mark Twain. Di teras berpilar kokoh inilah di tahun 1891 penulis kawakan asal Amerika itu menggoreskan penanya sembari mengagumi keindahan puncak tertinggi di Eropa, Jungfrau Joch, yang berselimut salju. Sehingga, terlahirlah karya What is A Man? yang terbit 15 tahun kemudian. Selain Twain, teras yang menghadap padang rumput hijau berlatar barisan pegunungan Jungfrau ini juga menjadi lokasi favorit beberapa tokoh dunia, seperti Kaisar Brazil dan Raja Siam.

Apabila Anda berjalan keluar kompleks hotel ke arah kiri, sekitar 65 meter kemudian, Anda akan melihat bangunan hotel kuno lain berdinding merah jambu di sebelah kanan jalan. Hotel Interlaken, namanya. Di hotel inilah, pada tahun 1816, pujangga kenamaan Inggris Lord Byron mengasingkan diri akibat berita affair yang mencoreng nama baiknya. Namun, pengungsiannya tidak sia-sia.

Keindahan Interlaken dan Jungfrau telah mengilhami terciptanya Manfred, naskah drama tiga babak yang terkenal itu. Komposer kenamaan Jerman di era romantis Felix Mandelssohn, yang dijuluki sebagai Mozart Abad 19, juga banyak menuai inspirasi dari Interlaken. Ia menyebut Interlaken sebagai, “The finest of all in this unbelievably beautiful country.”

 

Foto: Pixabay

Jarum jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam di Interlaken. Tapi, matahari musim panas masih bersinar terang benderang, seperti ketika masih pukul 3 sore. Harder Kulm menjadi pilihan lokasi makan malam kami. Restoran panorama berdinding bata merah dengan lis putih yang klasik itu berdiri di atas perbukitan setinggi 1.323 meter dari atas permukaan laut. Sebuah trem membawa kami menuju lokasi, menanjaki bukit dengan gradien kemiringan 45 persen.

Saya berdiri di ujung jembatan panjang dek kayu yang dibangun menjorok ke luar. Meski gigi sudah gemeletukan menahan hempasan angin dingin bersuhu sekitar 10 derajat Celcius, tapi pantang rasanya melewatkan pemandangan cantik ini. Sebab, dari titik ini saya tidak hanya bisa menyaksikan keindahan Interlaken, tapi juga seluruh wilayah Jungfrau yang disabuki pegunungan hijau dan puncak-puncaknya yang tertutup salju abadi.

Tip Perjalanan:
  • Interlaken bisa ditempuh dengan naik kereta dari bandara udara internasional Zurich. Stasiun berada di satu lokasi dengan gedung bandara. Tidak ada kereta yang langsung menuju Interlaken. Anda harus naik kereta sekali ke Bern, dan melanjutkan ke Interlaken Ost (stasiun Interlaken).
  • Ada banyak pilihan aktivitas yang bisa Anda coba di Interlaken. Mulai dari paragliding, bersepeda, atau berkeliling kota naik kereta kuda. Semua pilihan aktivitas ini bisa Anda dapatkan di booth-booth di sepanjang jalan.
  • Trem menuju Harder Klum terdiri atas empat level. Agar dapat menikmati keindahan lansekap alam secara maksimal, duduklah di level pertama (atau yang paling rendah) atau menghadap jendela kaca depan.
  • Kenakan jaket atau pakaian hangat. Semakin sore suhu di Harder Klum semakin berangin dan dingin, dengan suhu rata-rata mencapai di bawah 10 derajat celcius. Jika perlu bawa sarung tangan. (f)

 


 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?