Sex & Relationship
Magnet Pasangan yang Gemar Memasak

21 Apr 2017

 
EMANSIPASI WANITA
Kalau disuruh memilih antara memasak dan membersihkan rumah, saya selalu pilih yang kedua. Alasannya sederhana: memasak bukan minat saya. Teringat waktu kecil, Mama sering memanggil saya untuk mendekat saat ia sedang berkutat di dapur. Di saat jemarinya sibuk mengiris bawang, wejangan-wejangan agar saya bisa terampil seperti dirinya turut menggema berbarengan dengan suara gorengan di wajan.

Herannya, saya tetap saja lebih memilih mengepel, mengelap, atau menata rumah. Buat saya, proses memasak membutuhkan waktu panjang, dan hanya dibutuhkan hitungan menit saja untuk menikmati masakan yang sudah jadi. Sementara, rumah rapi bisa menghadirkan sensasi yang bisa lebih lama dinikmati.

Bagi saya saat itu, tidak bisa memasak bukan sebuah perkara besar yang harus dikhawatirkan. Saya tidak peduli, meskipun waktu itu masih kental pemikiran bahwa wanita  harus pandai memasak, jika ingin menjadi calon istri dan ibu yang baik di masa depan. Beruntung saya bertemu pria Australia yang bisa ‘berfungsi ganda’, yang tidak saja memakai kemeja, tetapi juga bersedia mengencangkan celemek di pinggangnya. Hahaha….

Menurut suami, tidak ada aturan yang memetakan peran pria dan wanita saat di rumah. Apalagi sejak kecil ia sudah terbiasa melihat kedua orang tuanya saling berbagi tugas. Baik berbelanja, mengurus dapur, anak, kebun, menyetir, mengantar sekolah, bekerja, dan lainnya.

Karena tidak ada asisten rumah tangga, semua dikerjakan sendiri. Proses itulah yang akhirnya mendidiknya mandiri dan membuatnya menjadi pria yang ‘matang’ dalam segala urusan, termasuk urusan rumah tangga kami. Karena intensitas waktu saya di rumah yang lebih sedikit dibandingkan dirinya, akhirnya tanpa diminta ia selalu sigap  mengatur segala keperluan rumah. Mulai dari menentukan bahan belanjaan, menu yang harus dimasak, menemani anak belajar, hingga menyempatkan menunggu saya pulang kantor demi bisa makan malam bersama.

Sikapnya terhadap wanita yang ditunjukkannya kepada saya juga dirasakan Shinta dari suaminya. Tidak pernah ada perjanjian apa pun, bahkan sebelum menikah, untuk berbagi peran. Shinta mengaku awalnya merasa takut nantinya tidak mampu menjadi istri yang baik karena kurang pandai di dapur. Namun, setelah menikah, kepanikannya itu langsung hilang tiap kali melihat sang suami sibuk di dapur. Tanpa ada ART pun, meski sudah punya anak, melakukan pekerjaan rumah tangga terasa ringan saja karena suaminya ikut membantu, mulai dari mencuci piring, mengelap meja, hingga mengepel lantai sehabis memasak.

Suaminya juga tidak sungkan berbelanja di pasar tradisional. Dengan begitu, ia jadi lebih tahu harga kebutuhan dapur. Bagi Shinta, suami yang terampil di dapur adalah sosok yang istimewa. Ia sangat terlihat ‘laki-laki’ karena mau melakukannya untuk orang-orang yang dicintainya. Hal inilah yang membuat Shinta tambah mencintai suaminya. Dalam berumah tangga, suami dan istri memang sudah sepantasnya memahami peran masing-masing serta saling menutupi kekurangan pasangannya. Pada akhirnya rumah tangga akan terasa menyenangkan dan istri serta anak akan rindu untuk selalu berada di rumah.(f)
 


Topic

#suamihobimemasak

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?