Sex & Relationship
Konon, Kekurangan Hormon Ini Bikin Pria Tidak Setia

30 Jan 2020


Foto: Pixabay.com


Sejak lahir manusia telah dikaruniai beberapa hormon kebahagiaan. Menurut Loretta Graziano Breuning, Ph.D,  profesor di California State University, dalam research-nya yang dimuat di Psychology Today, kebahagiaan merupakan semburan neurokimia. Ada empat bahan kimia otak yang berbeda menciptakan perasaan bahagia, dan kita membutuhkan semuanya untuk merasa baik. 

Seperti diketahui bahwa tubuh manusia dilengkapi dengan sistem endoktrin atau sistem hormon yang memiliki fungsi masing-masing. Tentunya sistem hormon tersebut memiliki fungsi signifikan terhadap metabolisme tubuh. Selain berhubungan dengan kesehatan tubuh, hormon juga menjadi pemicu kebahagiaan. Menurut Loretta Graziano Breuning, Ph.D,  profesor di California State University, dalam research-nya yang dimuat di Psychology Today, kebahagiaan merupakan semburan neurokimia. Ada empat bahan kimia otak yang berbeda menciptakan perasaan bahagia, dan kita membutuhkan semuanya untuk merasa baik. 

“Kita akan kehilangan rasa bahagia ketika kita hanya mengandalkan satu atau dua hormon saja. Untuk mencapai kebahagiaan, kita harus mengembangkan keempat hormon tersebut secara seimbang, karena  tiap hormon memberikan jenis kebahagiaan yang berbeda-beda,” jelas Loretta.


Beberapa dari hormon tersebut ada yang bertanggung jawab untuk membuat kita merasa lebih baik hingga berbunga-bunga saat jatuh cinta. Salah satunya adalah oksitosin yang dikenal juga sebagai hormon cinta, karena muncul saat seseorang jatuh cinta dan memadu cinta. Hormon ini dihasilkan oleh pria dan wanita selama orgasme.

Dalam sebuah hubungan romantis dan seks, oksitosin membantu menciptakan keintiman, kepercayaan, dan membangun hubungan yang sehat. Sebuah penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa hormon oksitosin berhubungan juga dengan kesetiaan pria dalam menjalain hubungan dengan pasangan. Konon, pria dalam hubungan monogami (hanya memiliki satu pasangan) yang diberi dorongan oksitosin akan menjaga jarak ketika berinteraksi dengan wanita lajang, dibandingkan pria yang tidak diberi oksitosin. Itu sebabnya, keseimbangan hormon oksitosin sangat penting untuk menciptakan ikatan yang kuat dengan pasangan, termasuk dalam interaksi sosial.


Cara sederhana menjaga oksitosin tetap mengalir adalah dengan memeluk seseorang. Direktur Center for Neuroeconomics Studies sekaligus Professor of Economics, Psychology and Management di Claremont Graduate University, Dr. Paul J. Zak, menyebutkan, sentuhan antarpribadi tidak hanya meningkatkan oksitosin, tapi juga mengurangi stres kardiovaskular dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh. 

Neuroscientist yang mendapat julukan ‘Dokter Cinta’ ini juga menganjurkan, daripada hanya berjabat tangan, tak ada salahnya jika kita memeluk orang-orang terdekat, keluarga, dan teman ketika bertemu mereka. Untuk menjaga oksitosin dalam tubuh, Dr. Paul Zak merekomendasikan delapan pelukan tiap hari. Sementara itu, penelitian lain menyarankan untuk melakukan setidaknya 20 detik pelukan dalam satu hari yang akan melepaskan oksitosin, sebagai agen antidepresi dan antikecemasan alami.

Jadi, jangan lupa memeluk pasangan Anda setiap hari! (f)



Baca Juga: 

Cek Ramalan Percintaan Anda di Tahun Tikus Logam
Mempertahankan Komitmen di Tengah Konflik Pernikahan
Cinta Saja Tidak Cukup. Ini Hal yang Perlu Anda Persiapkan Sebelum Menikah



 

 

Faunda Liswijayanti


Topic

#relationship, #hormon, #oksitosin

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?