Sex & Relationship
Kisah Tiga Pria, Adil Berbagi Peran Domestik dengan Pasangan

14 Jul 2018


Foto: Shutterstock

Stereotip bahwa wanita berperan lebih di ranah domestik memang masih berakar di masyarakat. Namun kini, tak sedikit pria masa kini yang memiliki kesadaran tentang persamaan gender dalam berbagai relasi
dari keluarga, lingkungan kerja, pergaulan, hingga interaksi sosial. Karena sikap dan cara pandang yang adil, setara dan antikekerasan, bisa terwujud jika ada keterlibatan penuh pria di dalamnya, dan semua itu harus dimulai dari lingkungan keluarga.

Seperti tiga pria berikut ini yang tanpa ragu berbagi peran domestik demi memberi kesempatan kepada pasangannya untuk meraih sukses.

1/ LV Vaidyanathan, Country Manager P&G Indonesia: Nilai Setara di Kantor dan Keluarga

Menurut saya, tidak ada pekerjaan rumah tangga yang spesifik yang hanya bisa dilakukan oleh pria atau wanita saja. Pada dasarnya semua pekerjaan rumah tangga bisa dilakukan baik\ oleh pria maupun wanita. Itu sebabnya dalam menjalankan hubungan dengan istri di rumah, kami sejak awal setuju untuk melakukannya semua pekerjaan rumah tangga bersama. Misalnya, istri saya bisa mengganti lampu di rumah, sama seperti saya yang bisa mengganti popok anak kami. Hal lainnya, saya dan istri juga sama-sama bisa menyetir dan memasak.

Memang ada beberapa peran yang kami bagi misalnya seperti memasak yang lebih banyak dilakukan istri. Tapi, ada pula yang kami lakukan bersama seperti mencuci baju. Yang pasti, dalam keluarga kami batasan peran gender itu terlihat samar antara apa yang bisa saya atau istri lakukan, karena untuk melakukan pekerjaan domestik kami berdua sama-sama bisa melakukannya.

Gaya hidup setara ini juga kami coba tularkan kepada kedua putra kami. Terutama, kami sangat berusaha menanamkan nilai-nilai hormat pada wanita. Caranya adalah dengan menunjukan bagaimana cara saya memperlakukan istri, ibu, ibu mertua atau anggota keluarga wanita lainnya. Ketika kami menerapkan gaya hidup setara ini, kami juga ingin anak-anak memahaminya dengan cara melihatnya langsung, bukan hanya dari kata-kata semata.
 


Foto: Dok. Pribadi
 
Saya juga mengajak anak-anak melakukan aktivitas yang akan mengajarkan mereka tentang nilai-nilai kemanusiaan dan etikanya. Dengan begini anak-anak akan menghormati orang lain sebagai individu, bukan hanya karena latar belakang gendernya.

Saya cukup beruntung karena hidup berpindah-pindah negara, sehingga tidak mengalami tekanan dari komunitas dan masyarakat sekitar tentang bagaimana menjalankan gaya hidup setara dalam keluarga, di budaya yang cenderung masih patriarkal. Karena seharusnya, pria zaman sekarang turut mendukung pemberdayaan wanita dalam berbagai macam hal.

Mulai dari memberikan edukasi yang tepat bagi anak perempuan, menciptakan lingkungan yang dapat mendukung kemajuan para wanita hingga membuat kebijakan yang dapat memberdayakan mereka. Karena memang tak dapat dipungkiri, pria punya peran yang besar dalam langkah-langkah pemberdayaan wanita.

Bekerja di P&G, saya berada dalam ekosistem yang mendukung pemberdayaan perempuan. Inilah yang juga dilakukan oleh P&G dalam mengembangkan talenta para karyawannya. Di Indonesia misalnya, 50 persen
posisi manager menengah diisi oleh wanita. Kami tak membeda-bedakan antara karyawan wanita dan pria. Ini jugalah yang akhirnya melahirkan program We See Equal oleh perusahaan sebagai upaya mendukung salah satu pilar perusahaan, gender equality.

Untuk mendukung program tersebut, ada kebijakan perusahaan yang memberikan fleksibilitas jam kerja bagi karyawan. Karyawan bebas masuk jam kerja setiap hari, termasuk pilihan bekerja dari rumah (work from home) selama dua hari dalam seminggu. Kebijakan ini diterapkan, karena memang terkadang karyawan wanita yang juga berperan sebagai ibu kerap dihadapkan pada situasi yang mengharuskan mereka memprioritaskan anak atau keluarga di rumah seperti ketika anak sakit atau urusan sekolah. Dengan demikian, mereka bisa bekerja profesional sekaligus mengurus anak di rumah.

Selain itu, bagi karyawan P&G juga tersedia layanan pengasuhan anak di kantor. Ada tenaga profesional yang akan menjaga anak-anak selama orang tua mereka bekerja. Kami juga memiliki kegiatan internal Lean
in Circle
, yang bertujuan agar antar sesama karyawan wanita saling mendukung satu sama lain. Dalam kegiatan ini, salah satu pemimpin wanita kami akan berbagi cerita dan pengalaman dalam menghadapi tantangan berkarier. Inspirasi-inspirasi inilah yang membantu karyawan wanita lainnya ketika menjumpai ragam rintangan dan saling mendukung.

Lebih dari itu, dalam lingkungan kerja kami juga memastikan untuk tidak ada diskriminasi gender dalam berbagai level. Baik itu saat rekrutmen, pelatihan, promosi, perencanaan, dan lain sebagainya. Kami melihat kesetaraan dengan tidak melihat suatu peran dalam pekerjaan hanya berdasarkan gendernya saja. Di mata saya, kapabilitas seseorang tidak dilihat dari gendernya. Apa yang pria bisa lakukan, wanita juga bisa melakukannya. Begitu pula sebaliknya.

Selanjutnya: 2/ Sogi Indra Duaja, Penyiar Radio: Hubungan Kasual yang Sejajar
 


Topic

#pernikahan, #masalahpernikahan

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?