Money
Fenomena Cashback, Solusi atau Konsumtif?

3 Jan 2019


Dok: Pixabay

Go-Jek, on-demand multi service platform, menutup akhir tahun 2018 dengan memberikan promo Go-Pay Pay Day berupa cashback 50% bagi para pengguna Go-Pay di berbagai merchant yang bekerjasama. Promo yang dimulai pada Oktober lalu ini terus berlanjut pada akhir bulan November dan Desember.
 
Platform e-wallet lainnya yang juga memberikan promo cashback adalah OVO yang bekerjasama dengan Grab. OVO memberikan cashback hingga 60% dalam bentuk point OVO.
 
Gara-gara promo tersebut, tidak hanya istilah cashback yang naik daun, antrian mengular di merchant-merchant yang ikut serta menjadi pemandangan umum di mal-mal ibu kota.
 
Bagi kebanyakan konsumen Indonesia, kata promo atau diskon memang masih menjadi magnet yang memengaruhi keputusan untuk membeli. Berdasarkan data dari Google, sepanjang tahun 2018, penelusuran kata ‘Promo’ di Google Search mengalami kenaikan hingga 2,5 kali di banding tahun-tahun sebelumnya. Maka, tidak mengherankan ketika istilah promo cashback muncul, langsung menyedot perhatian masyarakat.
 
Termasuk Fina yang mengaku rutin menggunakan promo cashback. Bekerja di biro konsultasi yang lokasi kantornya menyatu dengan salah satu mal besar di Jakarta, Fina kerap makan siang di mal tersebut. Ia pun termasuk satu dari ribuan orang yang memanfaatkan promo cashback 50% di merchant Go-Pay.
 
“Walaupun cashback ini ada maksimalnya, misalnya ada yang menetapkan Rp20.000 per transaksi, tetap hematlah. Contohnya, harga satu paket burger yang biasanya bisa mencapai Rp40 ribu, bisa saya beli hanya dengan Rp20.000. Cashback-nya juga langsung masuk kembali ke nilai Go-Pay kita,” ungkap Fina, tersenyum senang.
 
Pengakuan Fina, jika dalam satu hari ia menyediakan bujet Rp100.000 untuk kebutuhan makan siang, maka selama berlangsungnya promo cashback, ia bisa berhemat dan menyisihkan uangnya hingga Rp40.000 per hari. “Termasuk juga bujet untuk membeli kopi yang sudah pasti saya keluarkan setiap hari, bisa berkurang hingga 50 persen,” katanya.
 
Selain gimmick promo 50%, pembayaran dengan sistem e-payment ini terbilang mudah, cepat, dan bebas ribet. Asalkan e-wallet Anda terisi saldo cukup untuk bertransaksi. Cukup scan kode QR yang ada di merchant, lalu saldo e-wallet akan terpotong sebesar nilai transaksi. Menariknya, cashback akan ditambahkan kembali ke saldo e-wallet sesaat setelah transaksi.
 
Mudahnya pembayaran serta banyaknya promo e-money membuat penggunaan alat pembayaran ini semakin meningkat belakangan ini. Data Google menyebutkan dari tahun 2017, penelusuran untuk aplikasi e-money mengalami kenaikan 1,5 kali dari tahun-tahun sebelumnya. Kueri seperti merek dan penyedia e-money, manfaat menggunakan e-money, cara mendaftar aplikasi e-money, dan cara top up saldo e-money banyak dicari orang.
 
Selain itu, yang menarik, wanita disebut Google lebih terbuka dalam menggunakan platform e-money. Dibandingkan pria di rentan usia yang sama (18 – 24 tahun), 68% wanita menggunakan e-money untuk membayar belanja online. Sedangkan pria hanya 58% saja.
 
Lantas apakah penawaran cashback dan kemudahan e-money menjadi solusi atau justru membuat kita menjadi lebih konsumtif? Meski tak dipungkiri oleh Fina semakin banyak merchant yang mengikuti program ini membuat ia beberapa kali kepancing untuk membeli lebih banyak, namun ia tidak merasa lebih konsumtif. “Toh bujetnya tetap sama,” katanya.
 
Bagaimana dengan Anda? (f)

Baca Juga: 
Ini Alasan Kenapa Liburan Ke Luar Negeri Pakai Kartu Debit Lebih Aman
Biarkan Uang Yang Bekerja Untuk Anda!
Pria Lebih Royal Belanja Fashion!





 

Faunda Liswijayanti


Topic

#fintech, #emoney

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?