Health & Diet
Kolaborasi Dengan Teknologi Untuk Hasil Maksimal Pengobatan Medis Fungsional

22 Nov 2017


Foto: Fotosearch


A falling leave may just be the symptom of problems at the trunk and root of a big tree.” Analogi ini kerap dikutip untuk menggambarkan definisi functional medicine,   pendekatan medis yang tidak hanya berhenti pada mengobati atau menghilangkan gejala penyakit yang muncul dan terlihat, tapi menelisik penyebabnya hingga jauh ke akar masalah.

Redaktur Senior femina, Naomi Jayalaksana, hadir di Amazing Thailand Health and Wellness Tourism Showcase 2017, di Bangkok, Thailand, dan bertemu para praktisi medis di bidang functional medicine. Berikut ulasan mereka tentang pendekatan medis yang sedang menjadi tren global ini. 

Pencegahan menjadi bagian penting dalam pengobatan medis fungsional. Dalam hal ini, para praktisi kedokteran fungsional akan bekerja sama dengan laboratorium canggih. Salah satunya yang dilakukan oleh Femto Lab©, laboratorium DNA yang beroperasi di Bangkok, Thailand, yang dipimpin dan didirikan oleh Assoc. Prof. Dr. Klauipsorn P. Suddhibhaga.

“Kita harus tahu dan mengenal DNA kita sebelum penyakit menyerang tubuh,” tegas Dr. Klauipsorn, yang selama bertahun-tahun aktif melakukan berbagai penelitian plasma DNA, sebuah upaya terobosan medis untuk mendeteksi kanker dengan pendekatan personal, yaitu DNA. Screening ini tidak hanya menjadi upaya preventif, tapi juga terapi bagi individu sehat maupun pasien kanker.

“Kanker disebabkan oleh akumulasi dari mutasi somatik, yaitu populasi sel yang terpisah dari sel normal dalam gen, yang terjadi terus-menerus dalam hitungan tahun hingga akhirnya seseorang terdeteksi menderita kanker,” jelasnya.

Sedihnya lagi, absennya deteksi dini ini membuat 57% pasien kanker datang dalam kondisi stadium lanjut IV. “Pada tahap ini, kemoterapi hanya mampu bekerja optimal 4%, dengan menambah harapan hidup lima tahun,” lanjutnya.

Namun, kanker yang disebabkan oleh mutasi genetis ini kasusnya hanya 5% saja. Persentase terbanyak, atau 95% dari penyebab kanker adalah gaya hidup yang tidak sehat dan faktor lingkungan. Kita banyak terpapar zat-zat kimia karsinogenik, logam berat, radiasi sinar UV dan x-ray, radiasi dari ponsel, alat-alat elektronik, virus, bakteri, jamur, dan parasit. “Mungkin ini mengagetkan, tapi 20%-30% kanker pada manusia disebabkan oleh infeksi karena mikroba,” jelasnya.

Menurutnya, tubuh kita telah didesain Sang Pencipta dengan begitu canggih sehingga memiliki mekanisme sel yang melenyapkan mutasi somatik, dan melindungi kita dari kanker. Kita juga memiliki gen yang bertugas melakukan fungsi detoksifikasi dari zat-zat kimia serta logam berat yang beracun.

Dengan bantuan teknologi molecular screening ia dan timnya bisa menemukan mutasi somatik yang berpotensi menjadi sel kanker. Mengandalkan ketelitian di tingkat femto (lebih kecil dari nanno), teknologi ini mampu mengidentifikasi terjadinya mutasi somatik pada individu yang sehat atau belum terdeteksi kanker. 

Dikatakan oleh Dr. Klauipsorn, gaya hidup yang tidak sehat dan paparan radikal bebas membuat tubuh kita mengalami mutasi somatik tiap harinya. Rata-rata ada 1 di antara 1.000.000 sel. Apabila  makin banyak, seperti 1 dalam 100.000 sel, maka potensi tumbuhnya sel kanker makin tinggi.

“Mutasi somatik ini sifatnya bisa disembuhkan. Apalagi jika jumlahnya masih sedikit. Tidak seperti gen yang diwariskan orang tua kepada anak, sel somatik ini terjadi karena adanya mutasi pada populasi sel yang terpisah dari sel normal,” jelas peraih gelar Ph.D di Biokimia ini.

Di sinilah pengobatan fungsional mengambil alih lewat terapi khusus untuk meningkatkan sistem imun tubuh dan perbaikan gaya hidup (hidup sehat, berolahraga teratur). Misalnya, dengan menerapkan diet yang mempertimbangkan alergi dan ketidaksesuaian bahan makanan dengan susunan biokimia tubuh.

“Dengan terapi ini, pertumbuhan mutasi somatik bisa ditekan, bahkan dihilangkan,” tegas wanita yang memperoleh penghargaan dari The National Science and Technology Development Agency (NSTDA) Kementerian Iptek Thailand untuk terobosan teknologi yang dilakukannya. Di Asia Tenggara, teknologi plasma DNA ini memang baru dilakukan oleh Femto Lab©.(f)

Baca juga:
Obat Herbal Lebih Baik Dari Obat Kimia, Benarkah?
Perawatan Langsung ke Rumah dan Pengembangan Pengobatan Tradisional untuk Masa Depan Indonesia yang Lebih Sehat
Pengobatan Medis Fungsional, Tren Penangan Kesehatan dengan Pendekatan Holistik dan Personal


Topic

#functionalmedicine

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?