Health & Diet
Gizi Wanita Penentu Masa Depan

25 Jan 2020


Foto: Shutterstock


Presiden terpilih Joko Widodo bersama wakil presiden terpilih Ma'ruf Amin telah mencanangkan tahapan besar yang akan dilakukan selama masa periode kepemimpinan mereka sepanjang tahun 2019-2024 yaitu ‘membuat Indonesia lebih produktif, berdaya saing, dan memiliki fleksibilitas menghadapi perubahan dunia’. Terlihat nyata bahwa fokus pembangunan akan dititik beratkan pada  soal sumber daya manusia (SDM).
 
Salah satu isu yang jadi perhatian adalah masalah stunting yang angkanya masih cukup tinggi di Indonesia. Walaupun data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan proporsi balita sangat pendek dan pendek karena kurang gizi kronik turun dari 37,2% pada 2013, menjadi 29,9% pada tahun 2018, namun angka tersebut masih terbilang tinggi.

Terlebih lagi jika Indonesia ingin mencapai target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk menghilangkan kelaparan dan segala bentuk malnutrisi pada tahun 2030 serta mencapai ketahanan pangan. Mari kita mengurai masalah kesehatan ini dari akarnya, yaitu gizi wanita.
 
Meski data kesehatan menunjukkan bahwa dalam kurun waktu lima tahun angka stunting di Indonesia turun, Dr. Ir. Asih Setiarini, MSc, Ahli Gizi dan Dosen di Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia mengatakan bahwa stunting masih jadi masalah kesehatan masyarakat yang sangat serius.

“Bahkan bila kita melihat datanya berdasarkan provinsi, ada stunting yang prevalensinya sampai 50 persen,” ungkap Asih.
 
Untuk diketahui, stunting (kerdil) merupakan kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan yang seharusnya sesuai dengan umurnya. Mengacu pada Badan Kesehatan Dunia (WHO), ukuran khusus bayi di Asia, termasuk Indonesia, bayi baru lahir yang dilahirkan dalam kondisi kehamilan penuh, yaitu 45-40 tinggi badan idealnya 45,6-52,7 cm (bayi perempuan) dan 46,3-53,4 cm (bayi laki-laki).
 
Balita stunting berkaitan erat dengan masalah gizi kronik. Penyebabnya ada banyak faktor seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi (penyakit infeksi), dan kurangnya asupan gizi pada bayi.

“Dampak kurang gizi pada balita ini bisa terbawa hingga dewasa, seperti gangguan kecerdasan, fisik yang lebih pendek, dan juga mudahnya terkena penyakit tidak menular seperti diabetes karena organ-organ vital di dalam tubuh terbentuk secara kurang sempurna selama dalam kandungan,” tutur Asih. 
 
Asih memaparkan, penyebab langsung stunting ada dua : 

Pertama yaitu asupan makanan yang kurang pada anak selama dalam kandungan maupun setelah dilahirkan. Anak berusia 0-6 bulan cukup dengan ASI eksklusif, sementara setelah usia 6 bulan harus ditambah dengan makanan lain yang disebut dengan MP ASI.
 
“Di masa usia setelah 6 bulan inilah masalah stunting banyak terlihat. Prevalensi-nya, semakin bertambah usia, angka stunting semakin meningkat,” jelasnya.

Ia pun menambahkan bahwa asupan makanan yang dikonsumsi tidak memenuhi kebutuhan gizi anak di masa pertumbuhan, terutama protein hewani yang berasal dari berbagai sumber makanan seperti ayam, ikan, daging, telur, serta susu. 
 
Kedua adalah penyakit infeksi yang berulang. Kondisi tersebut terjadi karena tidak melakukan imunisasi, buruknya sanitasi, dan kurangnya kebersihan lingkungan.
 
Penelitian juga menemukan bahwa prevalensi stunting di perkotaan dan pedesaan tidak jauh berbeda, begitu pula bila dilihat dari golongan sosial dan ekonomi.

Stunting bisa terjadi pada anak dari keluarga mampu atau menengah ke atas. Hal itu bisa saja disebabkan oleh pola asuh yang salah, termasuk di dalamnya cara menyiapkan dan memberikan makanan,” ucapnya.
 
Gizi buruk di pedesaan bukan karena orang tua tidak sanggup membeli atau menyediakan makanan bergizi, tapi lebih karena kurangnya pemahaman atau literasi orang tua soal nutrisi.

“Belum ada data yang pasti. Tapi, dalam beberapa tahun terakhir, pengeluaran tertinggi keluarga justru untuk belanja rokok dan pulsa. Padahal, bila pengeluaran tersebut dialokasikan untuk membeli sumber protein hewani, bisa dipastikan akan menekan angka stunting,” katanya.



BACA JUGA :
Gerakan Cegah Stunting Di Jawa Barat, Jangan Lagi Ada Anak Kerdil

Mewabah di China, Ketahui 7 Fakta Virus Corona

Merancang Nutrisi yang Tepat untuk Penyandang Diabetes


 


Topic

#stunting , #gizi

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?